GELORA.CO - Revolusi mental menjadi salah satu program kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal itu sudah dikampanyekan mantan Gubernur DKI Jakarta itu sejak terpilihmenjadi RI-01 pada 2014 lalu. Lalu bagaimana hasil revolusi mental setelah 4 tahun berlalu?.
Aktivis Kemanusiaan Natalius Pigai mengatakan, program revolusi mental merupakan sesuatu yang sia-sia. Bahkan menurutnya dia sudah memprediksi sejak awal program ini akan gagal.
"Sejak revolusi mental itu muncul, saya sudah tahu karena saya bukan sekedar aktivis, politis, tapi kita birokrat makanya kita fikir ini akan gagal," ujar Pigai dalam diskusi Vox Poin Indonesia bertajuk Merdeka Bersama Revolusi Mental? Di Kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (16/8).
Oleh sebab itu mantan Komisioner Komnas HAM itu lebih setuju jika revolusi mental itu disebut revolusi nguntal. Kegagalan program Jokowi itu dapat tergambar dari masih tingginya angka kemiskinan di Indonesia.
Pigai menerangkan, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam empat tahun kepemimpinan Jokowi, angka kemiskinan di Indonesia mencapai 9,82 persen. Hanya turun sangat sedikit dari sepeninggalan Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY), di mana pada 2014 diakhir masa jabatannya angka kemiskiman 10,96 persen.
"Bukan revolusi mental, tapi revolusi nguntal. Dia (rakyat) cari makan sendiri, makan sendiri, ditelan tanpa ngunyah itu nguntal namanya. Hasilnya dari rilis BPS, Jokowi meninggalkan kemiskinan 9,82 hanya turun satu digit selama 4 tahun," jelas Pigai.
Tingginya angka kemiskinan di Indonesia, lanjut Pigai, dikarenakan penyebaran anggaran yang tidak merata. Sebab anggaran negara lebih diperuntukkan untuk pembangunan infrastruktur yang dianggap tidak bisa menyerap tenaga kerja.
"Anggaran kebanyakan diarahkan oleh Jokowi untuk infrastruktur yang tidak bisa menambah lapangan kerja, di daerah saya aja ada pengangguran 6.000 orang," tegasnya.
Sementara itu politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Budiman Sudjatmiko membantah dengan tegas pernyataan tersebut. Menurutnya tudingan Pigai hanya seperti khayalan belaka.
Meski demikian Anggota Komisi II DPR RI itu mengakui jika penurunan angka kemiskinan di era pemerintah Jokowi tidak secepat pemerintahan sebelumnya. Namun di era ini ketimpangan ekonomi menjadi yang baik sejak reformasi bergulir.
"Era sekarang itu di mana fakta tidak ada, dan imajinasi itu ada. Justru di era (Jokowi) inilah sejak setelah reformasi, angka ketimpangan menurun. Betul penurunan angka kemiskinannya tidak secepat periode sebelumnya, tapi ketimpangan menurun," kata Budiman.
Lebih jauh Budiman mengatakan, Jokowi merupakan contoh pemimpin yang baik. Karena mengutamakan bekerja daripada mengedepankan omongan kosong.
"Pak jokowi dengan segala kekurangan sebagai manusia, lebih sekedar membangun infrastruktur, lebih dari sekedar bagi-bagi dana desa, dia adalah representasi politisi kerja di luar politisi yang ngomong saja," tandasnya. [jpc]