Luhut Datang, Bisnis dengan China US$23,3M Deal

Luhut Datang, Bisnis dengan China US$23,3M Deal

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co -  Indonesia dan China menandatangani lima kontrak kerja sama senilai US$23,3 miliar dalam kerangka inisiatif Jalur Sutera dan Jalur Maritim Abad ke-21, atau Belt and Road.

Dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (13/4/2018), kontrak kerja sama yang ditandatangani di Beijing oleh sejumlah perusahaan dari Indonesia dan China.

Kerja sama meliputi pengembangan proyek pembangkit listrik tenaga air di Kayan, Kalimantan Utara senilai US$2 miliar; pengembangan industri konversi dimethyl ethercoal menjadi gas senilai US$700 juta; perjanjian investasi joint venture untuk pembangkit listrik tenaga air di Sungai Kayan senilai US$17,8 miliar.

Selain itu, adapula perjanjian investasi joint venture pengembangan pembangkit listrik di Bali senilai US$1,6 miliar; dan pengembangan smelter baja senilai US$1,2 miliar.

"Kami ingin melihat terus terjalinnya kerja sama antarinvestor dari kedua negara, tidak hanya antarpemerintah saja," kata Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan yang menyaksikan penandatanganan kerja sama tersebut.

Selain penandatanganan kontrak kerja sama, dilakukan penandatanganan dua nota kesepahaman terkait pengembangan mobil/motor listrik dan pengembangan Tanah Kuning Mangkupadi Industrial Park di Kalimantan Utara.

Sebagai Utusan Khusus Presiden RI untuk menjalin kerja sama strategis dengan China, Luhut menekankan pentingnya pendalaman kerja sama bisnis demi kepentingan nasional.

"Kita kan harus cerdas (karena) semua (negara) melihat peluang. Tinggal sekarang pintar-pintaran lihat peluang supaya lebih banyak untung," kata Luhut.

Peluang itu perlu digapai demi mencapai hasil akhir berupa peningkatan investasi di Indonesia yang memacu naiknya jumlah lapangan kerja, peningkatan produk domestik bruto (PDB) dan pertumbuhan ekonomi.

"PDB pasti meningkat, pendidikan pasti tambah, pertumbuhan tambah. Karena seperti Morowali sekarang pertumbuhan ekonominya 60 persen. Sekarang mau bikin lagi di Halmahera Utara, itu produksi baterai lithium, jadi tidak semua tertumpu di Jakarta," terang Luhut.

Lebih lanjut, Luhut berjanji akan terus mendorong kerja sama di empat koridor ekonomi di Indonesia, nilai investasi mencapai US$51,930 miliar.
Koridor pertama adalah pembangunan infrastruktur diantaranya Kuala Namu Aerocity dan kawasan industri di Sumatera Utara.

Kedua, pembangunan pembangkit listrik tenaga air dan kawasan industri KIPI Tanah Kuning di Kalimantan Utara. Ketiga, pembangunan Bandar Udara Internasional Lembeh, kawasan wisata Likupang dan kawasan industri Bitung di Sulawesi Utara. Terakhir adalah pembangunan techno park dan jalan tol di Bali.

Wakil Menteri Perdagangan China, Gao Yan dalam pertemuan dengan Luhut, menanggapi empat koridor potensi kerja sama dengan Indonesia. "Kami akan bekerja sama dengan departemen terkait untuk mengimplementasikan kesepakatan antara pimpinan kedua negara," ujar Gao.

Gagasan utama dalam kerangka inisiatif Jalur Sutera dan Jalur Maritim Abad ke-21 atau Belt and Road, antara lain investasi dalam bidang infrastruktur, konstruksi, pembangunan rel kereta api, jalan tol, produk otomotif, real estate, pembangkit tenaga listrik, besi dan baja.

Beberapa pihak memperkirakan kerangka tersebut sebagai mega proyek infrastruktur dan investasi abad ini karena melibatkan 68 negara. Bila dikonversi, ada 65% populasi dunia terlibat secara langsung, maupun tidak langsung dalam mega proyek pemerintah China tersebut. [inc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita