Indonesia Jadi Tuan Rumah AM 2018, Rizal Ramli Bongkar Peran IMF dalam Krisis Ekonomi 1998

Indonesia Jadi Tuan Rumah AM 2018, Rizal Ramli Bongkar Peran IMF dalam Krisis Ekonomi 1998

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Mantan Menko Bidang Kemaritiman Rizal Ramli turut menanggapi pertemuan IMF-World Bank yang dilangsungkan di Bali pada 8-14 Oktober 2018.

Dilansir TribunWow.com, hal tersebut ia sampaikan melalui akun Twitter @RamliRizal yang diunggah pada Selasa (9/10/2018).

Diketahui, pertemuan IMF-World Bank di Bali menjadi polemik dan menuai kontra dari beberapa tokoh politik.

Sebagian merasa IMF hanya merugikan Indonesia, mengingat hubungan Indonesia-IMF pada krisis 98 lalu.

Selain itu, para tokoh juga mengkritik biaya ratusan miliar yang digelontorkan pemerintah untuk menjamu perlehatan internasional itu.

Rizal Ramli yang termasuk pengkritik pertemuan itu lantas membahas mengenai peranan IMF dalam krisis ekonomi tahun 1998.

Menurut Rizal Ramli, krisis ekonomi saat itu disebabkan oleh kehadiran IMF di Indonesia.

Ia menceritakan apabila IMF memaksa dan membujuk pemerintah Indonesia untuk menaikkan tingkat bunga sangat tinggi, dari 18 persen menjadi 80 persen.

Rizal Ramli mengaku saat itu dia menjadi satu-satunya ekonom yang menolak pinjaman IMF dalam pertemuan para ekonom di Hotel Borobudur pada tahun 1997.

"Indonesia mengalami krisis ekonomi tahun 1998.

Krisis itu kalau kita tangani sendiri,yg tadinya tumbuh rata-rata 6%, ekonomi Indonesia paling akan anjlok 2 – 0 %.

Akan tetapi, karena kita mengundang IMF, ekonomi Indonesia malah anjlok ke -13%. Kok IMF malah bikin lebih rusak ?

Begitu IMF datang, mereka memaksa & membujuk Pemerintah Indonesia untuk menaikkan tingkat bunga sangat tinggi dari 18% ke 80%.

Teorinya utk menahan pelarian modal & memperkuat Rupiah.

Dampaknya, hampir semua perusahaan di Indonesia langsung tidak mampu bayar dan macet kredit.

Keputusan untuk mengundang dan meminjam dari IMF merupakan kesalahan terbesar Widjoyo yg membujuk Pres Soeharto untuk mengundang IMF.

Pasalnya, IMF menyarankan berbagai program kebijakan yang tak masuk akal dan malah membuat kondisi ekonomi nasional justru semakin terpuruk.

IMF bikin blunder karena menawarkan paket dgn syarat banyak sekali, susah dipenuhi, mengada-ada, pemerintah terpaksa manut.

Misalnya, kebijakan likuidasi 16 bank kecil justru justru hancurkan kepercayaan masyarakat, mereka menarik dana dari bank2 nasional, banyak bank kolaps.

Rizal Ramli satu2nya ekonom Indonesia yg menolak pinjaman IMF di pertemuan para ekonom di Hotel Borobudur dgn Managing Director IMF Camdesus bulan 0ct 1997, sebelum Camdesus bertemu Pres Soeharto di Istana. Ekonomi akan semakin rusak dibawah IMF.

Ternyata semuanya terbukti.

Bulan October 1996, Rizal Ramli sbg Chairman Econit Advisory Group mengeluarkan 100an halaman forecast utk ekonomi Indonesia: “1997: The Year of Uncertainty”.

Bahwa ekonomi Indonesia akan mengalami krisis ekonomi 1977-78. Tidak ada yg percaya, tetapi ternyata semuanya terjadi !!

Forecasr RR Oct 1996 ttg ekonomi 1997 dibantah2 oleh Depkeu, BI analis2 asing sbg mengada-ada & tidak benar. Bahwa Fundamental ekonomi Indonesia kuat.

Mereka berbohong didukung oleh pujian2 IMF & Bank Dunia. Ada 3 points RR : utang swasta, current account defisit, overvalued Rp.

Akhirnya sesuai ramalan RR, terjadi krisis besar 1997/1998. Ekonomi anjlok dari rata 6% ke -13% krn salah saran & kebijakan IMF. Utk selamatkan bank2, BLBI disuntik $80 milyar, biaya penyelamatan bank terbesar relatif GDP, perusahaan banyak yg bangkrut, penggangguran naik 40%," tulis Rizal Ramli.


"Pinjaman IMF $35 milyar digembar-gemborkan untuk membatu Indonesia. Semua pejabat, ekonom & media percaya dgn propaganda ini. Ternyata dipakai membayar utang swasta Indonesia di bank2 asing yg belum jatuh tempo. Pinjaman IMF itu utk selamatkan bank2 asing bukan menolong rakyat," .



"Jika pinjaman IMF $35 M dipakai utk pompa ekonomi RI, bukan selamatkan bank2 asing, ekonomi Indonesia dapat tambahan pembiayaan 350 trilliun (kurs Rp10.000/$), ekonomi Indonesia akan meroket dari -13% 1998 ke atas 8% tahun 1999. Rakyat Indonesia dikibuli komprador2 & SPG IMF !!" imbuhnya.



Sebelumnya, mantan Menko Bidang Perekonomian itu juga pernah mendesak pemerintah agar menghemat biaya pertemuan IMF.

"Teman-teman mendesak kepada pemerintah agar menghemat yang masih bisa dihemat," ujar anggota Tim Ekonomi pasangan Prabowo-Sandiaga, Rizal Ramli, saat memberikan pernyataan pers di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Jumat (5/10/2018) malam, dikutip Kompas.com.

Menurut Rizal, seharusnya pemerintah dapat menghemat biaya penyelenggaraan pertemuan sebagai bentuk keprihatinan atas bencana yang melanda Lombok, Palu dan Donggala.

"Kami sedih sekali, kok dalam suasana keprihatinan, bencana di Donggala, Palu, Lombok, kok semangat kemewahannya ini luar biasa," ujar Rizal.

"Kita ini negara yang lagi susah, yang lagi banyak bencana. Jangan dong. Kasih tunjuk bahwa kita prihatin," ucapnya.

Rizal mengatakan, biaya sebesar Rp 855,5 miliar atau setara dengan 70 juta dollar AS, lebih dari cukup untuk menyelenggarakan sebuah konferensi internasional.[tribun]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita