Media Asing Sebut Luhut Bentuk Bekingan untuk Jokowi di Pilpres, Berisi Para Mantan Jenderal

Media Asing Sebut Luhut Bentuk Bekingan untuk Jokowi di Pilpres, Berisi Para Mantan Jenderal

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Wartawan sekaligus penulis asal New Zealand, John McBeth, menulis mengenai bekingan politik Presiden RI Joko Widodo dalam Pilpres 2019 nanti.

Artikel tersebut diterbitkan di media asing berbahasa Inggris, Asia Times, Selasa (4/9/2018) lalu.

Dikatakan, Jokowi mendapat bantuan militer dari Luhut Panjaitan dengan membentuk tim yang beranggotakan Purnawirawan Jenderal TNI.

Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia, sering dilihat sebagai penasihat politik Jokowi.

Luhut Panjaitan

Dalam pemberitaan tersebut, dituliskan jika Luhut sedang dalam upaya menghidupkan kembali tak hanya satu, tetapi dua tim untuk mendukung Jokowi dalam Pilpres nanti.

Tim yang diberi nama Bravo dan Charlie ini bertugas untuk membantu presiden memenangkan Pilpres pada pemilihan bulan April tahun depan.

Keputusan Jokowi untuk memilih Ulama 75 tahun, Ma'ruf Amin, sebagai pasangannya memang mengejutkan banyak pihak termasuk Luhut.

Namun Jokowi menyiapkan beberapa strategi khusus dan membentuk 'tim sukses' yang kuat.

Erick Tohir

Erick Thohir, ketua penyelenggara event Asian Games yang sukses itu bahkan dijadikan ketua Timses Jokowi-Ma'ruf.

Jokowi sendiri telah mengambil hati rakyat karena event Asian Games 2018 yang sukses diselenggarakan di Indonesia.

Bahkan prestasi para atlet Indonesia yang memperoleh 31 medali emas membuat Jokowi lebih dipandang lagi oleh rakyatnya.

Tetapi ketika cara-cara itu tidak membantu, Luhut telah membentuk tim khusus Bravo Five.

Orang-orang dalam mengatakan Luhut Panjaitan menerima keputusan Widodo dan siap menyiapkan dukungan untuknya.

Luhut mencoba untuk menggaet dukungan di antara etnis minoritas yang mungkin jadi ragu karena Jokowi memilih Ma'ruf.

Bravo Five disebut-sebut adalah sebuah kelompok pendukung berisi 70 orang kuat yang terdiri dari 21 pensiunan jenderal dan sekitar 40 relawan sipil.

Mereka bekerja di sebuah rumah di pinggiran kota Menteng, kawasan elite di Jakarta.

Mereka membantu untuk membuat kampanye tetap berkobar dan berada di dalam jalur.

Tim baru yang di dibentuk Luhut, Bravo dipimpin oleh mantan wakil kepala militer Fachrul Razi (71) yang sudah lama berada di asosiasi Panjaitan dan anggota dari Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).

Ada pula Wiranto (71), pensiunan kepala angkatan bersenjata yang kini menjabat jadi menteri koordinator bidang politik.

Yang lain dalam tim ini di antaranya saudara perempuan Luhut Panjaitan sekaligus mantan duta besar untuk Argentina Nurmala Kartini Sjahrir (68)

Ada pula nama pensiunan jenderal Suaidi Marasabessy.

Bahkan Saurip Kadi, teman sekelas Susilo Bambang Yudhoyono yang menjabat jadi asisten khusus Wiranto.

Diketahui pula ada nama Marasabessy (71) seorang komandan daerah Ambon dan yang sebelumnya terkait dengan partai Demokrat SBY.

Kadi (67) seorang teman seangkatan Yudhoyono, mendapatkan reputasi sebagai pengkhianat dan karirnya berakhir setelah dia menulis sebuah buku yang mengungkapkan rincian serangkaian skandal di militer.

Panjaitan juga telah merekrut mantan sekretaris kabinet Andi Widjajanto, (47), untuk kepala Tim Charlie.

Tim Charlie yang akan fokus pada dukungan di Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat, Gorontalo dan Nusa Tenggara Barat, lima provinsi di mana Widodo kalah dari Prabowo pada tahun 2014.

Namun Jokowi telah berusaha merebut hati masyarakat Lombok di Nusa Tenggara Barat, dengan memberi pidato penutup Asian Games disana di depan para korban gempa.

Ia juga membuka jalan untuk kampanye dengan pembangunan kembali 70.000 rumah .

Sementara itu dijelaskan dalam artikel tersebut, Tim Bravo terdiri dari para jenderal yang lulus dari akademi militer pada pertengahan tahun 1970-an.

Sementara para perwira senior pensiunan di Tim Charlie, (Cakra atau senjata mistis Wisnu) semua lulus setelah 1977.

Widodo juga bisa mendapat bantuan dari Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias "Ahok" yang masih menjalani hukuman penjara dua tahun karena kasus penistaan ​​agama dalam salah satu pidato kampanyenya.[tribun]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita