Sudjiwo Tedjo Minta Mata Najwa Tutup Sampai Pilpres 2019 Selesai Jika Jadi Timses

Sudjiwo Tedjo Minta Mata Najwa Tutup Sampai Pilpres 2019 Selesai Jika Jadi Timses

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Budayawan Sudjiwo Tedjo menanggapi kabar soal nama Najwa Shihab yang disebut-sebut calon kandidat Tim Sukses (Timses) Jokowi.

Hal tersebut diungkapkan Sudjiwo Tedjo, di akun Twitternya @sudjiwotedjo, Senin (27/8/2018).

Sudjiwo Tedjo menanggapi salah satu akun berita online yang menyebutkan Najwa Shihab sebagai kandidat timses Jokowi.

Meski dalam berita tersebut nama Ketua Panitia Asian Games 2018, Erick Thohir juga disebutkan, namun Sudjiwo Tedjo lebih fokus kepada Najwa Shihab.

Menurutnya, apabila berita tersebut benar, maka ada baiknya kalau program Mata Najwa yang dipandu Najwa Shihab tersebut harus berhenti tayang hingga Pilpres 2019 mendatang.

Tak hanya itu, jurnalis selain Najwa Shihab pun harus mundur jika menjadi timses salah satu calon presiden.

"Dengan segala cinta, dan dengan segala hormat, jika berita ini betul, Mata Najwa harus tutup sampai Pilpres 2019 selesai bila Najwa Shibab jadi timses salah satu capres apalagi ketua timses. Selain Najwa, seluruh wartawan/wati jg hrs mundur jk jd timses serupa," tulisnya.




Rupanya unggahan ini pun mendapat tanggapan dari salah seorang warganet.

Warganet tersebut menyebutkan bahwa Najwa Shihab ini masih berstatus kandidat.

Jadi belum tentu, benar menjadi timses Jokowi.

@heyex_ : Masih dalam kategori "kandidat" cuk

Ternyata, Sudjiwo Tedjo memiliki pendapat berbeda.

Ia menyebutkan meski masih dalam status kandidat, tetap saja Najwa Shihab harus mundur sebagai wartawan.

Pasalnya, seorang wartawan harus memiliki prinsip 'netralitas'.

“Kandidat” pun sebenarnya sudah perlu mundur sbg wartawan. Masa’ juru kabar punya kecenderungan dukungan? Kalau gak punya kecenderungan dukungan, tidak mungkin dijadikan kandidat. Wartawan baiknya NETRAL," balas Sudjiwo Tedjo.




Di akhir ungggahannya, Sudjiwo Tedjo mengingatkan bahwa justru di zaman sekarang yang berbahaya adalah framing berita.

Bahkan menurutnya, framing media jauh lebih berbahaya dibandingkan laras senapan yang dulu digaungkan di rezim Soeharto.

"Seburuk2 rezim Soeharto cuma ada Dwi Fungsi Tentara .. kini ada gejala Dwi Fungsi Jurnalis .. framing berita berlipat jauh lebih bahaya ketimbang laras senapan," tulisnya.




Diberitakan sebelumnya Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin turut membahas sosok Erick Tohir dan Najwa Shihab untuk menjadi ketua tim TKN.

Wakil Sekjen TKN Ahmad Rofiq mengatakan, Joko Widodo saat ini sedang fokus mencari profil anak muda yang memiliki prestasi yang masuk ke dunia milenial, mengingat pemilih dikalangan tersebut sangat besar.

"Banyak sekali (anak mudah) salah satunya itu, dua nama itu (Erick dan Najwa) yang coba diperbincangkan tetapi kan itu baru di kalangan koalisi," ujar Rofiq di Jakarta, Minggu (26/8/2018).

Meski sudah masuk ke dalam pembahasan TKN, kata Rofiq, kedua nama tersebut belum sampai diusulkan kepada Jokowi, mengingat koalisi hanya bersifat menjaring suara dari masyarakat.

"Harus diberikan kepercayaan diri bahwa dengan kekuatan tim yang Pak Jokowi miliki sekaligus apa yang Pak Jokowi kedepan tentu akan lebih banyak berkarya untuk kepentingan milenial," papar Rofiq yang juga menjabat sebagai Sekjen Perindo.

Diketahui, TKN capres Jokowi dan cawapres Ma'ruf Amin sudah ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Akan tetapi, posisi ketua tim belum diisi. [tribun]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita