AHY, Zulhas, Rizal Ramli, dan Gatot Opsi Kuat Capres dan Cawapres Poros Ketiga

AHY, Zulhas, Rizal Ramli, dan Gatot Opsi Kuat Capres dan Cawapres Poros Ketiga

Gelora News
facebook twitter whatsapp


www.gelora.co -  Nama Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto masih menjadi nama yang populer sebagai calon presiden (Capres) di Pemilihan Presiden 2019. Meski demikian, berbagai kalangan beranggapan poros ketiga harus segera memunculkan calon presiden (capres) dalam kontestasi Pilpres 2019.

Sejumlah nama disebut-sebut bakal menjadi capres poros ketiga.Dari unsur parpol,  Zulkifli Hasan (PAN), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY/Demokrat)), Muhaimin Iskandar (PKB),  sementara non-parpol, Gatot Nurmantyo, Rizal Ramli, Mahfud MD.  Gatot dan Rizal Ramli sudah mendeklarasikan diri menjadi capres.

Sejumlah kalangan menyatakan, munculnya poros tengah atau poros ketiga pada Pilpres 2019 dinilai sebagai hal yang sangat positif. Poros ketiga yang dimaksud adalah di luar kubu petahana Jokowi dan kubu Ketum Gerindra Prabowo Subianto.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin mengatakan keberadaan poros ketiga sangatlah baik untuk kehidupan berdemokrasi. "Poros ketiga harus didorong untuk memperkuat demokrasi. Agar Pilpres tidak hanya memunculkan dua kubu," ucap Ujang di Jakarta, Selasa (10/4/2018).

Santer beredar poros ketiga akan diinisiasi oleh Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN). Ujang menyambut baik koalisi ini.

"Karena memunculkan tokoh alternatif. Dan koalisi ini memberikan banyak pilihan pemimpin (bagi masyarakat pemilih)," demikian Ujang yang juga pengajar di Universitas Al-Azhar Indonesia.

Kejenuhan Publik

Presidium Persatuan Pergerakan Andrianto menilai, sudah seharusnya poros ketiga muncul dalam Pilpres 2019 untuk menghindari kejenuhan publik.

"Saya rasa sudah saatnya poros ketiga dimunculkan dalam kontestasi saat ini. Wacana publik kita sudah jenuh bila hanya Jokowi dan Prabowo," kata Andrianto di Jakarta.

Menurutnya ada beberapa nama tokoh yang mumpuni dan layak mengimbangi Prabowo dan Jokowi. Nama-nama itu bahkan ada yang sudah deklarasi capres dan ada yang sudah menyatakan kesiapannya untuk maju di Pilpres 2019. "Yakni Rizal Ramli yang sudah deklarasi capres, Gatot Nurmantyo yang sudah nyatakan siap di capreskan," tuturnya.

Nantinya, kata Andrianto, apabila kedua nama tersebut akan diusung oleh partai politik, Andrianto yakin publik mengapresiasi. "Yakin dapat apresiasi dari publik, karena survei electoral Jokowi yang jeblok, Prabowo yang stagnan, tentunya publik menanti figur baru," tambahnya.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah menetapkan waktu pendaftaran calon presiden akan dimulai pada 4-10 Agustus 2018. Hingga saat ini, PDIP, Partai Nasdem, Partai Golkar, Partai Hanura sudah menyatakan dukungan kepada Jokowi. Sedangkan Gerindra yang bersekutu dengan PKS selalu mendorong Prabowo untuk maju di Pilpres.

Tiga partai lainnya, yakni PPP, PKB dan Partai Demokrat belum menyatakan dukungan. Ketiga partai ini, bisa membentuk poros ketiga, jika tak berkoalisi ke Jokowi dan Prabowo.

Namun, Andrianto berpendapat, Demokrat akan sulit merapat ke PDIP karena hubungan Susilo Bambang Yudhoyono dengan Megawati Soekarnoputri, yang kurang baik. "Demokrat terkendala dengan sosok tokoh puncaknya yang masih dingin," terangnya.

AHY dan Zulhas

Disisi lain, nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Zulkifli Hasan muncul dengan elektabilitas tertinggi sebagai calon presiden dari poros ketiga. Hal itu diungkapkan oleh Direktur PolcoMM, Heri Budianto.

Ia mengungkapkan, hasil survei Political Communication Institute (PolcoMM) menyebutkan, jika poros ketiga dapat dibentuk, dua nama tersebut memiliki elektabilitas tertinggi sebagai calon presiden maupun calon wakil presiden.

"Munculnya wacana poros ketiga, yakni Demokrat, PAN, dan PKB, dalam pertarungan pilpres 2019 menjadi alternatif di tengah ketatnya wacana pertarungan dua poros Jokowi dan Prabowo," tuturnya di Jakarta, Selasa (10/4/2018).

Heri menjelaskan, pihaknya melakukan survei ke publik terkait adanya poros ketiga tersebut. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 1.200 orang di 34 provinsi di Indonesia, sebesar 41,15 persen responden memilih pilpres 2019 diperebutkan oleh dua pasang calon. 

Sebanyak 37,47 persen menjawab sebaiknya tiga pasang, dan 13,50 persen menjawab tidak tahu. Untuk pilihan satu pasang melawan kotak kosong, ada sebanyak 7,78 persen.

Meski demikian, sebanyak 30,45 persen responden meyakini poros ketiga tersebut akan terbentuk untuk mengikuti kontestasi pilpres 2019. Angka tersebut unggul dari jumlah yang menjawab tidak yakin terbentuk, yaitu 20,19 persen, tetapi masih kalah dari jumlah responden yang menjawab tidak tahu, sebesar 49,36 persen.

Jika poros ketiga terbentuk, responden memilih AHY sebesar 21,00 persen dinilai pantas untuk diusung sebagai capres. Posisi kedua, Zulkifli Hasan sebesar 15,33 persen, Gatot Nurmantyo sebesar 12,33 persen, Mahfud MD 10,25 persen. 

Untuk cawapres, para responden menilai Zulkifli Hasan pantas diusung dengan persentase 21,25 persen. Posisi berikutnya diisi AHY sebesar 19,25 persen, Gatot Nurmantyo 17,17 persen.

Dari hasil survei, nama Jokowi dan Prabowo masih menjadi dua kandidat dengan elektabilitas tertinggi. Saat diajukan pertanyaan siapa yang akan dipilih responden pada pilpres 2019 mendatang, Jokowi memperoleh 49,08 persen disusul Prabowo sebesar 29,67 persen. Sementara, calon lain masih jauh di bawah keduanya.

Jadi Penentu

Disisi lain, Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra menyebut Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menjadi kunci akankah poros ketiga akan terbentuk di Pilpres 2019. Menurutnya, jika Prabowo mendeklarasikan diri sebagai capres maka kemungkinan terbentuk poros ketiga akan semakin besar.

Yusril menyebut, kemungkinan soal poros ketiga atau apapun selalu bisa terjadi. Menurut dia, faktor yang paling menentukan ada di diri Pak Prabowo.

"Kalau Pak Prabowo tidak jadi mencalonkan diri sebagai capres besar kemungkinan tidak ada poros ketiga, mungkin akan hanya ada dua poros, ungkap Yusril di Jakarta, Selasa (10/4/2018).

Namun Yusril mengatakan tidak tahu posisi Partai Demokrat sekarang apakah mendukung Jokowi atau Prabowo. "Yang jelas, kata dia, parpol akan mengkalkulasi keputusan apa yang baik bagi bangsa dan negara termasuk parpol yang bersangkutan," tegas Yusril.

Yusril sekaligus menegaskan bahwa baiknya Pilpres 2019 diikuti oleh lebih dari satu pasang calon. Idealnya, kata dia, jelas lebih dari satu pasang, bisa dua atau tiga. "Kalau hanya satu maka akan mempersulit negara karena bisa menimbulkan kevakuman kekuasaan karena calon tunggal tidak otomatis menjadi presiden terpilih," katanya. [htc]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA