Iwan Fals Bikin Cuitan soal Rupiah, Warganet Singgung Lirik Lagu-lagu Lawasnya

Iwan Fals Bikin Cuitan soal Rupiah, Warganet Singgung Lirik Lagu-lagu Lawasnya

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Rupiah melemah menjadi bahasan hangat masyarakat Indonesia.

Beberapa menyebut, tren pelemahan rupiah yang levelny mencapai Rp 15.000 per dollar AS sebagai cerminan bahwa ada yang tidak beres dengan perekonomian Indonesia belakangan ini.

Lantaran nilai tukar rupiah mencapai titik terlemah sejak 10 tahun silam saat Indonesia diterpa badai krisis ekonomi.

Nilai tukar ini juga lebih buruk daripada posisi terlemah pada 29 September 2015.

Terkait hal tersebut, sejumlah publik figur membuat cuitan.

Ada yang menanggapi santai, ada yang merespons dengan data.

Salah satunya adalah penyanyi senior Indonesia, Iwan Fals.

Melalui akun Twitternya, @iwanfals, sempat menuliskan cuitannya seputar rupiah.



Pada Rabu, (5/9/2018), ia menuliskan tanggapannya terhadap isi berita yang berjudul pengusaha tekstil ramai menukar uang dollar dengan rupiah.

Kemudian ia menuliskan keheranannya mengapa bisa uang diperjual belikan.

Ia pun menunjukkan kecintaannya pada rupiah.

"Beli uang pake uang, kok uang diperjual belikan ya...aya2 wae, apapun yg terjadi sy tetap cinta rupiah..," tulis Iwan Fals.

"Dunia tu indahnya satu mata uang, yaitu ya Rupiah lah," lanjutnya.



Pantauan TribunSolo.com, cuitan Iwan Fals tersebut sempat direspons oleh warganet dengan lirik-lirik lagu lawasnya.

Antara lain lagu Pesawat Tempur, Manusia Setengah Dewa, hingga plesetan lagu Bento.

"PENGUASA...PENGUASA... BERILAH HAMBAMU UANG, BERI HAMBA UANG, BERI HAMBA UANG," tulis seorang warganet.

"Perduli kata orang...yang penting dikasi uang...diajak makan penguasa ..assiikk..sekali lagi asssiiiiikkk...," timpal seorang warganet.

"Turunkan dolar secepatnya," tulis seorang warganet.

"Turunkan dollar secepatnya

Berikan kami perkejaan

Pasti ku angkat engkau

Menjadi manusia setengah......?

(Isi sendiri)," cuit yang lainnya.

Saran Faisal Basri untuk Redam Rupiah Anjlok

Dalam artikel yang dipublish pada Rabu (4/9/2018), pakar ekonomi Fasial Basri memberikan saran apa yang harus dilakukan pemerintah untuk meredam kemorosotan nilai tukar rupiah.

Lulusan Master of Arts (M.A.) dalam bidang ekonomi, Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika Serikat ini menyampaikan 6 poin untuk koreksi pemerintah.

Berikut rangkumannya:

1. Menambah dosis kenaikan suku bunga acuan.

Menurut Basri, dosis kenaikan suku bunga acuan (BI 7-day repo rate) belum memadai untuk mengobati penyakit yang bertambah kronis.

Dosis perlu segera ditambah dengan kenaikan suku bunga acuan severas 50 basis poin agar cadangan devisa tidak terlalu banyak terkikis.

2. Petinggi negeri, jangan ternak dollar!

Kedua, kata Basri, pemerintah harus segera melakukan “imbauan moral” agar para petinggi negeri mengorbankan ternak dollarnya.

"Sangat tidak elok jika peternakan milik para pengelola negara sampai mencapai ratusan ribu dollar AS, bahkan ada yang mencapai jutaan dollar AS," tulis Basri.

3. Hemat belanja valuta asing

Ada beberapa cara untuk berhemat belanja valuta asing.

Yakni dengan tidak melakukan studi banding keluar negeri, menekan jumlah delegasi ke luar negeri, menyeleksi ketat perjalanan luar negeri oleh pejabat negara dan jajaran BUMN, melarang BUMN menggelar tarvel fair seraya menggalakkan wisata domestik, dan melarang BUMN melakukan pembayaran dalam dollar.

4. Buka pasar baru di luar negeri

Keempat menurut pria kelahiran Jawa Barat, 6 November 1959 ini, pemerintah bisa menargetkan seluruh perwakilan di luar negeri untuk memperluas serta membuka pasar baru di masing-masing negara tempat bertugas.

5. Jadwal ulang proyek strategis

Menutur Basri, saat ini pemerintah perlu menjadwal ulang proyek-proyek strategis sekalipun terutama yang boros devisa, termasuk belanja pertahanan.

Jika kondisi sudah normal kembali, belanja yang tertunda bisa diperhitungkan.

6. 'Bersih-bersih dapur'

Faisal Basri juga menyarankan Presiden Jokowi bersih-bersih dapur jika diperlukan.

Dalam hal ini adalah menertibkan para menteri yang dianggap kerap salah langkah.

"Pembersihan dapur rumah sendiri dengan menertibkan (kalau perlu memecat) para menteri yang membuat pasar domestik sering kebobolan."

"Patut diduga, praktek-praktek pemburuan berada di balik arus impor yang semakin deras," tulis Basri. [tribun]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita