GELORA.CO - Pertarungan capres Prabowo Subianto dengan capres Joko Widodo (Jokowi) memasuki babak baru. Kali ini Prabowo menyerang persoalan ekonomi Indonesia yang disebutnya dalam kategori rawan.
Awalnya, Prabowo mengumpulkan sejumlah tokoh di kediamannya, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Jumat (5/10/2018) malam. Para tokoh itu antara lain Dewan Pembina Partai Gerindra Fuad Bawazier, anggota Dewan Kehormatan PAN Dradjad Wibowo, politikus PKS Ecky Awal Mucharam hingga eks Menko Kemaritiman Rizal Ramli.
"Kita yang tidak dapat mungkiri dirasakan oleh seluruh bangsa dalam keadaan yang tak menggembirakan, bahkan oleh lembaga internasional, Indonesia termasuk digolongkan di antara 5 negara emerging market yang rawan prospek ekonominya dalam waktu yang akan datang," ucap Prabowo.
Tim ekonomi Prabowo pun siap memberi masukan kepada pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi yang disebutnya tengah mengkhawatirkan. Prabowo dan Sandiaga Uno bersama tim mengaku siap memberi solusi.
"Intinya, kami memandang sangat serius situasi sekarang dan kita akan menyusun langkah tepat mengatasi situasi ekonomi itu," sebut Prabowo.
Tak cuma Prabowo, kritik pada pemerintah juga datang dari mantan Menko Kemaritiman era Jokowi, Rizal Ramli. Dia mengatakan saat ini perekonomian Indonesia sudah lampu merah.
"Memang hari ini kita lampu merah ekonominya, krisisnya, dan masih akan berlanjut karena badan kita tidak sehat. Antibodi kita kurang kuat, kena virus apa saja bisa sakit," ujar Rizal usai pertemuan dengan Prabowo.
"Tapi tidak fair kalau menyalahkan semua ke faktor-faktor internasional, Italia, Turki, US Fed (The Federal Reserve-Bank Sentral Amerika Serikat). Kita juga harus introspeksi bahwa diri kita sendiri harus kita bikin sehat. Kita harus ambil langkah-langkah agar krisis ini berkurang," sambung Rizal.
Dia juga memberi sejumlah masukan untuk mengatasi masalah ekonomi. Cara pertama, kurangi defisit current account dan impor, tapi jangan fokus yang kecil-kecil seperti pada 1.147 komoditas, antara lain bedak lipstik, dan lain-lain yang total impornya hanya US$ 5 miliar/tahun. Dia menyarankan pemerintah fokus mengurangi impor komoditas besar. Contohnya impor baja dari China.
Cara kedua, mewajibkan, tidak hanya mengajak sukarela, para pengusaha membawa pulang devisa hasil ekspor. Menurutnya, devisa hasil ekspor tak semuanya kembali ke Indonesia.
Pernyataan Prabowo tersebut pun langsung dijawab para pendukung Jokowi. Misalnya, Golkar yang mempertanyakan data dari lembaga mana yang digunakan Prabowo saat bicara soal ekonomi tersebut.
"Lembaga internasional yang mana yang dimaksud Pak Prabowo? Justru sebaliknya, Bank Dunia dalam laporan terbaru bertajuk 'Ekonomi Asia Timur dan Pasifik Oktober 2018' mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap positif didukung permintaan domestik yang kuat. Hal itu tetap terjadi meskipun lingkungan global belum stabil dan tidak menentu," kata Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily kepada detikcom, Jumat (5/10/2018) malam.
PKB-PDIP juga menanggapi pernyataan Prabowo soal ekonomi Indonesia tersebut. Kedua partai pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin ini kompak bicara soal faktor eksternal terhadap ekonomi Indonesia.
"Kami berharap Pak Prabowo jangan mendramatisir berbagai persoalan yang sedang kita hadapi, termasuk imbas normalisasi kebijakan moneter di AS dan rezim neoproteksionisme yang sedang kambuh di berbagai belahan bumi. Kita harus menilainya secara objektif rasional. Jangan sampai terpeleset seperti dalam kasus Ratna Sarumpaet," kata Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno kepada detikcom.
Kemudian, Wasekjen PKB Daniel Johan menilai kondisi ekonomi Indonesia turut dipengaruhi oleh perkenomian global. Dia menyatakan pemerintahan Jokowi saat ini sudah sangat siap mengantisipasi semua kemungkinan.
"Ini efek perkembangan ekonomi global sehingga bukan hanya Indonesia yang terkena dampak, tapi banyak negara, pemerintah Jokowi pun sudah sangat siap mengantisipasi seluruh kemungkinan, jadi tidak perlu khawatir. Yang penting ada kesadaran dan semangat semua pihak bahwa ini adalah masalah kita bersama, harus kita lalui dengan kompak bersama-sama, bukan malah menimbulkan kepanikan yang tidak relevan," ujar Daniel.
Sementara itu, NasDem dan Hanura menanggapi pernyataan Prabowo dengan menyindir soal hoax yang belakangan terjadi. "Kita kan tahu tim yang dimiliki Prabowo adalah tim hoax merangkap tim hore yang selalu menilai ekonomi hanya dari naiknya nilai tukar rupiah terhadap dolar, lantas langsung dia percaya sama tim hore tersebut," kata Ketua DPP Hanura Inas Nasrullah Zubir, Sabtu (6/10).
Kemudian, Ketua DPP NasDem Irma Suryani Chaniago mempertanyakan alasan Prabowo bicara soal isu ekonomi. Dia mengatakan banyak ekonom dunia yang memprediksi Indonesia bakal berjaya di masa yang akan datang.
"Mau alihkan isu hoax? Sudah banyak ekonom dunia yang memprediksi Indonesia akan berjaya di masa yang akan datang. Sebagai negara emerging market Indonesia akan masuk 10 besar negara ekonomi dunia, sekarang 20 besar, pada 2030. Diperkirakan pada 2 dekade mendatang Indonesia diperkirakan akan masuk dalam 5 besar ekonomi dunia," ujar Irma.
Merespon tanggapan dari para pendukung Jokowi, Gerindra membeberkan soal data yang digunakan Prabowo. Ada sejumlah data yang digunakan Prabowo dari berbagai lembaga.
"Ini salah satu datanya pakai data Bloomberg, jelas kok bagaimana neraca berjalan kita defisit saat ini dan memberikan tekanan pada perekonomian kita, jadi kami bicara fakta bukan hoax," ujar Andre ketika dikonfirmasi, Sabtu (6/10/2018).
Dalam data berbentuk tabel dengan judul 'Which Emerging Market are Most Vulnerable?' atau 'Pasar Negara Berkembang Mana yang Paling Rentan?' tersebut ada sejumlah nama negara. Nama Indonesia berada di urutan ke enam, di bawah Meksiko, Afrika Selatan, Kolombia, Argentina, Turki. Peringkat tersebut didasari dari beberapa kategori yaitu saldo rekening saat ini, hutang eksternal, aktivitas pemerintahan, dan inflasi. Hasil dari masing-masing kategori tersebut kemudian dihitung dan menghasilkan angka-angka tersebut. [dtk]