Rupiah Terpuruk, Harga Barang-Barang Bakal Meroket

Rupiah Terpuruk, Harga Barang-Barang Bakal Meroket

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Thohir menilai, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bisa berdampak pada naiknya harga barang dan daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat akan menurun.

"Kalau dolar kuat otomatis harga barang impor akan lebih mahal, sesuai data impor kita secara kumulatif Januari-Februari 2018 tercatat US$ 29,52 miliar atau naik 26,58% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 23,32 miliar," ungkap mantan Ketua Komisi VI DPR RI itu saat dihubungi, Sabtu (28/4/2018).

"Indonesia memang paling banyak mengimpor bahan baku atau bahan penolong dengan persentase 74%, kemudian diikuti barang modal 15,85% dan terakhir barang konsumsi 9,72%," sambungnya.

Kalau bahan baku banyak yang berasal dari impor, kata dia, maka otomatis harga jual produk domestik juga naik, dan efeknya akan meningkatkan inflasi.

Untuk diketahui, kata dia, peningkatan terjadi pada impor migas sebesar US$ 218,6 juta atau 5,08% dan non migas USD 5,98 miliar atau 31,44%.

Sedangkan, lanjut dia, untuk barang konsumsi seperti impor beras tahun ini sebanyak 500.000 ton yang berasal dari Vietnam dan Thailand menjadi salah satu penyebab meningkatnya impor Indonesia.

Dengan demikian, kata dia, hal tersebut akan berpengaruh terhadap APBN.

"Mungkin akan terasa pada peningkatan biaya subsidi dan cicilan hutang. Jadi kesimpulannya, pelemahan rupiah terhadap dolar juga akan menyebabkan inflasi dan mempengaruhi APBN," ungkapnya.

"Kenapa pengaruhi APBN? Karena asumsi makro dalam APBN 2018 rentan untuk jadi berubah. Sebab US Dollar dari 13.350 bisa menjadi 13.950, Suku bunga FED naik BI rate?, ICP 48 dollar sekarang menjadi 70 dollar/barel, inflasi 3-3.5% bisa saja menjadi 4-4.5%," pungkasnya. [tsc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita