Kesaksian Bripka Iwan Sarjana soal Insiden Mako Brimob: Rekannya Pilih Mati daripada Diinterogasi

Kesaksian Bripka Iwan Sarjana soal Insiden Mako Brimob: Rekannya Pilih Mati daripada Diinterogasi

Gelora News
facebook twitter whatsapp

Suasana di dalam Mako Brimob Kelapa Dua, Depok pasca kerusuhan yang dilakukan narapidana terorisme

www.gelora.co - Bripka Iwan Sarjana merupakan satu-satunya sandera yang selamat dalam insiden serangan napi teroris di Mako Brimob beberapa waktu lalu.

Dengan wajah dan tubuh dibalut perban, Bripka Iwan Sarjana memberikan kesaksian atas kekejian para napi teroris yang membunuh 5 orang rekan-rekannya.

Pantauan TribunWow.com, hal tersebut disampaikan Bripka Iwan Sarjana melalui acara Indonesia Lawyers Club tvOne, Selasa (15/5/2018).

Terbaring di ranjang rumah sakit, Bripka Iwan Sarjana mengungkap hal yang ia alami selama menjadi sandera.

Bripka Iwan Sarjana mengaku jika saat itu matanya ditutup, tangan dan kakinya diikat oleh para napi teroris.

"Saat disandera, saya ditutup mata saya, tidak bisa melihat tidak bisa bergerak, kaki diikat, tangan diikat," kata Bripka Iwan.

Bripka Iwan kemudian mengatakan jika seorang teroris memberitahu jika rekannya, juniornya, yang disandera telah dieksekusi karena menolak diinterogasi.

Menurut Bripka Iwan, teroris tersebut berkata jika rekannya meminta ditembak mati daripada diinterogasi.

"Saya mendengar salah satu teroris itu bicara, di situ ada temanmu, adekmu yang masih muda itu, saya eksekusi, saya interogasi tidak mau, dia meminta langsung saja ditembak mati daripada saya diinterogasi, seperti itu," jelasnya.

Dalam kondisi mata tertutup dan tak berdaya, Bripka Iwan menjelaskan jika ia tak mengetahui siapa teroris yang berbicara saat itu.

"Saya tidak kenal karena saya ditutup mata saya, tidak mengenalinya," ucap Bripka Iwan.

Bripka Iwan Sarjana menggambarkan jika suasana saat itu di Mako Brimob sangat mencekam.

"Sangat mencekam sekali, di antara hidup dan mati," imbuhnya.

Kepada pewawancara, Bripka Iwan mengungkapkan jika saat itu yang ia pikirkan adalah keluarga di rumah.

Yang kemungkinan tidak bisa ia temui lagi.

Dalam kondisi seperti itu, Bripka Iwan tetap menyimpan harapan dan kepercayaan jika pimpinan dan rekan-rekannya yang lain akan berusaha membebaskannya.

"Terus saya berharap ada yang membebaskan saya, dari pimpinan, dari rekan-rekan semua, mengetahui kalau di dalam itu masih ada anggotanya yang masih hidup, itu saja yang saya berharap dan berdoa sama Allah.

Agar pimpinan memikirkan ke depan seperti apa langkah-langkah terhadap saya, sampai akhirnya saya dibebaskan," ucapnya.

Disekap selama 30 jam, mengaku saat itu ia merasa 99 persen mati, dan satu persen hidup.

Tapi kemungkinan 1 persen itulah yang diberikan Tuhan kepadanya.

"Saya disekap, diikat, saya berpikir persentase saya 99 persen mati 1 persennya hidup, nah satu persen itulah Allah kasih kepada saya.

Allah yang pandai membolak-balikan hati seseorang, saya memohon kepada Allah, jika saya mati, maka di sinilah saya mati, jika saya hidup, maka saya masih diberi kesempatan untuk terus mengabdi di Polri," terang Bripka Iwan.

Bripka Iwan menyatakan jika dirinya dibebaskan ketika para napi meminta logistik makanan.

Terakhir, ia mengungkapkan rasa duka cita atas meninggalnya rekan-rekannya dalam insiden tersebut.

"Saya turut berduka cita, atas meninggalnya teman terbaik saya, tim saya, rekan-rekan saya, sudah memperjuangkan negara ini dengan titik darah penghabisan.

Saya tidak bisa berbuat apa-apa saat itu terjadi, saya sangat sekali menyesal.

Dan saya berterima kasih kepada pimpinan yang telah memperjuangkan nasib anak buahnya, walau saat itu saya masih disandera," ungkapnya.

Lebih lanjut, ia berpesan agar rekan-rekannya di Polri tetap semangat dalam melawan kekejaman para teroris dan tak takut.

Simak selengkapnya dalam video di bawah ini.[tn]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA