Hashim: Banyak Jalan Tol yang Diresmikan Presiden Malah Kosong

Hashim: Banyak Jalan Tol yang Diresmikan Presiden Malah Kosong

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo, menyebut, pembangunan infrastruktur di sejumlah wilayah di Indonesia hanya dinikmati oleh segelintir orang saja.

Hal itu disampaikan Hashim saat memberikan kuliah umum dan diskusi kebangsaan di aula Nibaki, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Nusantara Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (11/6/2018) sore.

Menurut Hashim, pembangunan jalan tol, misalnya, tidak bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat, karena tarifnya terlampau mahal.

"Presiden kita sering melakukan peresmian jalan tol, tapi banyak jalan tol setelah diresmikan malah kosong. Di Pulau Jawa, banyak yang kosong," ucap Hashim.

"Rakyat tidak mampu membayar tarif tol yang begitu mahal. Coba ditanya kawan-kawan atau keluarga di Pulau Jawa. Sopir truk dan rakyat biasa, tidak mampu membayar jalan tol karena mahal," sambungnya.

Di Medan, Sumatera Utara, lanjut Hashim, ada jalan tol yang baru tiga bulan diresmikan, tapi saat ini kosong, karena untuk jalan sejauh 30 kilometer, warga harus bayar jalan Rp 41.000, sehingga kalau pulang pergi itu harus bayar Rp 82.000.

Tarif itu sebut Hashim tentu sangat mahal. Jika digunakan secara rutin setiap hari, maka sebulan, masyarakat harus mengeluarkan uang sebesar Rp 2,4 juta.

Hashim mengaku, beberapa waktu lalu pernah bertemu dan mendengar langsung keluhan dari seorang pedagang asal Medan, yang mengeluh soal mahalnya tarif jalan tol.

"Pertanyaannya jalan tol dan jembatan layang ini dibangun untuk siapa? Presiden lupa, kalau pembangunan infrastruktur ini harus untuk rakyat banyak, bukan untuk segelintir manusia saja," imbuhnya.

Hashim pun mengakui, pembangunan ekonomi Indonesia tumbuh cepat, tapi bukan untuk semua warga.

Pemerintah saat ini, kata Hashim, hanya fokus pada infrastruktur saja.

"Infrastruktur itu penting, tapi yang lain juga penting, seperti pendidikan, kesehatan dan ekonomi," tutupnya. [kompas]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita