Tentang Istilah Emak-emak yang Dikritik Kowani

Tentang Istilah Emak-emak yang Dikritik Kowani

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Kongres Wanita Indonesia (Kowani) mengkritik istilah 'The Power of Emak-emak'. Sebenarnya, apa maksud dari 'emak-emak' tersebut?

Guru besar linguistik Universitas Indonesia (UI), Prof Rahayu Surtiati mengatakan istilah emak-emak itu sudah lama ada. Menurutnya, emak-emak bermakna peyoratif alias perubahan makna yang mengakibatkan sebuah ungkapan menggambarkan sesuatu yang lebih tidak enak.

"Emak-emak sudah lama dan bermakna peyoratif yang mengacu pada perempuan. Peyoratif karena perempuan dianggap tidak bisa apa-apa kecuali jadi emak," kata Prof Rahayu kepada detikcom, Minggu (16/9/2018).

Dia mengatakan saat ini istilah 'the power of emak-emak' digunakan untuk menunjukkan makhluk yang dianggap tidak bisa apa-apa ternyata berdaya, atau semacam 'people power'. Hal ini menurutnya sempat terjadi di Filipina ketika mendukung Cory Aquino (mantan presiden Filipina).

"Di Filipina pernah digunakan people power yang mendukung Cory Aquino. Maka, the power of emak-emak digunakan sekarang untuk menunjukkan makhluk yang dianggap tak bisa apa-apa ternyata berdaya. Sama dengan rakyat yang selalu diabaikan kekuatannya," ucapnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Kowani (Kongres Wanita Indonesia) Giwo Rubianto mengkritik istilah the power of emak-emak. Pernyataan itu disampaikan Giwo saat sambutan dalam General Assembly International Council of Women ke-35 di Yogyakarta, Jumat (14/9). Acara juga dihadiri dan dibuka oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Kami tidak mau kalau kita, perempuan Indonesia yang mempunyai konsep Ibu Bangsa sejak tahun 1935, sebelum kemerdekaan, kalau dibilang emak-emak," ujar Giwo, yang disambut gemuruh tepuk tangan para wanita.

"Kami tidak setuju! Tidak ada The Power of Emak-emak. Yang ada The Power of Ibu Bangsa," lanjutnya. [dtk]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA