Gerindra: Kasus Ratna Digoreng Kubu Jokowi Agar Lupa Isu Ekonomi

Gerindra: Kasus Ratna Digoreng Kubu Jokowi Agar Lupa Isu Ekonomi

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Kasus hoax penganiayaan yang dialami Ratna Sarumpaet diperkirakan akan membuat Prabowo Subianto-Sandiaga Uno kesulitan raih suara swing voters. Gerindra menganggap kasus Ratna sengaja terus 'digoreng' kubu Jokowi.

"Kita uji saja. Kasus Ratna Sarumpaet itu kan musibah bagi kami, bahwa Pak Prabowo jadi korban hoax. Kita lihat bagaimana kubu sebelah menggoreng dengan luar biasa. Bahkan Ketum PPP bilang pendukung Prabowo berbondong-bondong pindah ke Jokowi. Jadi kan digoreng secara sistematis dan luar biasa dan digiring secara opini," kata anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra, Andre Rosiade, saat dihubungi, Minggu (7/10/2018) malam.

Andre mengatakan masyarakat paham posisi Prabowo-Sandi korban dalam kasus ini. Dia kembali mengungkit Prabowo yang sudah meminta maaf karena ikut bicara soal kabar penganiayaan yang dialami Ratna.

Oleh karena itu dia yakin kasus Ratna tak berpengaruh pada elektabilitas Prabowo. Prabowo juga sudah mengambil langkah tegas terkait posisi Ratna yang jadi jurkamnas.

"Jadi kami optimis bahwa kasus Ratna tidak akan berpengaruh terhadap elektabilitas Pak Prabowo. Karena masyarakat sangat cerdas, sangat rasional, bahwa Pak Prabowo korban Ratna Sarumpaet. Memang Mbak Ratna itu pemain drama ulung yang memang melakukan cerita bohong kepada kita," tutur dia.

Politikus Gerindra ini menilai isu Ratna terus digoreng untuk mengalihkan perhatian publik pada persoalan ekonomi. Salah satunya, saat ini dolar AS masih belum bisa dibendung.

"Betapa kubu sebelah sangat massif menggoreng seperti PSI dan bahkan Rommy. Setelah kami pelajari, ada strategi baru dari kubu sebelah. Apa itu? Bahwa ini, membangun narasi soal Ratna Sarumpaet adalah strategi kubu sebelah untuk mengaburkan masalah soal kegagalan pemerintah mengelola ekonomi. Bagaimana dolar sampai Rp 15.400 bahkan kalau kita tidak hati-hati bisa sampai Rp 16.000," ucapnya.

Satu hal lain yang dianggap Andre berusaha ditutupi yakni persoalan penanganan bencana. Menurutnya dibanding kasus Ratna, kedua hal itu yang semestinya disoroti.

"Lalu kegagalan pemerintah dalam memenuhi janji kasus Lombok. Lombok itu pemerintah janji untuk memberikan uang jaminan hidup Rp 300 ribu per bulan. Dari awal Pak Jokowi datang sampai bulan ketiga, ke mana realisasinya? Apalagi janji lain seperti uang bantuan perbaikan rumah? Itu lebih sumir lagi," ujarnya.

"Bahkan, saya dengar, itu bantuan beasiswa mahasiswa untuk S2 dari LPDP tahun ini tidak ada yang berangkat. Beasiswa pemerintah yang biasanya mahasiswa dikirim ke luar, tahun ini tak ada. Berarti kan ada krisis ekonomi kita. Nah, butuh narasi supaya masyarakat tidak ngeh gitu loh," sambung Andre.

Sebelumnya diberitakan, Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Djayadi Hanan menilai kasus hoax Ratna Sarumpaet tak akan mempengaruhi perolehan suara Prabowo-Sandiaga. Kasus tersebut tidak akan membuat para pemilih Prabowo-Sandi berpaling.

Kendati demikian, menurut hipotesa Djayadi, permasalahan yang timbul akibat kasus eks Jurkamnas Prabowo-Sandi itu adalah, citra Prabowo menjadi negatif. Dengan citra negatif itu, akan mempersulit eks Danjen Kopassus itu meraih suara dari undecided voters atau swing voters.[dtk]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA