KPAI: Remaja Konsumsi Rebusan Pembalut Wanita karena Faktor Ekonomi

KPAI: Remaja Konsumsi Rebusan Pembalut Wanita karena Faktor Ekonomi

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Fenomena remaja mengongsumsi air rebusan pembalut wanita untuk mendapatkan efek memabukkan, yang marak akhir-akhir ini, membuat resah masyarakat. Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Sitti Hikmawatty mengatakan, berdasarkan hasil penelusuran instansinya, ada indikasi dorongan ekonomi yang membuat para pelaku berbuat seperti itu.

“Mereka melakukan percobaan ini, karena tidak mampu membeli (narkotika atau psikotropika) karena tidak punya biaya. Sementara mereka sudah kecanduan,” kata Hikmawatty yang menjabat komisioner KPAI Bidang Kesehatan dan NAPZA, di Jakarta, Kamis (8/11/2018).

Menurut dia, para remaja yang mengonsumsi air rebusan pembalut di berbagai daerah itu berupaya mencari tahu dengan bantuan informasi internet untuk mabuk dengan meracik sendiri ramuan-ramuannya. Hikmawatty berpendapat, anak-anak saat ini banyak yang cerdas karena berbekal internet bisa membuat beberapa varian baru dari racikan coba-coba.

“Dan di situ tingkat risiko atau bahaya menjadi meningkat karena mereka hanya fokus pada satu zat tertentu dalam sebuah bahan, tapi zat lainnya cenderung diabaikan sehingga reaksi sampingan yang terjadi bisa berakibat fatal,” ujarnya.

Dia menuturkan, KPAI terus berkoordinasi dengan banyak pihak agar fenomena semacam itu bisa ditangani. “Namun tetap saja garda terdepan ada di dalam keluarga dan lingkungan terdekat di mana anak tinggal,” ucapnya.

Hikmawatty mengatakan, KPAI merasa sangat prihatin dengan semakin banyaknya kasus ditemukan anak-anak yang meminum rebusan pembalut. Karena itu, deteksi dini terhadap perubahan perilaku anak-anak yang tidak memiliki alasan wajar perlu menjadi perhatian para orang tua agar menjadi lebih waspada.

Sesuai data yang masuk di KPAI, kata Hikmawatty, kasus remaja mengonsumi air rebusan pembalut bukanlah hal baru. “Pada saat kami tangani kasus penyalahgunaan PCC 2017 lalu juga sudah kami temui (kasus seperti itu), tapi jumlahnya relatif kecil,” tuturnya.

Dia menjelaskan, upaya mencari alternatif zat yang dapat membuat mabuk, tenang, ataupun gembira, awalnya didapatkan remaja secara coba-coba. “Jadi kalau kita mengenal beberapa golongan psikotropika di luar narkoba, maka beberapa ‘zat temuan’ para remaja itu termasuk kelompok eksperimen psikotropika. Minum air rebusan pembalut juga di dapat dari coba-coba, selain fenomena lain seperti ngelem dan lain-lain,” kata dia. [inews]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita