Said Didu: Orang Freeport Buka ke Saya 'Banyak Benalu di Jakarta, Kami Capek Tertekan di Indonesia'

Said Didu: Orang Freeport Buka ke Saya 'Banyak Benalu di Jakarta, Kami Capek Tertekan di Indonesia'

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Mantan staf khusus menteri ESDM, Muhammad Said Didu, turut menyoroti soal benalu-benalu Freeport.

Dilansir TribunWow.com, hal tersebut tampak ketika ia hadir di acara Indonesia Lawyer tvOne pada Selasa (17/2018).

Said Didu mengatakan jika dirinya adalah pelaku negosiasi pertama Freeport 2015.

"Jadi saya paham betul apa yang terjadi, saya ngobrol dengan Bob Hasan yang generasi pertama kontrak Freeport.

Saya ke Papua berkali-kali untuk mengetahui semuanya.

Jadi saya menyatakan siapun presidennya, akan mengahadapi seperti ini.

Dan siapapun yang berprestasi juga akan mendapatkan.

Jadi tidak usah dicap siapa presidennya waktunya sampai, bukan karena Pak Jokowi sedang presiden, untuk menyelesaikan persoalan," kata Said Didu.

Ia kemudian mengaku jika saat perundingan 2015, membahas tentang kontrak, namun Ketua KSP mengatakan jika tidak boleh ada perundingan sebelum 2019.

"Pak Luhut saat itu, nah karena Undang-undang Minerba mengatakan dua tahun sebelum habis kontrak, baru boleh meminta perpanjangan," lanjutnya.

Said Didu kemudian menjelaskan kenapa ada perundingan.

"Ini harus ada investasi bawah tanah, kalau tidak terjadi investasi bawah tanah maka sebenarnya akhir tahun ini akan terjadi penutupan tambang atas tanah.

Sehingga muncullah kasus puncaknnya, papa minta saham. Papa minta saham membubarkan semua negosiasi-negosiasi yang ada," sambungnya.

Said Didu kemudian mengatakan kasus Freeport selalu ribut karena banyak benalu.

"Dan benalu-benalunya itu tokoh-tokoh di Jakarta, saya paham Pak, orang Freeport buka ke saya.

Jadi pada saat saya berbicara, begini, saya orang peneliti. Saya bilang, saya tidak suka berunding panjang-panjang.

Saya hanya tahu bahwa perusahaan tambang sebesar ini di Kanada dan di New Zealand yang paling bagus tambangnya, itu penerimaan negara sekitar 60 persen.

Kembali ke negara dalam bentuk royalti, pajak, dan lain-lain.

Saya hitung saat itu dari Freeport sekitar rata-rata 42 persen, termasuk deviden.

Saya bilang saya minta naik 60, langsung dijawab saya bersedia.

Saya kaget kok bersedia? 'Tapi tolong saya dibantu, bantu saya membersihkan benalu-benalu, karena kami sudah capek tertekan di Indonesia.'

Dan dia sudah menyatakan, selalu perunding-perunding yang dikirim ke Indonesia selalu ujungnya diinjak kakinya itu dia katakan," ungkap Said Didu.

Meski demikian, Said Didu enggan menyebutkan siapa orang-orangnya.

Said Didu kemudian menjelaskan apabila saat ini ada dua persoalan yang dihadapi terkait kontrak Freeport.

"Satu, kalau nunggu sampai 2021 maka investasi bawah tanah, tambang bawah tanah yang sekarang sudah 600 km stop.

Itu 20 miliar dolar, kalau itu berhenti, maka tutup tambang atas tanah. Maka ekonomi Papua akan bermasalah," kata Said Didu.

"Maka timbul dua masalah, satu ada yang mengatakan masuklah kita arbitrase. Persoalannya tambah ini dijaga 24 jam, ada goyang sedikit maka langsung ditempel, dipalu. 
Ahli tambang pasti paham, tambang yang runtuh tidak akan bisa kita masuk lagi.
Jadi, kita mau zero some game atau cari win win solution?
Yang kedua, Freeport ini daerah tertutup, sekali tambang tidak dioperasikan maka semua orang bisa masuk, emas di dalam.

Pada saat semua orang sudah masuk, kepala suku di dalam, maka jangan ada harap lagi bisa masuk (negara). Secara sosial," jelasnya.

"Jadi kita berunding saat itu benar-benar memikirkan, kalau terjadi gejolak Papua dan Pak Jokowi tidak bisa menyelesaikannya, maka pemerintah akan menjadi masalah," tambah Said Didu.

Said Didu kemudian meminta agar semua orang tidak menyalahkan presiden masa lalu atau memuji presiden masa sekarang atas Freeport.

Menurut Said Didu, siapapun presidennya, hal ini (kontrak) sudah waktunya sampai.

Said Didu juga mengatakan jika setiap era pemerintahaan pasti menerima hasil dan menerima masalah.

Simak selengkapnya dalam video di bawah ini:



BERIKUTNYA
SEBELUMNYA