Rizal Ramli 'Kepret' Sri Mulyani (Lagi)

Rizal Ramli 'Kepret' Sri Mulyani (Lagi)

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli kembali menyindir Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Sindiran itu dilontarkan RR saat berbicara mengenai kondisi perekonomian Indonesia terkini di sebuah diskusi.

Rizal Ramli atau biasa disebut RR, atau bisa bisa juga disebut si rajawali ngepret ini memang kerap mengkritisi kondisi perekonomian negara. Sri Mulyani selaku menteri keuangan pun menjadi sasaran 'kepretannya' karena perannya dalam mengambil kebijakan.

Beberapa kali Rizal Ramli juga sempat mengajak Sri Mulyani untuk beradu debat mengenai masalah ekonomi, khususnya tentang utang negara. Namun, Sri Mulyani tak pernah menanggapi tantangan tersebut.

Terakhir, saat rapat bersama Komisi XI DPR, salah seorang anggota rapat sempat bertanya mengapa Sri Mulyani tak menerima tantangan debat Rizal Ramli. Sri Mulyani pun memberi tanggapan.

"Saya Menteri Keuangan, saya bukan pendebat. Jadi saya mengelola fiskal," jawab Sri Mulyani sambil diiringi sedikit tawa anggota rapat.

Kali ini, Rizal Ramli pun kembali menyindir Sri Mulyani. Sindiran tersebut juga kembali membahas persoalan utang Indonesia. Seperti apa sindirannya?

Simak berita selengkapnya.

Rizal Ramli Sindir Data Pemerintah Ngawur

Rizal Ramli mengungkapkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia, khususnya masalah utang sedang dalam kondisi yang kurang sehat. Namun, pemerintah selalu mengelak dengan menyatakan bahwa utang Indonesia masih aman.

Bahkan RR mengatakan, pemerintah selalu membandingkan rasio utang Indonesia lebih baik dengan negara lain seperti Amerika Serikat (AS) dan Jepang. Padahal, kata dia, perbandingan tersebut tak sesuai untuk dilakukan.

"Mereka (pemerintah) menggunakan data yang selektif, data yang, mohon maaf, ngawur. Come on, Amerika itu satu-satunya negara yang bisa cetak uang dolar dijual di luar negeri, di beli di luar negeri," kata RR di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (3/7/2018).

"Indonesia utang per GDP (Gross Domestik Bruto) lebih rendah dari Jepang. Come on, lihat dong di statistik Jepang, 80% utangnya itu sumbernya domestik, dari rakyat dan dari perusahaan dalam negeri, sehingga kalau ada gejolak internasional tidak terlalu terganggu," sambungnya.

Menurutnya, indikator yang seharusnya digunakan ialah dengan menghitung cicilan utang dibanding nilai ekspor. Sedangkan, kata RR, nilai ekspor kita sedang terjungkal belakangan ini.

Rizal Ramli Sebut Sri Mulyani Tidak Prudent

Rizal Ramli mengatakan pemerintah selalu mengklaim bahwa kebijakan yang diambil dilakukan secara prudent atau hati-hati untuk mengatasi masalah ini. Padahal menurutnya tidak.

Hal ini melihat dari sejumlah indikator ekonomi Indonesia yang dinilai negatif. Mulai dari neraca perdagangan, hingga defisit transaksi berjalan.

"Ini ada menteri keuangan yang selalu ngomong bolak balik, kami prudent, kami prudent. I'm sorry you're not prudent," katanya.

Selain itu, kata RR, bahwa pemerintah juga sering membangga-banggakan kondisi perekonomian Indonesia. Padahal, bila dilihat dari sisi neraca perdagangan, Indonesia mengalami defisit dalam beberapa bulan terakhir.

"Ini sebetulnya sudah setengah merah. Kami sopan saja, hati-hati untuk bilang prudent. Ini sudah setengah merah, dan ini sudah kami bilang akhir tahun lalu. Dan ini sama sekali tidak prudent, kalau ada menteri yang bilang prudent-prudent, apanya yang prudent. Kalau prudent ini angkanya positif, bukan negatif," jelasnya.

Sri Mulyani Dinilai Terlalu Manut pada Bank Dunia dan IMF

Rizal Ramli mengatakan untuk bisa membawa Indonesia menjadi negara maju, maka pemerintah jangan selalu bergantung pada Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF).

Rizal mengatakan bahwa saat ini Indonesia masuk dalam kategori negara miskin. Salah satu alasannya, kata dia, karena pemerintah terlalu bergantung pada saran dari Bank Dunia maupun IMF.

"Kenapa kita miskin, apa karena korupsi? Benar, salah satunya. Kedua karena garis ekonominya, kebijakan ekonominya manut sama Bank Dunia dan IMF. Tidak ada negara hebat ikut saran dari IMF bank dunia. Harus ada perubahan," katanya.

Menurutnya, negara-negara maju di dunia tidak pernah mengikuti saran kebijakan ekonomi dari Bank Dunia maupun IMF. Contohnya seperti Jepang dan China.

"Jepang setelah perang dunia 12% selama 20 tahun. China tumbuh 12% dalam 25 tahun, karena tidak pakai memakai cara-cara Bank Dunia, IMF, tidak mengandalkan utang. China utangnya tidak ada, kecuali domestik," jelas dia.

Padahal, kata dia, sejak dulu ekonomi Indonesia masih lebih kuat dibanding yang lainnya, contohnya dari sisi pendapatan perkapita. Namun, saat ini Indonesia kalah tertinggal dibanding negara-negara lain.

"Kita tidak pernah jadi hebat, pertumbuhan kita sedang. Tahun 67 semua di Asia pendapatnya US$ 100, China lebih miskin dari kita, US$ 50 per orang. Hari ini Korea US$ 35 ribu, 10 kali dari kita, Thailand 2 kali kita, Malaysia tiga kali kita, Taiwan enam kali kita," ujarnya. [dtk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita