Rekaman Pengakuan Napi Teroris: Istri Besuk Ditelanjangi, Disuruh Loncat Jongkok

Rekaman Pengakuan Napi Teroris: Istri Besuk Ditelanjangi, Disuruh Loncat Jongkok

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Salah satu tuntutan dari para napi teroris di Mako Brimob saat kerusuhan adalah bertemu dengan Aman Abdurrahman. Aman rupanya sosok yang berpengaruh. Dia ditahan karena terlibat kasus terorisme dan serangan teror di Jl Thamrin, Jakarta Pusat, awal 2016 lalu.

Pria ini kini tengah menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Dia juga sebenarnya ditahan di Mako Brimob, selama persidangan. Namun berada di sel terpisah dengan para napi lain.

Kini beredar rekaman pesan suara dari Aman Abdurrahman memenangkan para napi teroris atas permintaan polisi dan Densus 88. Dia meminta para napi tak melakukan kekerasan. Menurutnya akar permasalahan soal ketatnya larangan makanan ke dalam sel adalah soal duniawi dan bukan hal yang harus menimbulkan kerusuhan berbuntut panjang.

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto yang dikonfirmasi mengaku belum mendengar rekaman tersebut sehingga menolak berkomentar. "Saya belum dengar," singkat Setyo.

Berikut rekaman suara Aman yang beredar di kalangan wartawan:

Kepada Ikhwan semua, saya Aman Abdurrahman mendengar laporan dari pihak Densus bahwa ada kekisruhan di tempat antum dan menurut laporan sementara itu karena urusan dunia sehingga terjadi hal-hal yang tidak sepatutnya terjadi.

Untuk ini, sampai saya dapat penjelasan yang sebenarnya dari pihak antum, untuk malam ini agar meredam dulu. Dan mungkin yang bukan penghuni, biar keluar dulu dan besok lusa nanti utusan dari antum bisa minta ketemu dengan ana supaya bisa menjelaskan masalah yang sebenarnya.

Karena untuk masalah urusan dunia tidak pantas terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kecuali masalah prinsipil yang tidak bisa ditolerir, baru itu dipermasalahin.

Tapi untuk lebih jelasnya, mungkin besok lusa ana bisa minta penjelasan orang yang dituakan di antara antum, Ustaz Muslih, Ustaz Alex Iskandar, atau yang lainnya.

Tapi untuk malam ini agar meredam dulu. Agar bukan penghuni biar pada keluar dulu saja. Itu mungkin dari ana. Mudah-mudahan bisa dipahami karena tidak ada manfaat juga bikin keributan di kandang singa, mungkin seperti itu.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Suara rekaman Aman itu kemudian dibalas suara rekaman dari Abu Qutaibah Iskandar aka Alexander.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kepada Ustaz Al Habib Aman Abdurrahman. Ana Abu Qutaibah Iskandar aka Alexander memberikan penjelasan seputar kronologi yang terjadi antara ikhwan dan Densus 88 pada sore hari

Jadi ini berasal dari berbagai permasalahan dan persoalan yang sudah dikumpul-kumpul diakumulasi oleh ikhwan-ikhwan, dari mulai masalah pembatasan tentang hak-hak, makanan, kemudian masalah besukan dan sebagainya.

Puncaknya ketika ada ummahat-ummahat yang dari rumah singgah ke Jakarta Barat membawa bingkisan yang ada di rumah singah oleh petugas seakan dibohongi mereka. Barang itu tidak boleh masuk tapi kata mereka sudah masuk. Ini yang tidak bisa diterima ikhwan-ikhwan karena saya sendiri yang ikut pada saat itu dipanggil Pak Ahmad, ada juga Ustaz Amir dan perwakilan dari blok.

Pak akhmad mengatakan jangan bawa barang dari sidang, kalau pun seandainya barang itu sudah terlanjur masuk, suruh petugas yang bawa supaya tidak repot-repot diperiksa, asalkan apa jangan bawa barang-barang yang terlarang.

Inilah yang saya sampaikan kepada ikhwan-ikhwan. Terus setelah itu apa yang terjadi pada ummahat-ummahat ini di persidangan ini mereka seakan-seakan dibohongi petugas. Jadi setelah dicek barang-barang yang ditipin umat itu ternyata dilarang masuk.

Jadi sudah dikasih tahu ke mereka seakan-akan mereka mengabaikan. Saya sebagai juru bicara ikhwan 3 blok ini ustaz menyampaikan keluhan-keluhan ikhwan-ikhwan ini kepada mereka yang tujuan ini saya sebagai mediasi antara ikhwan-ikhwan dengan petugas ini menyampaikan kehendak ikhwan-ikhwan, tapi malam itu akumulasi sekali lagi dari kejadian-kejadian yang ada.

Jadi pertama tadi masalah makanan, yang kedua masalah besuk ini masalah klasik yang sebenarnya kami sudah peringatkan dan bicarakan baik-baik tapi ternyata dalam prosedur pemeriksaan di depan sama akhwat-akhwat kami ditelanjangi. Itu terkadang pakai celana dalam itu disuruh loncat jongkok, jadi disuruh jongkok loncat. Tujuan mereka melakukan itu kalau ada barang terlarang bisa jatuh dengan cara loncat-loncat, ini suatu hal yang tidak manusiawi menurut kami.

Apa yang jadi keluhan ikhwan-ikhwan sudah saya sampaikan, dan kami malam itu meminta Budi sebagai penanggung jawab kami dan atasannya Akhmad untuk datang, tapi nyatanya mereka mengatakan Budi tidak bisa datang karena jauh, sementara akhwat-akhwat yang datang dari Depok ke Jakarta Barat itu jarak yang tidak dekat, datang terus dibohongi, terus kenapa kalau untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kita petugas-petugas ini tidak bisa datang ya minimal memberikan penjelasan kepada kami supaya kami ini lega?

Kalau kita bicara dengan sipir di bawah sini kan mereka juga tidak paham, karena mereka juga punya kebijakan yang ada tekanan dari atasan, seperti itu. Nah Budi itu semalam sudah mengatakan barang-barang yang disita dari rumah singgah akan saya masukan tapi saya sekali lagi katakan sudah tidak bisa membendung ikhwan-ikhwan, belum saya bicarakan mereka semua marah akhirnya terjadilah pengedoran dan ikhwan-ikhwan ke depan.

Kemarin itu keinginan ikhwan-ikhwan bukan makanan yang diambil, kita minta Budi untuk datang tapi jawabannya Budi tidak bisa datang karena katanya jauh ini tambah marah lagi ikhwan-ikhwan sementara ahhwat-akhwat saja jauh-jauh saja mereka datang tapi sampai sana dibohongi. Pokoknya saya sudah mentok tidak bisa lagi membendung ikhwan-ikhwan ini. Saya sudah berusaha membendung tapi ini insiden yang ada di luar dugaan akhirnya ikhwan-ikhwan keluar blok.

Ketika mereka sampai dengan kemarahan mereka di kantor sipir, ada petugas Densus yang mengeluarkan tembakan kemudian ikhwan kami terluka satu orang. Kemudian ada lagi yang berdiri di depan itu mereka tembak, yang Insya Allah syahid. Itu dia Abu Ibrahim. Wallahu a'lam ini semua di luar dugaan kami. Jadi kalau pihak Densus menyalahkan kami, tidak bisa karena insiden ini tidak ada rencana sebelumnya.

Wallahi ini insiden yang spontan saya juga sudah berusaha beberapa kali menjadi mediator, jadi penyambung lidah ikhwan. Mungkin ini reaksi balik karena ikhwan kita ada yang tertembak jadi qadarullah di dalam juga ada Densus terjadilah hal-hal di luar dugaan kami.

Wallahu a'lam bishawab, inilah keterangan singkat dari ana untuk menjelaskan kronologi yang terjadi semalam. Semalam petugas meminta saya untuk bicara tapi saya tidak mau bicara karena saya juga sudah enggak sanggup untuk bicara. Sebab cara-cara yang saya kedepankan itu sudah saya lakukan. Saya sudah bicara dengan mereka tapi ini malah mengundang kemarahan ikhwan semua.

Jadi di sini akibat dan reaksi dari luar yang menembak duluan kami. Sekarang kami di dalam ini semua pegang senjata, pokoknya banyak yang kami dapatkan dari gudang-gudang yang disimpan di atas dengan peluru-peluru yang Insya Allah cukup.

Jadi opsi ditawarkan oleh ikhwan-ikhwan adalah kita damai. Damai ini pun juga keinginan dari kepolisian. Kemudian kita mengajukan poin-poin, Pertama, ini tutup kasus. Jadi tidak ada yang dizalimi ikhwan-ikhwan. Itu keinginan kami semua di sini setelah kami rapat.

Kedua, kami meminta ikhwan yang di Pasir Putih (Lapas Nusakambangan) diberikan kelonggaran. Karena kami mendengar berita terakhir ada laporan pelanggaran HAM di sana. Info ini didapat dari istri yang besuk ke sana. Katanya kondisi mereka sangat memprihatinkan. Kalau dua kesepakatan ini mentok, kami akan bicarakan lagi dengan ikhwan di sini, kami akan rapat lagi.

Jadi kami menahan diri dan bertahan di dalam. Ya walaupun kami tahu polisi sudah ada iktikad memenuhi apa yang kita inginkan tapi ikhwan di sini berjaga. Mungkin ini saja keterangan dari kami ustaz. Kami minta antum bicara karena ini adalah permintaan ikhwan semua.

Terus permintaan ikhwan agar antum berbicara di sini entah itu antum didampingi mereka (polisi) atau bagaimana, yang jelas harus berbicara di depan kami, itu yang diinginkan ikhwan semua.

Wallahu a'lam bishawab wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. [mdk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita