Tanah di Malang Bergerak Turun Hingga 3 Meter

Tanah di Malang Bergerak Turun Hingga 3 Meter

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Wilayah Malang Raya dalam kurun waktu sekitar tiga tahun mengalami penurunan muka tanah cukup signifikan, yakni hampir tiga meter. Hal itu merupakan hasil analisis yang dilakukan oleh Grup Riset Geoinformatika, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (Filkom UB) Malang.

Ketua Grup Riset Geoinformatika Filkom UB Malang Fatwa Ramdani mengatakan pihaknya telah melakukan analisis terhadap pergerakan vertikal dari wilayah Malang Raya dan sekitarnya berbasis data satelit radar (Sentinel-1) milik Uni Eropa.

"Berdasarkan hasil analisis tersebut, wilayah Malang Raya, Jawa Timur, mengalami penurunan muka tanah yang signifikan dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini (2015-2018)," ujar Fatwa Ramdani di Malang, Sabtu (13/10).

Ia mengemukakan data yang dikumpulkan adalah data dalam periode tiga tahun terakhir. Pendekatan Differensial Interferogram Synthetic Aperture Radar (DinSAR) dilakukan untuk mendapatkan informasi perubahan secara vertikal dari permukaan muka tanah.

Menurut dia, hasilnya cukup mengejutkan, wilayah Malang Raya Selatan dan sekitarnya mengalami penurunan muka tanah yang signifikan dalam kurun waktu 3 tahun, yakni hampir 3 meter. Untuk wilayah tengah dan utara tidak mengalami perubahan yang signifikan. Namun, sebaliknya wilayah paling utara, seperti Surabaya dan Pulau Madura mengalami kenaikan muka tanah sekitar 30 cm.

Sementara itu, aktivitas lempeng Australia yang terus bergerak mendorong ke arah utara menuju selatan Pulau Jawa bergerak sekitar 71 mm per tahun. Hal itu terlihat kecil, akan tetapi dampaknya ternyata sangat besar pada penurunan muka tanah. Data tersebut bisa ditunjukkan kepada masyarakat di wilayah Malang Raya Selatan dan sekitarnya.

Sehingga, masyarakat di wilayah ini (Malang selatan) perlu mempertimbangkan struktur bangunan yang tahan terhadap perubahan penurunan muka tanah yang signifikan. Hal itu agar ketika terjadi bencana, kerugian materil maupun non-materil bisa diminimalisasi.

Untuk wilayah tengah dan utara Malang Raya, kata dia, juga perlu diperhatikan, terutama aspek lingkungan. Sebab, pertumbuhan yang tidak terkontrol bisa mendatangkan bencana, seperti banjir dan longsor pada musim penghujan, bahkan berdasarkan analisis sementara, selama 20 tahun terakhir Kota Malang dan Kota Batu mengalami pertumbuhan yang sangat cepat.

Oleh karenanya, bencana yang terjadi beberapa waktu lalu harus menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Tujuannya, agar tidak lagi banyak korban jiwa dan kerugian material yang besar dari masyarakat.

"Edukasi terhadap literasi bencana juga perlu dilakukan secara terintegrasi. Dan, semua pihak harus memberikan kontribusi positif," tuturnya [rol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita