Dahnil: Kasus Ratna Justru Dongkrak Elektabilitas Prabowo

Dahnil: Kasus Ratna Justru Dongkrak Elektabilitas Prabowo

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Kasus penyebaran berita hoaks yang dilakukan Ratna Sarumpaet tak selamanya berdampak negatif bagi pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiga meyakini, sikap ksatria yang ditunjukkan calon presiden (capres) nomor urut 2 itu akan dinilai masyarakat luas.

Koordinator Juru Bicara BPN Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, kasus ini sama sekali tidak menganggu elektabilitas Prabowo-Sandiaga. "Justru kemudian kami punya keyakinan ini akan meningkatkan elektabilitas," kata dia di Hotel Santika, Depok, Jawa Barat, Jumat (5/10).

Ia menjelaskan, dengan kasus ini masyarakat mengetahui bahwa Prabowo adalah sosok yang humanis. Hal itu ditunjukkan dengan sikap empati dan simpati ketika mendengar kabar Ratna mengalami penganiayaan.

Menurut dia, Prabowo adalah sosok yang jarang berburuk sangka kepada siapapun dan suka menolong siapapun. "Walaupun akhirnya beliau dibohongi," kata dia.


Selain itu, lanjut Dahnil, melalui kasus ini publik tahu Prabowo sebagai sosok yang siap bertanggung jawab. "Ketika beliau keliru berani meminta maaf pada publik. Kita butuh pemimpin seperti itu," kata dia.

Ia meyakini, masyarakat tidak akan terkecoh dengan kampanye hitam yang memburuk-burukan Prabowo. Justru, kata dia, melalui kasus Ratna publik semakin tahu Prabowo merupakan pemimpin berjiwa besar.

Kemungkinan munculnya persepsi negatif terhadap Prabowo dilontarkan oleh Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno. Ia menilai terungkapnya kebohongan yang dilakukan Ratna bisa mengurangi simpati untuk Prabowo dan Sandiaga Uno.

Berkurangannya simpati berpotensi menggerus elektabilitas pasangan calon yang diusung oleh Partai Gerindra, PKS, PAN, dan Partai Demokrat. Menurut dia blunder yang dilakukan Ratna tidak berdiri sendiri, melainkan melibatkan seluruh anggota tim pemenangan Prabowo-Sandiaga.

“Secara alamiah dan politik, respek publik terhadap Prabowo pasti menurun," ujar Adi, Kamis (4/10).

Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Rully Akbar, mengatakan kebohongan Ratna mencederai demokrasi. “Hoaks itu kesalahan fatal, pasti ada hukuman publik,” kata dia kepada wartawan, Kamis.

Ia belum bisa memastikan apakah kasus Ratna bisa membuat pendukung Prabowo menurun. Meski Prabowo sudah mengakui kesalahannya, ia berpendapat, potensi turun tetap ada. "Lihat nanti apa masyarakat berubah atau tidak,” kata dia. [rol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita