Rizal Ramli: Impor Pangan Sengaja Dilakukan Kartel Pencari Untung

Rizal Ramli: Impor Pangan Sengaja Dilakukan Kartel Pencari Untung

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, 2016 hingga 2017, ekspor hasil pertanian yang meliputi komoditas tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan hortikultura mengalami kenaikan.

Berdasarkan Angka Tetap (ATAP) yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), sejumlah komoditas pertanian yang mengalami kenaikan ekspor itu antara lain beras, bawang merah, dan jagung.

Di tahun 2016, volume ekspor hasil pertanian hanya 35,49 juta ton dengan nilai 26,73 miliar dolar AS. Sementara di tahun 2017 naik menjadi 41,26 juta ton dan nilainya cukup fantastis, yakni 33,05 miliar dolar AS.

Hasil, volume, dan nilai neraca perdagangan sektor pertanian tahun 2016 hingga 2017 juga surplus, masing-masing 97,06 persen dan 45,85 persen.

Namun demikian, di tahun 2018 impor pangan tak terkendalikan. Ekonom senior Dr. Rizal Ramli menyebutkan volume impor impor pangan itu melonjak karena kebijakan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita yang salah kaprah.

Menteri Enggar memaksakan memberikan izin 2 juta ton beras dan 1,1 juta ton gula. Rizal bahkan menyebut kebijakan yang diambil Menteri Enggar itu akan menggerogoti elektabilitas Jokowi di Pilpres 2019.

“Biang keroknya Menteri Perdagangan Enggar! Rugikan petani dan petambak garam, dan gerogoti Jokowi,” ujarnya dalam akun Twitter @RamliRizal.

Seorang warganet dengan akun @_AndyHan_ sempat meminta penjelasan ke Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid tentang impor pangan yang terus dilakukan pemerintah.

“Seingat saya Rizal Ramli pernah bahas di IBF, saya nggak mau menyimpulkan, makanya saya tag Pak RR, siapa tahu beliau berkenan menjelaskan dengan singkat, kenapa hal ini terjadi terus menerus, yang baru lalu beras, sekarang gula,” tanyanya.

Rizal secara gamblang menyebut bahwa ada kartel impor pangan yang telah mendapat keuntungan puluhan triliun dari kebijakan impor.

“Memang sengaja melakukan impor pada saat panen. Sehingga petani tebu, padi dan bawang tahun depan mengurangi produksinya. Tercipta ketergantungan permanen. Jahat sekali,” jawab RR.

Sebelumnya, RR juga pernah meminta pemerintah untuk lebih memperhatikan petani. Menurutnya, impor beras justu semakin membawa petani dalam jurang kemiskinan.

“Jangan jadi raja tega gitu loh,” kata Rizal Ramli, saat memanen padi bersama kelompok petani di Desa Penggalang, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, Banten, Selasa (13/2).

“Kalau perlu banget, saya juga enggak keberatan impor, tapi diatur lah timing-nya. Pas paceklik baru impor, atau kalau ada badai El Nino baru butuh impor. Anak SD juga ngerti, masa menterinya harus diajarin anak SD,” sambung Rizal.

ARAM I BPS 2018, produksi beras bulan Januari hingga Agustus 2018 diperkirakan 39,37 juta ton. Sementara dari hitungan Badan Ketahanan Pangan Kemengan, diperkirakan kebutuhan konsumsi beras pada periode ini sebesar 21,57 juta ton.

Dengan begitu terdapat surplus 17,81 juta ton. Kelebihan produksi beras tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan beras selama 4 bulan ke depan. Bahkan kegiatan panen masih ada yakni akan berlangsung selama 4 bulan ke depan, maka ketersediaan beras akan terus bertambah. [rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita