Politisi Gerindra Debat dengan Masinton Pasaribu terkait Pidato 'Politikus Kompor' Presiden Jokowi

Politisi Gerindra Debat dengan Masinton Pasaribu terkait Pidato 'Politikus Kompor' Presiden Jokowi

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Politisi Gerindra Ferry Juliantono terlibat adu pendapat dengan politisi PDIP Masinton Pasaribu mengenai pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut soal 'politikus kompor'.

Hal tersebut diketahui dari acara televisi Apa Kabar Indonesia Malam yang diunggah oleh akun YouTube Talkshow tvOne pada Senin (16/7/2018).

Diketahui, Jokowi sempat mengatakan bahwa ada pihak-pihak yang ingin memprovokasi masyarakat, dalam pidatonya ketika berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) An-Najah, Gondang, Sragen, Jawa Tengah pada Sabtu (14/7/2018).

Jokowi pun menggunakan istilah 'politikus kompor' untuk menyebut sejumlah pihak yang ia maksud.

"Sering kan kalau mendekati pilihan bupati, wali kota, gubernur, pilihan presiden, dikompori. Yang ngompori siapa? Ya para politikus," kata Jokowi.

Jokowi kemudian mengajak masyarakat pintar memilih pemimpin.

Salah satunya dengan melihat rekam jejak calon pemimpin.

"Lihat rekam jejaknya, lihat track recordnya, pernah jadi apa, prestasinya apa, kinerjanya seperti apa. Harus dilihat. Jangan gampang percaya," sambung Jokowi.

Menanggapi hal tersebut, politisi Gerindra Ferry Julianto mengatakan apabila terminologi yang disampaikan oleh Jokowi tidaklah tepat.

Menurutnya, pihak-pihak seperti oposisi selama ini menyampaikan kritik sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.

Sehingga tidak pantas jika disebut sebagai kompor yang ikut memprovokasi masyarakat.

"Di kepalanya presiden, kalau kita bicara kritis disangkanya ngomporin. Bagi kita, kita justru menjelaskan kebenaran kepada rakyat, bahwa 'eh Indonesia sekarang mau krisis ekonomi, rupiah sekarang mau Rp 15.000, pengangguran di mana-mana. Kalau itu kenyataannya mau gimana?" kata Ferry.

Masinton kemudian menyindir Ferry Julianto yang merasa menjadi 'kompor' yang dimaksud Jokowi.

"Kalau Pak Ferry ini merasa 'kompor' ya berarti dia bagian dari 'kompor'," ujar Masinton.

Ferry membantah dengan mempertanyakan bagaimana jika sumber masalahnya ada di presiden itu sendiri.

"Kalau misalnya presiden tukang tipu gimana? Kalau rakyat balesnya gitu" ucap Ferry.

"Oh tidak dong, saya tidak setuju dengan terminologi tukang tipu itu," sahut Masinton.

Jawaban Masinton itu membuat Ferry menyarankan agar Jokowi tidak menggunakan terminologi 'kompor'.

Sedangkan Masinton berujar bahwa setiap kritik seharusnya memiliki basis fakta, data, dan tidak asal-asalan.

"Kritik apapun harus berbasis fakta, data, bukan kemudian asal-asal," ujar Masinton.

Pernyataan itu kemudian dibalas Ferry dengan menyebut sejumlah persoalan yang ada di masyarakat.

Seperti harga kebutuhan yang naik, hingga pengangguran di mana-mana.

Menanggapi hal tersebut, Masinton kemudian menganalogikan oposisi dengan tim sepak bola yang tidak kreatif dalam melakukan serangan yang langsung disanggah oleh Ferry.

Sementara itu, pengamat politik Hendri Satrio yang turut hadir dalam acara tersebut mencoba menengahi perdebatan dua tokoh politik itu.

Hendri mengatakan Jokowi seharusnya menerima kritik yang diberikan kepada dirinya.

Ia menyebutkan jika selama ini Jokowi bisa menerima kritik, akan tetapi baru sekarang mulai defensif.

Menurutnya, Jokowi melontarkan pernyataan tersebut karena kemungkinan ada sejumlah kiritik yang menganggunya.

Masinton juga menegaskan apabila pernyataan Jokowi, ketika ditelaah secara utuh, merupakan panduan untuk masyarakat agar tidak mudah terhasut terhadap politisi yang melebih-lebihkan.

Simak selengkapnya dalam video di bawah ini.


[tribun]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA