Kebohongan Ratna Sarumpaet Disebut Sama dengan Janji Jokowi, Dedi Mulyadi: Itu Beda Jauh

Kebohongan Ratna Sarumpaet Disebut Sama dengan Janji Jokowi, Dedi Mulyadi: Itu Beda Jauh

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Ketua Tim Kampanye Jokowi-Ma'ruf Amin Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengatakan, saat ini sejumlah netizen kerap mengaitkan kebohongan publik Ratna Sarumpaet dengan janji kampanye Jokowi.

Dedi menilai, keduanya tidak bisa dibandingkan secara apple to apple, keduanya jauh berbeda.

Ia menjelaskan, tidak tercapainya janji Jokowi bukanlah sebuah kebohongan dan tidak bisa disamakan dengan pengakuan Ratna Sarumpaet.

Menurutnya, Jokowi tidak berbohong, namun belum mencapai target dari kampanye.

"Itu beda jauh. Ratna Sarumpaet itu jelas kategorinya adalah bohong. Tetapi, Pak Jokowi belum mencapai target apa yang dulu dikampanyekannya. Jangan disamakan," kata Dedi kepada Kompas.com, Sabtu (6/10/2018).

Meski demikian, kata Dedi, banyak capaian Jokowi yang sudah dilakukan.

Misalnya, pembangunan infrastruktur yang manfaatnya akan terasa dalam jangka panjang.

Lalu program pemerataan listrik, sertifikasi tanah dan lainnya.

Termasuk juga pengendalian stabilitas harga.

Menurut Dedi, rupiah terhadap dollar AS melemah hingga Rp 15.000, namun harga-harga kebutuhan pokok tetap stabil.

Tidak ada gejolak berarti di masyarakat.

Daya beli masyarakat tetap bagus.

"Memang, target penurunan nilai dollar AS belum tercapai. Tetapi, faktornya bukan di Pak Jokowi. Itu karena masalah global. Itu tidak disebut bohong, hanya belum ada capaian," ujar Ketua DPD Golkar Jawa Barat ini.

Dedi pun menyinggung soal kampanye dulu yang dilakukan mantan gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. M

enurutnya, dulu di Jabar, Ahmad Heryawan dalam kampanyenya menjanjikan pendidikan gratis SMA, Citarum akan harum dan bersih, serta target 1 juta tenaga kerja.

"Pada akhir jabatan 10 tahun itu tercapai atau tidak? Tidak kan. Apa Pak Aher itu berbohong? Tidak. Hanya Pak Aher tidak tercapai apa yang dijanjikan," tandasnya.

Artinya, kata Dedi, bahwa kebohongan itu adalah nol besar.

Sementara target tak tercapai sebelumnya ada upaya, namun belum berhasil.

Misalnya, menekan angka pengangguran, dari target 9 persen, baru tercapai 6 persen.

Menurut Dedi, kalau target tak tercapai disebut bohong, hampir semua pemimpin bisa disebut pembohong.

Termasuk juga anggota DPR, bupati, gubernur yang kerap menjanjikan sesuatu dalam kampanye, namun belum tercapai.

"Karena memang target tak tercapai itu bukanlah sebuah kebohongan. Jadi harus bisa dibedakan antara kebohongan dengan target tak tercapai," ujar mantan Bupati Purwakarta dua periode ini.[tribun]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA