6 Jam Ditelan Likuifaksi Petobo, Burhan Ditolong Orang Telanjang, Tiba-tiba Hilang

6 Jam Ditelan Likuifaksi Petobo, Burhan Ditolong Orang Telanjang, Tiba-tiba Hilang

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Hingga kini, ribuan jasad korban likuifaksi Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu 28 September lalu terpendam dan tak bisa dievakuasi.

Tapi, ribuan warga lainnya masih bisa menyelamatkan diri dan lolos dari maut.

Salah satunya Burhanuddin (52), warga Petobo selamat yang bersedia menuturkan kisahnya kepada PojokSatu.id, Senin (15/10/2018).

Burhan mengaku, ia akhirnya bisa menyelamatkan diri dari lumpur yang ‘menelan’ permukiman Petobo setelah enam jam lamanya berjuang.

Saat bencana itu terjadi, Burhan saat itu tengah bersama dengan anaknya, Trisakti atau awan (5) dan keponakannya Ainun yang masih berusia 2 tahun.

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai sopir catering itu tengah berada di halaman rumahnya di Petobo.

“Waktu itu Awan di atas motor yang diparkir, Ainun saya gendong. Tiba-tiba gempa terjadi dan kami semua terjatuh, termasuk Awan,” kata Burhan.

Seketika orangtua Ainun datang menolong anaknya, sementara Burhan segera menggendong Trisakti dan mengambil posisi duduk agar tidak terjatuh.

“Saat tanah berhenti bergetar, tiba-tiba tanah terbelah lalu keluar lumpur. Kami terseret masuk lumpur,” tutur Burhan.

Tanah yang bergerak itu, lanjutnya, sudah ‘menelan’ tubuhnya sampai sebatas dada. Segala usaha ia lakukan agar bisa keluar dari hisapan lumpur tersebut.

Satu-satunya yang membuat dirinya masih berada di atas tanah adalah dengan berpegang erat pada tanah yang keras.

“Saya terus berteriak minta tolong sambil berpegang pada bagian tanah yang keras,” lanjutnya.

Akan tetapi, teriakan minta tolongnya itu tak kunjung mendapat tanggapan karena suasana saat ini membuat warga saling menyelamatkan diri.

Apalagi, tanah masih saja terus bergerak dan terus menariknya bergeser mengikuti pergerakan tanah.

“Kami ikut terseret terus pergeseran tanah,” jelasnya.

Burhan menceritakan, suasana saat ini begitu mencekam. Warga berlarian dan saling berteriak. Ditambah suara retakan dan ambruknya bangunan yang terus digulung tanah.

Keluar dari hisapan lumpur bukan perkara mudah. Bahkan saat pergerakan tanah sudah berhenti sekalipun.

Burhanuddin, salah satu warga Petobo yang selamat dari likuifaksi setelah 6 jam terkubur lumpur.

Kondisi itu, katanya, berlangsung sampai sekitar enam jam lamanya.

“Mulai jam 19.00 sampai 1 dini hari. Terus gak bisa kemana-mana,” tuturnya.

Saat didera rasa putus asa dan tak bisa berbuat apa-apa, pertolongan pun datang kepadanya.

Namun, ‘malaikat’ penolongnya, bebernya, berpenampilan sangat aneh. Penolongnya itu tak memakai pakaian.

“Orang itu telanjang, hanya pakai celana dalam saja,” kenang dia.

Burhan bukan tak penasaran dengan sosok misterius yang menolongnya itu. Tapi pertanyaan yang diucapnya, sama sekali tak dijawab sosok misterius itu.

“Saya sempat tanya. Tapi dia cuma bilang ‘kamu tidak usah tahu siapa saya. Yang penting kamu selamat’,” kenang Burhan.

Dengan ditarik, suami Nirawati (45) ini akhirnya bisa keluar dari lumpur bersama anaknya kemudian dibopong ke tempat yang lebih aman.

Usai merasa lebih baik, Burhan langsung berinisiatif menolong warga lainnya. Begitu juga sosok misterius penolongnya.

Akan tetapi, saat mendekati lokasi ia sempat terhisap lumpur likuifaksi, sosok misterius itu tak lagi dilihatnya.

“Di tempat itu kan cuma ada satu orang, penolong saya tadi. Tapi ketika kembali lagi, memang ada satu orang laki-laki tapi dia berpakaian lengkap. Padahal yang menolong saya cuma pakai celana dalam,” jelasnya.

Penasaran, Burhan lantas bertanya kepada seseorang yang sedang membantu warga lainnya.

Akan tetapi, deskripsi dan ciri-ciri pria penolongnya itu sama sekali tak pernah dilihat siapapun di lokasi tersebut.

“Tapi ternyata sudah tidak ada. Saya hanya lihat semua orang pakai baju. Orang yang tolong saya tidak ada,” terangnya.

Burhan pun mengaku tak mengenal sosok misterius penolongnya itu. Wajahnya pun tak bisa dilihatnya dengan jelas karena saat itu suasana cukup gelap.

“Saya tidak tahu siapa yang menolong saya itu. Tapi karena dia, saya dan anak saya selamat dan masih bisa hidup,” katanya.

Karena itu, Burhan sendiri sangat bersyukur ia dan anaknya bisa selamat dari hisapan lumpur likuifaksi Petobo.

Meski mertuanya, Haposia (80), tewas dalam bencana likuifaksi itu. Sementara istrinya, Nihrawati juga selamat. [ps]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita