Pengamat: PKS Bisa Minta Prabowo Jadi King Maker

Pengamat: PKS Bisa Minta Prabowo Jadi King Maker

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Ilustrasi

www.gelora.co - Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun menilai, kecil kemungkinan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) membatalkan koalisi yang telah terjalin dengan Gerindra, hanya karena elektabilitas Prabowo Subianto terus turun. PKS masih memiliki pilihan yang logis dan aman untuk tetap bersama Gerindra pada Pilpres 2019.

"Pilihan logis itu adalah meminta Prabowo mempertimbangkan untuk kembali ke posisinya yang optimal, yaitu menjadi king maker, menjadi penentu dalam mengajukan siapa orang yang paling pantas menjadi capres atau cawapres, baik dari Gerindra atau PKS," katanya kepada Republika.co.id, Selasa (17/4).

Menurut Rico, PKS dan Gerindra perlu memikirkan kembali soal pencalonan Prabowo sebagai presiden pada Pilpres 2019. Kedua partai mesti menyoroti tokoh-tokoh nasional yang elektabilitasnya sedang terus meningkat. Di saat yang sama, PKS berkesempatan mengajukan kadernya untuk memperkuat suara dukungan tokoh tersebut.

"Mungkin opsi ini yang lebih mungkin. Karena koalisi antara PKS dan Gerindra belum pernah sampai pada tahap cerai. Friksi-friksi itu memang iya ada seperti yang terjadi menjelang pendaftaran Pilkada Jawa Barat, tapi mereka bersatu lagi," ujarnya.

Namun, Rico juga mengakui, terlalu dini jika menilai elektabilitas Prabowo menurun secara mutlak. Sebab menurutnya, hasil survei itu bersifat dinamis dan akan terus memperlihatkan perubahan. Karena itu, ia menilai masih ada peluang bagi Prabowo untuk menaikkan elektabilitasnya.

"Peluang meningkat kembali itu ada. Hasil survei itu bukan menggambarkan benda mati tapi hidup yang dinamis. Dan ini tentu akan menjadi bahan evaluasi untuk PKS ataupun Gerindra," ucapnya.

Survei terbaru Median terkait elektabilitas kandidat capres dan cawapres 2019, mencatat bahwa elektabilitas capres pejawat Joko Widodo (Jokowi) mengalami kenaikan. Semula 35,0 persen pada Februari 2018, kini menjadi 36,2 persen pada April 2018. Sementara Prabowo Subianto mengalami penurunan elektabilitas dari 21,2 persen menjadi 20,4 persen pada April 2018. [rol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita