'Appetizer' Tak Sedap dari LSI Denny JA

'Appetizer' Tak Sedap dari LSI Denny JA

Gelora News
facebook twitter whatsapp


Oleh: Iramawati Oemar*

Selasa malam, 21 Agustus, sekitar jam 7-an sembari menunggu jam tayang ILC, iseng saya setel channel TV ke saluran iNews. Acaranya bertajuk “2 Periode VS Ganti Presiden”. Ada 2 nara sumber, yang satu Sekjen Perindo, yang lainnya Andre Rosiade dari Gerindra. Saya tak terlalu pay attention pada perdebatan kedua narsum, karena bagi saya apapun argumentasi kedua politisi tersebut bisa dianggap benar dari sudut pandang masing-masing yang sedang mempromosikan capres dan cawapres dukungannya.

Saya baru tertarik ketika host-nya mengajak untuk melihat tayangan hasil survey elektabilitas kedua paslon.

Survey yang dirujuk adalah survey dari LSI milik Denny JA. Disitu dipaparkan potret preferensi pemilih untuk setiap segmen pemilih. Yang menarik, di hampir semua segmen pemilih paslon Prabowo – Sandiaga (PaDi) elektabilitasnya kalah jauh dari paslon Jokowi – Ma’ruf (Koruf).

Di kalangan pemilih Muslim, PaDi hanya mendapat suara 30%an saja. Di kelompok pemilih milenials juga sama, perolehan PaDi hanya di kisaran 30%an. Bahkan, di segmen pemilih emak-emak, PaDi hanya dapat dukungan 30%. Sementara KoRuf di 3 segmen itu perolehannya mencapai lebih dari 50%an. Pasangan PaDi hanya unggul di segmen pemilih kelas menengah terdidik. Itu juga tidak terlalu jauh bedanya.

Seorang pengamat yang bukan orang LSI diundang juga di acara itu, duduk di kursi penonton yang terdiri dari para mahasiswa. Sang pengamat – tak perlu saya sebut namanya, gak enak, sebab saya kenal orangnya – dalam opininya terkesan membenarkan semua hasil survey LSI. Bahkan seakan kaum millenials kemungkinan mendukung petahana karena penciptaan lapangan kerja. Sebuah opini yang terkesan dipaksakan. Tapi sudahlah, kan stasiun TV-nya milik Om Harry Tanoe, wajar dong kalau mendukung pasangan KoRuf.

Sambil nonton saya buka FB, ternyata di timeline saya temukan status teman-teman yang membicarakan survey LSI Denny JA. Ternyata, saya baru “ngeh”, tanggal 20 Agustus Denny JA baru merilis hasil survey terbarunya. Hebat memang, Denny JA yang tercepat membidik “peluang”! Hanya 10 hari pasca kedua paslon mendaftar ke KPU, sudah ada hasil survey. Katanya survey dilakukan tanggal 12 – 19 Agustus. Survey dilakukan dengan cara tatap muka, kuesioner, wawancara secara mendalam dan disertai focus group discussion (FGD). Artinya antara responden dan surveyor ada interaksi langsung dan sungguh-sungguh. Hasilnya : 52,2% untuk KoRuf dan hanya 29,5% yang tersisa untuk PaDi. Saya tertawa melihat hasil ini. Okay, Denny JA, we never worry about the result, however bad it is!

Lho kok?! Apakah sebagai pendukung Pak Prabowo dan Bang Sandi saya sudah pesimis?! Oh NO! Big NO! Justru saya optimis, makanya saya hanya tertawa saja. Sebab, mari kita tengok hasil-hasil survey LSI Denny JA dalam 2 tahun belakangan ini.

17 Januari 2017, media-media (saya sajikan dari Tempo, Kompas dan CNN Indonesia) memuat hasil survey LSI Denny JA tentang prediksi perolehan suara pada Pilgub DKI putaran pertama. Anies (maksudnya paslon Anies-Sandi, ASA) diprediksi bakal tersingkir di putaran pertama. Sebab perolehan suaranya hanya 21,4%, ketinggalan jauh dari 2 paslon lainnya. Katanya pula, Anies (ASA) secara konsisten menunjukkan hasil yang selalu berada di urutan paling buncit dalam 6 kali survey oleh 6 lembaga survey. Bahkan dukungan terhadap ASA makin menurun, sehingga selisihnya 2 digit (mencapai 10%) terhadap paslon lain. Intinya : ASA keok! Tak bakal mampu mengejar karena sudah 2 digit ketertinggalannya.

Dan…, kurang dari sebulan kemudian, 15 Februari 2017, warga DKI membuktikan bahwa 6 lembaga survey plus LSI Denny JA itulah yang SALAH BESAR!!! Perolehan suara ASA hanya selisih 3% saja dari suara Ahok-Djarot sang petahana.

Bahkan, AHY yang oleh LSI Denny JA diprediksi akan memimpin dengan perolehan 36,7% ternyata harus tersisih karena hanya mengantongi dukungan 17,07% suara. Artinya selisihnya 19% dari prediksi survey!

Masuk akalkah hanya dalam tempo kurang dari sebulan ASA mendadak melonjak 18,5% padahal selama berbulan-bulan sebelumnya selalu konsisten kalah?!

Masuk akalkah hanya dalam kurun waktu kurang dari sebulan dukungan untuk AHY melorot hingga lebih dari 50%?! Angka 17,07% itu hanya sekitar 43%an dari 36,7%. Artinya suara AHY tergerus 57%. Sungguh tak masuk akal! Satu-satunya penjelasan adalah : hasil survey yang TIDAK AKURAT!

Dengan ERROR yang sebegitu besar, semestinya Denny JA tutup saja “warung”nya.

Apa yang bisa dibanggakan lagi dari sebuah bisnis yang berbasis akurasi, jika ternyata hasilnya TOTALLY WRONG?! Akurasinya amburadul parah!

Oh ya, jangan lupa, saat itu LSI Denny JA juga mengklaim bahwa metode survey dilakukan dengan cara tatap muka langsung, wawancara mendalam dan FGD. Heheheee…, berarti survey yang dirilis 20 Agustus 2018 terhadap paslon KoRuf dan PaDi berpotensi sama dong hasilnya. Sama-sama terbalik, maksudnya!

Tak hanya berhenti di situ, tahun ini, menjelang Pilkada serentak 27 Juni 2018, LSI Denny JA juga merilis hasil survey untuk Pilgub Jawa Barat. Khusus untuk pasangan ASYIK menurut hasil survey hanya mendapat dukungan 7,9% suara saja. Sementara, ketika hari H pencoblosan, quick count yang dilakukan LSI Denny JA justru menunjukkan pasangan ASYIK mendapat suara 27,98% atau 3,5 kali lipat dari hasil survey, alias 350%-an melambung di atas hasil survey. Gila!! Ini survey apa ramalan Mbah dukun?! Bahkan jika seluruh suara “undecided voters” semua dilimpahkan ke paslon ASYIK sekalipun, tetap tak mampu mencapai perolehan riil yang disahkan KPUD.

Lagi-lagi, hasil survey berbagai lembaga survey, termasuk LSI Denny JA, MELESET JAUH dari hasil riil.

Dengan berkaca pada kedua kejadian di atas – Pilgub DKI dan Pilgub Jabar – masihkah kita layak mempercayai hasil survey lembaga survey?!

Dalam beberapa tahun terakhir, lembaga survey sudah berubah menjadi konsultan politik dan bisnis citra bagi para kontestan Pilkada dan Pileg. Statistik memang bisa saja salah, tapi semestinya sudah ada perhitungan margin of error. Lembaga-lembaga survey selalu mengklaim hasil survey mereka margin of error-nya berkisar 2-3% saja. Meski kenyataannya bisa sampai 20%, ironisnya pemilik lembaga survey masih punya muka untuk tampil di televisi dan mencari pembenaran.

Statistik, seperti juga robot atau program komputer paling canggih sekalipun, masih saja bergantung pada “the man behind the machine”. Ketika input yang dimasukkan oleh operatornya salah, maka keliru pula hasilnya. Jika responden dari sebuah survey sudah disetting sedemikian rupa, atau sample responden tidak sepenuhnya acak, jangan heran kalau hasilnya justru terbalik dari kenyataan.

Kembali ke soal hasil survey Denny JA yang terbaru, terkait prediksi dukungan untuk capres-cawapres, saya harus acungi jempol kelihaian Denny JA membidik peluang. Dia yang paling awal merilis survey.

Ibaratnya Denny JA sedang menyuguhkan appetizer, hidangan pembuka. Walaupun bagi paslon PaDi hidangan pembuka itu rasanya tak sedap.

Tapi intinya LSI Denny JA sedang berupaya menggedor pintu kedua paslon capres.

Bagi kubu KoRuf, jika mereka puas dengan hasil survey itu, bisa saja terbuka peluang tim sukses KoRuf akan menyewa jasa LSI Denny JA selama 8 bulan ke depan.

Begitu pula bagi paslon PaDi, jika mereka worry dengan hasil survey itu, bisa jadi kemudian LSI Denny JA diminta jadi konsultan oleh tim pemenangan.

Begitu kira-kira kalkulasi bisnisnya.

Sayang sekali, Denny JA keliru jika berharap paslon PaDi akan khawatir melihat hasil survey itu. Sandiaga Uno justru menanggapi dengan santai dan bahkan bersyukur bisa mendapat angka 29%, sebab menurutnya sebelumnya hanya diprediksi 0,3% saja. Hahahaaa…!!!

So, Denny JA, come on, lanjutken saja bikin survey-survey-an. Terima kasih sudah UNDER-ESTIMATE pada pasangan Prabowo – Sandiaga. Justru hasil survey itu yang akan memotivasi kami bekerja lebih baik, lebih cerdas, lebih sungguh-sungguh untuk memenangkan Prabowo – Sandi pada Pilpres 2019, demi mewujudkan keinginan rakyat #2019gantiPresiden.

Ayooo…, Emak-emak, kita “sambut” hasil survey LSI Denny JA atau lembaga apapun, BUKTIKAN bahwa TIDAK BENAR hanya 30% saja emak-emak yang mendukung PaDi. Jangan mau kalah dengan Omak-omak di Medan yang langsung membentuk Partai Omak-omak, memberikan dukungan pada Prabowo – Sandi demi masa depan yang lebih baik. Oke?! Oke Oce dong! [swa]

*Penulis adalah Pegiat Media Sosial

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA