Rizal Ramli: Jangan Sampai Kisah Thomas Parr Terjadi Di Era Kemerdekaan

Rizal Ramli: Jangan Sampai Kisah Thomas Parr Terjadi Di Era Kemerdekaan

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Namanya Thomas Parr. Lahir di Wigan, Lancashire, 20 Maret 1768. Putra dari Letkol John Parr dan Sarah Walmesley ini bertugas sebagai Residen Inggris di Bengkulu antara April 1805 sampai hari kematiannya di bulan Desember dua tahun kemudian.

Menurut catatan sejarah Thomas Parr tewas dibunuh kelompok masyarakat yang tidak puas dengan kolonialisasi Inggris di Bengkulu. Mereka menyusup ke kediaman Thomas Parr di Bukit Felix pada malam hari dan menghabisi nyawanya di tempat tidur. Saat itu Thomas Parr baru berusia sekitar 39 tahun.      

Pemerintah Inggris memakamkan jenazah Thomas Parr di dalam Benteng Marlborough. Konon, pemerintah Inggris khawatir bila dimakamkan di luar benteng, rakyat yang sudah kadung marah pada kepemimpinan Thomas Parr akan membongkar makamnya.

Saat mengunjungi Benteng Marlborough, Minggu siang (29/4), ekonom senior DR. Rizal Ramli berhenti sebentar di dekat makam Thomas Parr. Sekarang makam itu sudah kosong. Rizal Ramli mengunjungi Bengkulu dalam rangka melanjutkan safari politik berkeliling sejumlah daerah di Indonesia.

Selain makam Thomas Parr, ada dua makam lagi yang dideretkan berjajar dengan makam Thomas Parr di dalam Benteng Marlborough. Pertama, makam Robert Hamilton, seorang kapten Angkatan Laut Kerajaan Inggris yang lebih dahulu tewas dibantai rakyat. 

Pembunuhan Robert Hamilton pada Desember 1793 juga didorong oleh sebab-sebab yang kurang lebih sama dengan kasus pembunuhan Thomas Parr. 

Makam selanjutnya adalah makam Charles Murray, asisten Thomas Parr, yang berusaha menyelematkan tuannya. Charles Murray terluka dan baru menghembuskan nafas terakhir di bulan Januari 1808.  

Rizal Ramli terlihat sungguh-sungguh mendengarkan kisah Thomas Parr dan pendahulunya Robert Hamilton yang disampaikan pemandu wisata. 

"Kita mesti memetik pelajaran dari kisah Thomas Parr ini. Rakyat tidak akan berdiam diri apabila terus menerus berada dalam ketertindasan," ujar Rizal setela mendengarkan cerita di balik tiga makam itu. 

"Jangan sampai pengalaman Thomas Parr ini berulang di jaman kemerdekaan," sambungnya.

Untuk mengenang Thomas Parr, pemerintah Inggirs mendirikan monumen khusus di kawasan Kampung Cina. Masyarakat setempat kini menyebutnya Kuburan Bulek. 

Adapun untuk Robert Hamilton, pemerintah Inggris mendirikan Tugu Robert Hamilton di Kelurahan Pasar Melintang.[rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita