Soal Penyerangan ke Ulama Tito: Dibumbui...

Soal Penyerangan ke Ulama Tito: Dibumbui...

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Ramainya isu penyerangan ulama yang beredar di masyarakat rupanya tak semuanya benar. Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut, dari 45 isu penyerangan hanya tiga yang benar-benar terjadi. Sisanya, dibumbui di medsos.

Tito mengungkapkan hal itu saat memberi sambutan di depan para pengurus PP Tarbiyah Perti. Dia menyambangi SMK Tarbiyah Islamiyah di Jalan Tawakal Raya, Jakarta Barat untuk bersilaturahmi dengan para pengurus PP Tarbiyah Perti. Kedatangan Tito disambut dengan musik rebana. 

"Ada 45 isu tentang penyerangan ulama. Dari itu hanya tiga yang betul ada peristiwa dengan korbannya ulama atau pengurus mesjid. Sisanya hoax" tegas Tito dalam sambutannya. 

Tiga penyerangan itu dijelaskan Tito terjadi di Jawa Barat dengan dua penyerangan dan di Jawa Timur. Pelakunya mengalami gangguan jiwa. Ini berdasarkan pemeriksaan dari tiga ahli kejiwaan yang didatangkan kepolisian. Karena itu, pelaku diyakini tidak menargetkan ulama atau pengurus masjid. Tetapi memilihnya secara acak. 

Sayangnya, lanjut Tito, isu ini justru dimanfaatkan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Mereka ini merekayasa isu penyerangan. "Ini peristiwa spontan. Tapi di media sosial kemudian dibumbui," sesal Tito. 

Dia mengetahui hal itu setelah tim Satgas Khusus yang dipimpin Irjen Gatot dan berhasil membongkar kelompok Muslim Cyber Army (MCA) dan eks Saracen. Kedua kelompok inilah yang disebut memviralkan isu penyerangan ulama itu. 

Irjen Gatot dan timnya bergerak ke Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan semua daerah yang diterpa isu penyerangan ulama. Seminggu lebih bekerja mereka menemukan ada peristiwa yang sengaja direkayasa. Ada orang yang melaporkan ke polisi bahwa dia diserang. Padahal, tidak. 

Tito menyebut ada empat kasus rekayasa penyerangan yang ditemukan di Cicalengka, Ciamis, Kediri dan Balikpapan. Setelah dilakukan rekonstruksi, orang-orang itu akhirnya mengakui tidak ada peristiwa penyerangan. "Peci disobek, sorban disobek, seolah diserang dengan parang. Mereka sudah mengaku di publik, di media dipublikasi. Alasannya ingin mendapat perhatian karena kekurangan ekonomi. Tapi kita dalami terus," ungkap eks Kadensus 88 Anti-Teror ini. 

Kemudian, ada juga penyerangan yang dilakukan, tetapi bukan kepada ulama. Nah, oleh kelompok MCA dan ex Saracen, korban dibuat seolah-olah ulama. "Yang lain, ada peristiwa penyerangan, penganiayaan, tapi korban bukan ulama. Tapi dikatakan oleh media sosial korbannya itu ulama. Padahal bukan," terangnya. Sementara yang terakhir, tidak ada penyerangan sama sekali, tetapi dibuat seolah-olah ada. 

Tito menyimpulkan, ada pihak tertentu yang sengaja mendesain kasus penyerangan ulama membuat warga resah. "Nah di udara (media sosial) ini dirangkai. Secara masif dan sistematis sehingga ramai di media sosial adanya penyerangan yang mengkambinghitamkan kelompok tertentu," katanya "Ini diviralkan oleh dua kelompok. Yaitu kelompok MCA dan kelompok eks Saracen. Nanti Senin (5/3) Irjen Gatot akan merilis secara resmi bersama timnya,"  ungkap Tito. 

Dia pun mengajak siswa dan pengurus Tarbiyah-Perti menjaga keutuhan NKRI dengan bersama-sama mendinginkan suasana. Tito berpesan agar tidak mudah dihasut oleh pemberitaan yang belum tentu benar demi menjaga keutuhan NKRI. Apalagi dalam suasana Pilkada yang rawan dengan informasi hoax. 

"Dengan adanya media sosial tadi yang bermain sengaja mendesain. Masyarakat kita minta jangan mudah mencerna begitu saja, menelan mentah-mentah informasi yang ada di medsos, yang belum tentu benar. Tolong difilter, kroscek ke sumber lain, tabayyun istilahnya. Jangan termakan apalagi sampai berkonflik di antara kita," tegasnya. 

Dia mengingatkan, jika tidak berhati-hati, medsos yang membawa-bawa unsur suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) bisa sangat berpotensi membahayakan persatuan. "Berita bohong dengan unsur agama, suku, jika dicerna dengan emosional bukan rasional akan sangat berpotensi memecah belah NKRI," tandasnya. ***.[rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita