Presidium Alumni 212: Rezim Jokowi Islamphobia

Presidium Alumni 212: Rezim Jokowi Islamphobia

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Presidium Alumni Aksi Bela Islam 212 menyematkan predikat Islamphobia ke pemerintahan Presiden Joko Widodo. Hal ini menyusul aksi pembakaran bendera bertulis kalimat tauhid oleh tiga orang oknum anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdatul Ulama (NU) Garut, Jawa Barat beberapa waktu lalu. 

Ketua Presidium Alumni Aksi Bela Islam 212, Slamet Maarif mengatakan ketakutan pemerintah itu sangat nyata. Buktinya, untuk menghukum pelaku kasus penodaan agama seperti Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saja, butuh desakan dari Aksi Bela Islam yang diikuti oleh jutaan orang.

"Rezim sekarang ini mengidap penyakit akut Islamphobia," tegasnya dalam diskusi bertajuk "Membakar Bendera Tauhid, Penghinaan Terhadap Islam?" di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (25/10).

Bukti dari pemerintahan Jokowi yang Islamphobia akut, lanjut Slamet, dikuatkan atas pernyataan Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo yang menyatakan bahwa tiga terduga pelaku pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid tidak dapat disangka melakukan perbuatan pidana karena niat jahat (mens rea) tidak terpenuhi.

"Ini bukti. Takut akan kebangkitan Islam takut dengan syariat Islam, takut dengan Umat Islam. Bahkan takutnya berlebih jadi panik," tegasnya. 

Ketakutan itu, kata Slamet, diduga timbul akibat Jokowi tak mau kalah dalam ajang Pilpres tahun 2019 nanti karena bersatunya Umat Islam di negeri ini. Untuk itu, pihaknya mengimbau seluruh Umat Islam bersatu dalam menumbangkan Jokowi melalui ajang pesta rakyat lima tahunan. 

"Panik takut diganti. Punya penyakit akut tadi membuat dia panik," pungkas Juru Bicara Front Pembela Islam (FPI) ini.

Perlu diketahui, beberapa elite Gerakan Pemuda Ansor, termasuk Ketua Umum Yaqut Cholil Qoumas sudah terang-terangan menyatakan dukungannya untuk pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin dalam ajang Pilpres tahun 2019 akan datang. [rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita