Walikota di Filipina Tewas Ditembak Sniper saat Upacara Bendera, ini Videonya

Walikota di Filipina Tewas Ditembak Sniper saat Upacara Bendera, ini Videonya

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Seorang walikota Filipina yang mengarak tersangka pengedar narkoba melalui jalan-jalan di kotanya tewas ditembak seorang sniper, Senin (2/7/2018).

Walikota Antonio Cando Halili ditembak ketika menghadiri upacara pengibaran bendera mingguan untuk pejabat pemerintah, kata polisi.

Antonio meninggal di rumah sakit akibat satu peluru yang menembus dadanya.

Penembakan itu terjadi bertepatan saat para pegawai negeri di Pemko Tanauan, sebuah kota di provinsi Batangas barat daya ibukota Manila.

"Kami terkejut, kami sedih," kata Wakil Walikota Jhoanna Villamor kepada stasiun radio DZBB, seperti dilansir Kantor Berita AFP.

Jhoanna berada di samping Antonio saat penembakan terjadi.

Sebuah video yang diambil melalui HP saat penembakan terjadi viral di media sosial.

Tembakan itu membuat suasana khidmat saat lagu kebangsaan Filipina dinyanyikan berubah menjadi gaduh karena semua orang berteriak histeris.

Antonio termasuk walikota yang kontoversial dalam menegakkan perang terhadap narkoba yang dicanangkan Presiden Filipina Rodrigo Duterte.

Dia menjadi terkenal karena memperkenalkan parade "walk of shame", mempermalukan bandar narkoba yang tertangkap dengan membawanya berkeliling kota.

Pada tahun 2017, nama Antonio muncul dalam "daftar narco" yang disajikan oleh Duterte, dari pejabat yang diduga terkait dengan narkotika.

Antonio sempat dilucuti jabatannya, namun kembali menjadi walikota setelah polisi mencoretnya dari daftar tersebut.

Setelah itu, Antonio bahkan lebih garang memerangi narkoba di kotanya.

Polisi mengatakan, mereka telah menewaskan lebih dari 4.200 tersangka pengedar narkoba sejak dua tahun lalu.



Dalam sebuah wawancara dengan Reuters pada Agustus 2016, Antonio mengatakan, dia mendukung kampanye Duterte dan gembong obat terlarang harus menjadi target utama.

"Tidak ada yang aman: walikota, gubernur, anggota kongres kadang hanya jadi korban laporan palsu intelijen dan polisi, bisa berakhir mematikan," katanya.

"Saya punya perasaan bahwa mereka (polisi) mengejar burung kecil untuk menakut-nakuti orang," katanya.

Seorang penyelidik kepolisian mengatakan kepada sebuah stasiun radio bahwa senapan jarak jauh bertenaga tinggi digunakan dalam serangan itu.

Kepala polisi kota Renato Mercado mengatakan kepada AFP bahwa pelaku menembak Antonio dari jarak sekitar 150 meter.

”Jarak dari posisi itu luar biasa. Itu tidak bisa dilakukan oleh orang biasa. Skillnya bisa disamakan dengan sniper terlatih, ” katanya.

Mercado mengatakan bahwa pembunuhan itu mungkin terkait dengan tuduhan obat-obatan terlarang.

Para politisi lokal mengecam pembunuhan tersebut sebagai dampak dari perang obat Duterte yang dianggap berlebihan.

"Ini jelas merupakan dampak dari EJK (pembunuhan ekstra-yudisial) dari apa yang disebut perang narkoba oleh pemerintah," kata pemimpin oposisi Senator Francis Pangilinan dalam sebuah pernyataan.

Tiga walikota dalam "daftar narco" telah ditembak mati, salah satunya ketika ditahan di dalam sel penjara.

Juru bicara Duterte, Harry Roque, mengutuk kejahatan itu dan memuji Antonio sebagai salah satu walikota yang paling progresif dalam memerangi narkoba. [tribun]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita