'Operasi' Jenderal Mulyono Menghadirkan Ustaz Abdul Somad

'Operasi' Jenderal Mulyono Menghadirkan Ustaz Abdul Somad

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Dengan rasa bangga, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Mulyono menjelaskan secara detail proses mendatangkan Ustaz Abdul Somad untuk mengisi tausiah Ramadhan sekaligus peringatan Nuzulul Quran di Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad), Jakarta Pusat, Rabu (6/6). Menurut Mulyono, sebenarnya tidak ada jadwal Abdul Somad untuk menghadiri ceramah menjelang berbuka puasa di depan ribuan prajurit TNI AD. Namun, ia mengupayakannya dengan mengirim delegasi khusus yang bertugas melobi Abdul Somad.

Posisi Abdul Somad yang berada di kompleks Majelis Zikir Az-Zikra membuat KSAD bertekad untuk membawanya ke markas utama matra darat yang dipimpinnya. Pada awalnya, Abdul Somad ragu bisa memenuhi permintaan itu. Apa pasal? Tidak lain tidak bukan, lantaran ia harus menjadi imam shalat Tarawih di masjid Institut Pertanian Bogor (IPB). Abdul Somad takut tidak bisa datang tepat waktu hingga membuat jamaah Tarawih kecewa.

Namun, Jenderal Mulyono menjanjikan akan membawa ustaz alumnus Al-Azhar Kairo ini tiba tepat waktu dengan pengawalan iring-iringan motor patwal. Abdul Somad pun akhirnya luluh dan memenuhi permintaan untuk mengisi tausiah di Mabesad. "Alhamdulillah, dengan strategi dan taktik, tekan dan ulur akhirnya beliau bisa 'diculik' untuk berceramah di sini," begitu Jenderal Mulyono kala berpidato menggambarkan perjuangannya dalam mendatangkan sang ustaz.


Mengapa Jenderal Mulyono seolah ngebet untuk menghadirkan Abdul Somad? Bisa jadi lantaran Ramadhan ini merupakan momen terakhirnya menjadi KSAD. Alumnus Akmil 1983 ini akan pensiun per 1 Februari 2019. Tentu saja, di bulan suci kali ini, ia berusaha sekuat tenaga untuk bisa mendengarkan secara langsung tausiah sang ustaz yang belakangan ini ramai diberitakan yang tidak-tidak oleh kelompok tertentu.

Jenderal Mulyono menyadari hal itu. Ketika ditanya wartawan motivasinya menghadirkan Abdul Somad, ia berani pasang badan. Dengan tegas ia menyatakan, sang ustaz adalah termasuk ulama yang baik dan menyeru prajurit untuk mencintai bangsa dan negara ini. Jenderal Mulyono juga menepis anggapan bahwa Abdul Somad termasuk ulama bermasalah, dengan menjelaskan bahwa ia mengundangnya karena memiliki kapasitas mumpuni. Sehingga, meski tidak masuk daftar 200 mubaligh versi Kementerian Agama (Kemenag), Jenderal Mulyono tidak mempermasalahkannya.

"Ya memangnya kenap? Ndak papa, kamu dengar sendiri yang disampaikan, menghibur kita, mengajak menjaga NKRI kan bagus," begitu respons Jenderal Mulyono ketika ditanya wartawan tentang tidak masuknya Abdul Somad dalam daftar rujukan Kemenag.

Alasan berikutnya ia 'memaksakan' kedatangan Abdul Somad, lantaran bisa jadi, ia merasa 'iri' karena kantornya tidak pernah disinggahi sang ustaz. Beberapa hari sebelumnya, ulama kelahiran Asahan ini memang mengisi tausiah di masjid Mahkamah Agung (MA). Kebetulan, lokasi Mabesad dan MA hanya dipisahkan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Mungkin ia bergumam, "institusi tetangga saja bisa menghadirkan ustaz, mengapa Mabesad tidak bisa."

Berkaca dari hal itu, Jenderal Mulyono akhirnya sekuat tenaga ingin mendengarkan secara langsung ceramah Abdul Somad pada masa Ramadhan, menjelang datangnya cuti bersama bagi pegawai pemerintahan. Dia seolah ingin memberikan kado terakhir bagi anak buahnya untuk mendengarkan langsung ceramah yang selama ini hanya bisa dinikmati di Youtube, sekaligus sebagai bentuk tabayun atas berbagai tudingan yang muncul di media maupun media sosial (medsos).

Dari sisi Abdul Somad, bisa jadi undangan dari Mabesad memiliki arti strategis yang penting untuk dipenuhi lantaran bisa menjadi 'senjata ampuh' untuk meredam berbagai isu yang muncul di medsos. Belakangan ini, muncul serangan yang dialamatkan kepada Abdul Somad yang dilabeli sebagai ulama radikal dan intoleran. Faktanya, isu itu tidak perlu diklarifikasi karena ia cukup mengisi ceramah di depan ribuan prajurit TNI AD, yang di dalamnya terdapat puluhan jenderal yang ikut mendengarkan tausiahnya.

Yang patut diketahui, acara itu dihadiri seluruh perwira tinggi (pati) di lingkungan Garnisun Jakarta. Selain KSAD, hadir pula Wakil KSAD Letjen Tatang Sulaiman, Pangkostrad Letjen Agus Kriswanto, Pangdam Jaya Mayjen Joni Supriyanto, Danjen Kopassus Eko Margiyono, serta seluruh asisten KSAD dan jajarannya. Pantauan penulis, ada pula jenderal beragama lain, yaitu Irjenad Mayjen Johny Lumban Tobing dan Kadispenad Alfred Denny Tuejeh.

Dengan begitu, kalau masih ada pihak-pihak tertentu yang masih saja memfitnah Abdul Somad, maka timnya cukup menjawab dengan foto atau video ceramah di Mabesad. Karena sangat tidak mungkin, ada ulama radikal yang diundang dan diminta ceramah oleh institusi yang selama ini dikenal sebagai penjaga terakhir NKRI ini. Karena itu, dengan testimoni KSAD dan momen tausiah di Mabesad, Abdul Somad kini seolah bisa membersihkan berbagai tuduhan kepadanya. Adapun bagi orang yang masih ngotot memberinya label negatif, Abdul Somad tidak perlu lagi memusingkannya.

"Sungguh Bapak KSAD memberikan kesejukan yang luar biasa. Saya diculik dari Markas Islam Centre Adzikra sampai kemari dengan pengawalan luar biasa. Disambut, diajak berfoto. Kalau foto itu di-share akan menaikkan rating dan menghilangkan tuduhan-tuduhan radikal dan anti-NKRI," katanya sambil bersyukur bisa diundang oleh Mabesad.

Lagi pula, bukan kali ini saja sebenarnya Abdul Somad mengisi ceramah di depan kepala staf. Pada 1 Mei lalu, ia juga pernah mengisi tausiah di Lantamal 1 Belawan, Medan. Hadir dalam ceramah itu, yaitu KSAL Laksamana Ade Supandi yang kini sudah pensiun. Sehingga, mari hentikan upaya memfitnah ulama, yang didasari atas ketidaksukaan karena dalam ceramahnya pernah mengkritik kebijakan pemerintah. Abdul Somad adalah ulama nasionalis dan itu tidak perlu diragukan lagi. “Cinta Tanah Air sebagian dari iman,” begitu katanya di sela-sela tausiah.

Pasalnya, sangat tidak masuk akal kalau orang nomor satu di lingkungan TNI AD dan AL antusias mendengarkan tausiah sang ustaz, namun masih saja ada yang keukeuh menuding Abdul Somad sebagai ulama yang anti-Pancasila dan radikal bukan?

Oleh Erik Purnama Putra, Wartawan Republika [rol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita