Fahri Hamzah: Saya Tidak akan Pindah, PKS Harus Diselamatkan

Fahri Hamzah: Saya Tidak akan Pindah, PKS Harus Diselamatkan

Gelora News
facebook twitter whatsapp
GELORA.CO - Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah berkomentar terkait dirinya dalam bursa calon legislatif (caleg).

Komentar tersebut disampaikan Fahri melalui akun Twitter-nya,@Fahrihamzah, Senin (16/7/2018).

Mulanya, politikus Golkar, Indra J Piliang menuliskan jika info yang berkembang, Rustam Ibrahim dan Fahri Hamzah akan menjadi caleg dari Partai Nasdem.

Namun, Indra mengatakan dirinya ingin mereka berdua menjadi caleg PSI agar bisa mempimpin aktivis 90an di PSI.

"Info yang berkembang dari @KJuraid ya Uda @RustamIbrahim, akhi @Fahrihamzah naik rajawali dengan Partai Nasdem.

Saya sih inginnya via PSI, biar mimpin aktivis2 90an yang bejibun.

Coba colek @taufikbasari deh," tulis Indra J Piliang.

Membalas hal tersebut, akun netizen @Egiexx menanyakan jika Fahri bergabung dengan PSI, apakah mau dirinya bergabung satu meja dengan Guntur Romli yang juga caleg dari PSI.

"Di PSI kan ada @GunRomli apa mau @Fahrihamzah satu meja?," tulis akun @Egiexx.










Menanggapi kedua tweet tersebut, Fahri mengatakan dirinya tidak mendaftar caleg karena PKS tidak mau.

Namun, ia tak akan pindah karena PKS harus diselamatkan.

Fahri pun menambahkan jika ia merasa kasian dengan kader yang telah berjuang dari bawah.

Wakil Ketua DPR RI ini mengatakan jika pimpinan PKS yang perlu diganti karena terlalu banyak berbuat salah.

"Saya tidak nyaleg karena PKS tidak mau.

Saya Gak akan pindah.

PKS harus diselamatkan.

Kasian kader yang berjuang dari bawah.

Pimpinan saja yang perlu diganti.

Terlalu banyak berbuat salah.


Partai memang bisa hilang. Duh Kasian," jawab Fahri.

Diberitakan sebelumnya, Fahri Hamzah mengatakan jika sekarang ini banyak Bakal Calon legislatif (Bacaleg) dari PKS yang mundur dari pencalonan.

Alasan mundurnya para bacaleg PKS tersebut menurut Fahri karena diwajibkan menandatanangani surat pengunduran diri bertanggal kosong.

"Ya banyak sekali, saya kira bisa bisa PKS ini enggak bisa meraju gara gara calegnya mundur semua," ujar Fahri di Kompleks Parlemen, senayan, Jakarta, Jumat, (13/7/2018), seperti dikutip TribunWow.com dari Tribunnews.

Fahri mengatakan kewajiban menandatangani surat pengunduran diri bertanggal kosong bagi para Caleg sama seperti meng ijon suara rakyat.

Menurutnya hal tersebut merupakan pengkhianatan terhadap demokrasi.

"Bagaimana cara anda menjadi wakil rakyat sementara nyawa anda dipegang partai.

Itulah tindakan menentang UUD dari PKS. Ini menentang UUD, mereka menganggap itu persoalan organisasi. Enggak bisa.

Anda mengijon suara rakyat, saya dipilih rakyat NTB tapi nyawa saya udah dipegang oleh DPP untuk sekedar ditaruh tanggal saya tiba-tiba hilang jadi anggota DPR," katanya.

Fahri mengatakan anggapan bacaleg menandatangani surat pengunduran diri bertanggal kosong merupakan bagian dari sebuah ketaatan terhadap partai adalah salah.

Menurut Fahri apa yang dilakukan DPP PKS dengan mewajibkan surat pengunduran diri bertanggal kosong adalah perampasan suara rakyat.

Karena caleg yang duduk di parlemen merupakan suara rakyat.

"Kalau nyawanya dipegang, Kita bisa mengumumkan kepada publik, jangan pilih calon dari PKS kenapa, kalau anda pilih, karena nyawanya sudah dipegang oleh partainya kok.

Lagi asik asiknya anda menikmati aksi dia membela rakyat, Tiba tiba partai narik dia hanya dengan membubuhkan tanggal orang itu hilang. Ngawurkan pimpinan PKS itu," pungkasnya.

Sementara itu Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera membenarkan bahwa terdapat beberapa Bacaleg PKS yang mundur.

Mardani mengatakan hal tersebut merupakan hak setiap orang.

"Kalau mundur ya itu hak nya kita hormati," kata Mardani, Rabu lalu.

Adapun mengenai surat pernyataan pengunduran diri yang wajib di tandatangani Bacaleg PKS menurut Mardani merupakan bagian dari jaring pengaman partai.

Hal tersebut menurut Mardani dilakukan juga oleh partai lain.

"Seharusnya sebagai anggota parpol semua mengikuti aturan aturan parpol," pungkasnya.[tribun]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita