Saran Sandiaga Uno Selamatkan Kejatuhan Rupiah

Saran Sandiaga Uno Selamatkan Kejatuhan Rupiah

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Kondisi nilai tukar rupiah jatuh semakin dalam terhadap dolar Amerika Serikar (AS). Mata uang Paman Sam sudah mencapai level Rp 14.825.

Kondisi ini membuat banyak pihak mulai dari politisi hingga ekonom melempar pandangan serta sarannya. Kali ini tanggapan tentang kondisi rupiah dilontarkan oleh Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno.

Sandi yang sebelumnya merupakan pengusaha sekaligus investor kakap menilai Indonesia saat ini harus waspada terhadap penguatan dolar. Hal itu disampaikannya saat menghadiri pelantikan pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) wilayah Bogor bersama Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto, kemudian dia unggah ke akun instagramnya.

"Botolnya Kang Bima ini bukan setengah kosong tapi setengah penuh. Jadi saya lihat bahwa kita harus waspadai dengan US dollar, yes kita mesti waspada, kita mesti hati-hati," kata Sandi dilansir dari akun instagramnya, Selasa (4/9/2018).

Menurutnya antisipasi penguatan dolar AS bisa dilakukan mulai dengan hal yang kecil namun bersifat masif. Seperti memulai sebuah gerakan nasional yang mengkampanyekan agar menggunakan produk dalam negeri.

"Kalau sebagai bangsa negara mulai gerakan. Apa yang menjadi unggulan kita, kita lakukan satu gerakan nasional untuk mengonsumsi produk lokal, paling tidak ini mengurangi impor," terangnya.

Menggunakan produk lokal sama saja membantu mengurangi impor. Sehingga defisit transaksi berjalan bisa berkurang yang selama ini memiliki sumbangsih atas pelemahan nilai tukar.

Kedua, lanjut mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu, pemerintah Indonesia bisa fokus kembangkan industri atau sektor pariwisata. Sebab industri ini dinilai paling cepat dalam hal mendatangkan devisa. 

"Mari kita lihat peluangnya dan saya yakin, kalau kita misalnya bersatu, kita lakukan semuanya dengan kecintaan kepada NKRI, Insya Allah kita tidak akan masuk ke krisis dan ekonomi kita akan berkembang. Sukses untuk Indonesia," terangnya.[dtk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita