Ferry Mursyidan: Bukan Tipikal Saya Menguliti Pak Jokowi, Saya Ungkap Keunggulan Mas Bowo

Ferry Mursyidan: Bukan Tipikal Saya Menguliti Pak Jokowi, Saya Ungkap Keunggulan Mas Bowo

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Ferry kini memilih berhadap-hadapan dengan Presiden Jokowi yang pernah menjadi bosnya di Kabinet Kerja. Ferry yang sebelumnya tercatat sebagai kader Partai Nasional Demokrat, setelah tak lagi jadi menteri Jokowi kini masuk dalam Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019. Lantas apa alasan Ferry memi­lih berhadapan dengan Jokowi? berikut pemaparan Ferry kepada Rakyat Merdeka.

Benarkah Anda bagian dari Tim Sukses Prabowo Subianto-Sandiaga Uno?

Iya, saya diminta atau dia­jak bergabung. Ya sudah saya mengiyakan ajakan tersebut.

Kabarnya Anda diajak Sudirman Said yang dulu pernah menjabat sebagai menteri di pemerintahan sekarang?

Ya, kami ini sudah menjadi te­man lama kok. Saya dengan Pak Dirman bukan hanya berteman saat menjadi menteri, sebelum­nya juga sudah dekat. Pola sila­turahmi yang kami punya kami terapkan lewat komunikasi atau ngobrol gitu lha.

Alasan Anda menerima aja­kan manjadi timses Prabowo-Sandi apa?

Saya itu sejak tahun 2016 su­dah tidak aktif di Partai Nasdem. Lalu Nasdem terus berproses sebagai partai politik. Artinya saya tidak ikut lagi dalam proses politik Nasdem sejak tahun 2016. Akan tetapi saya sadar diri mung­kin saya tidak diikuti sebagai bagian dari partai. Ya sudah tidak mengapa saya jalan saja mengingat saya ini kan politisi.

Ada iming-iming jabatan strategis jika menang Pilpres 2019?

Tidak, tidak ada. Saya katakan berpolitik itu dunia saya, sebab saya itu politisi. Proses dalam politik itu menjadi menarik bagi saya. Politik itu true influence atau seni yang bisa memengar­uhi dan mengajak orang. Hal demikian juga bagian dari proses kehidupan. Bagi saya, seorang politisi itu ada jabatan, tidak ada jabatan saya tetap politisi. Akan tetapi ketika ada jabatan tentu kita ada kesempatan lebih besar untuk berbuat demi masyarakat.

Jadi bergabung di timses Prabowo-Sandi bukan ekspresi kekesalan Anda yang pernah di-reshuffle Presiden Jokowi?

Oh tidak. Saya begitu berhenti jadi menteri saya tetap sebagai politisi. Saya tetap menyambung silaturahmi dengan berbagai elemen. Jadi saya tetap jalan dan komunikasi dengan sesama politisi. Makanya, saya katakan ketika ada jabatan untuk mengabdi yang lebih besar bagi orang banyak, dan ketika tidak ada jabatan ya sudah saya biasa saja. Kenapa juga saya harus marah-marah.

Sebagai politisi kita tidak boleh politik marah-marah. Termasuk tentang pemilihan ini. Wah, orang menilai saya merapat ke Mas Bowo dan Sandi karena saya marah lantaran dulu pernah di-reshuffle. Oh tidak ada. Bagaimana berpolitik bisa marah. Tidak ada itu yang begitu.

Apa jabatan Anda di timses Prabowo-Sandi?

Saya tidak tahu jabatan saya apa di timses Mas Bowo dan Sandi. Tapi saya tunggu saja hasil yang disusun partai koalisi dengan Mas Bowo. Saya kira dalam konteks jabatan apa saja, ya tentu saya akan melaksanakan pemenangan yang saya bisa saya lakukan.

Semua tugas yang akan Anda emban akan Anda jalankan?

Ya tentu saya sampaikan juga apa yang bisa saya lakukan. Misalnya kalau komunikasi politik itu bisa saya lakukan. Atau mengawal suara dalam re­kapitulasi suara dari mulai tem­pat pemungutan suara, Komisi Pemilihan Umum, bahkan sam­pai Mahkamah Konstitusi. Kalau tugasnya begini bisa saya laku­kan. Jadi saya kerjakan apa yang bisa saya lakukan sebagaimana saya lakukan saat mengantarkan Pak Jokowi dan Pak Jusuf Kalla menjadi Presiden dan Wakil Presiden.

Kalau saya tidak bisa melaku­kan, maka saya katakan tidak bisa melakukan ini. Begitupun sebaliknya. Yang jelas karena saya punya pengalaman maka saya akan optimal membantu.

Kalau Anda ditugaskan untuk menguliti kelemahan-kelamahan pemerintahan Jokowi di bidang agraria dan pertanahan bagaimana itu?

Itu bukan tipe saya. Selama saya berpolitik kapan saya mengungkapkan hal-hal bu­ruk, silakan Anda kroscek. Ketika saya keluar dari Partai Golkar adakah saya menguliti Golkar begini dan begitu. Ketika saya berhenti menjadi menteri tidak ada kalimat saya mengdeskreditkan Pak Jokowi dan sebagainya.

Anda ini bekas ketum PB HMI. Apakah Anda akan menggiring massa HMI untuk mendukung Prabowo?

Ya, saya itu hanya mantan, sedangkan sekarang ada ketua umumnya.

Tapi massa HMI Anda masih banyak...

Ya, saya masih menjalani tali silaturahmi saja. Bahkan saya masih komunikasi dengan kon­stituen saya saat masih menjadi anggota dewan dari dapil Jawa Barat, dan sampai hari ini saya jaga. Bagi saya penting itu men­jaga silaturahmi.

Anda siap berdebat dengan teman lama sesama timses Jokowi-JK pada Pilpres 2014 lalu?

Ya tidak apa-apalah. Kami kan berdebat sebagai timses bukan berdebat sebagai orang yang bermusuhan. Kalau perdebatan tentang timses tentu kami saling menyampaikan argumentasi. Ya, kami menguatkan pasangan yang kami dukung. Makanya saya katakan dalam perdeba­tan itu kami menyampaikan keunggulan-keunggulan yang kemudian masyarakat menden­gar penjelasan kami. Pasalnya kami mengupayakan pilihlah pasangan yang kami dukung. Dulu juga saat saya menjadi timses pasangan Pak Jokowi-JK saya berdebat dengan teman-teman Golkar yang saat itu mendukung Mas Bowo dan Mas Hatta Rajasa. [rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita