BJ Habibie: Orang Tua Jangan Rencanakan Anak jadi Presiden

BJ Habibie: Orang Tua Jangan Rencanakan Anak jadi Presiden

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - "Siapa di sini yang mau jadi Presiden seperti Eyang Habibie?" pertanyaan ini langsung dijawab dengan acungan tangan banyak siswa-siswi sekolah dasar yang hadir dalam acara Habibie dan Anak Indonesia, di kediaman Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie (17/7), di Jakarta.

Acara yang diselenggarakan oleh The Habibie Center dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional (HAN) 2018 ini, dihadiri oleh puluhan pelajar sekolah dasar dari Jabodetabek, orang tua muda dan awak media.

Melihat anak-anak antusias mengangkat tangannya, tentu saja orang tua yang hadir langsung tersenyum bangga. Siapa sih, yang tidak ingin anaknya menjadi tumbuh pintar, berprestasi bahkan hingga menjadi Presiden seperti BJ Habibie? Banyak juga tentunya orang tua yang berusaha keras merencanakan berbagai hal termasuk memilihkan sekolah yang terbaik untuk anak karena mimpi-mimpi ini.

Tapi uniknya, tidak demikian pesan BJ Habibie untuk para orang tua.


"Tidak perlu sibuk merencanakan anak-anak kita supaya bisa jadi presiden. Ibu saya, tidak pernah berencana menjadikan saya insiyur atau Presiden!" tukas Habibie yang membuat para hadirin terperangah.

Habibie melanjutkan, "Yang penting, penerapan pola makan sehat sejak kecil. Rencanakan anak-anak agar jadi anak-anak yang sehat! Supaya mereka bisa terpenuhi gizinya, cukup gizi untuk terus belajar, dan sekolah. Orang tua harus berencana dan berusaha untuk ini semua."

Kesehatan dan pendidikan anak, menurut Habibie, menjadi pilar penting dalam kualitas hidup anak serta kemajuan sumber daya manusia dan bangsa Indonesia.

Pendapat Habibie ini juga juga didukung oleh Dokter Anak Sub Spesialis Nutrisi dan penyakit Metabolik pada Anak, DR.Dr.Damayanti R.Sjarif, SpA(K) yang turut hadir dan mengatakan, “Dalam pemenuhan nutrisi, masa anak-anak merupakan masa krusial yang berlangsung sangat pendek dan tidak dapat diulang lagi.

Karena itu, pola makan sehat dan seimbang sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yang optimal. Seorang anak yang kurang gizi akan mengalami hambatan perkembangan fisik dan kognitif sehingga berakibat pada rendahnya tingkat produktivitas di masa dewasa.


Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang masih memerlukan perhatian khusus dalam hal kecukupan gizi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa di Indonesia tercatat sekitar lebih dari 37,2 persen atau 8,4 juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami stunting, yaitu kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis.

Selain itu, berdasarkan Pantauan Status Gizi (PSG) 2017 yang dilakukan Kementerian Kesehatan, anak di bawah usia 5 tahun yang mengalami masalah gizi pada 2017 mencapai 17,8 persen, sama dengan tahun sebelumnya. Penyebabnya? Salah satunya adalah rendahnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi dan nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak ke depannya.


"Karena itu, harus sejak awal orang tua diberitahu mengenai hal ini. Ibu khususnya, sejak mengandung harus diberitahu soal ASI," tambah Habibie, "ASI adalah susu yang paling sempurna. Pola makan anak yang sehat harus memenuhi kebutuhan nutrisinya. Beri anak makanan bergizi, ikan, sayuran, juga beri banyak minum air putih untuk kesehatan otak, ditambah minum susu. Kalau masih bayi, minum ASI."

Dalam kesempatan ini, Habibie juga menegaskan bahwa ibu harus didukung, "Ibu harus sehat. Ibunya sehat, bayi dan anaknya sehat juga!"

"Jadi, Eyang Habibie tidak pernah bermimpi membuat pesawat atau jadi Presiden?" tanya seorang anak yang sejak awal menyimak penjelasan dari Habibie.

"Tidak! Saya tidak pernah mimpi menjadi sesuatu. Habibie tidak pernah bermimpi!" tegas kakek dari 6 orang cucu ini, "Eyang tidak mau mimpi. Kalau mimpi, terus bangun kita kaget! Karena, ya sudah bangun, tidak ada apa-apa. Lebih baik bercita-cita untuk mewujudkan sesuatu. Bercita-cita jadi manusia yang berguna untuk orang lain. Kerjakan, berusaha. Jangan sampai kita banyak ngomong, tapi tidak ada karyanya atau tidak membangun negara." [kumparan]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA