Pemerintah Ancang-ancang Impor Gula 1,1 Juta Ton

Pemerintah Ancang-ancang Impor Gula 1,1 Juta Ton

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Pemerintah memproyeksi stok gula saat ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tahun ini. Oleh karena itu, Kabinet Kerja berencana impor si manis sebanyak 1,1 juta ton.

Deputi Bidang Pangan dan Pertanian Kementerian Koor­dinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud mengungkapkan, pemerintah beren­cana impor gula karena stok di dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan masyarakat. 

"Impor akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sampai dengan Mei tahun depan," kata Mushalifah kepada wartawan di Jakarta, kemarin. 

Dia menerangkan, produksi gula tahun ini diperkirakan hanya bisa mencapai 2,2 juta ton. Sementara, konsumsi gula domestik sepanjang 2018 diperkirakan mencapai 2,9 juta ton. Dan kebutuhan pada Januari-Mei 2019 sebesar 1,1 juta ton. 

Menurutnya, impor menjadi pertimbangan sebab stok gula di Perum Bulog hanya sekitar 200 ribu ton. Dan, stok gula di petani tingga 600 ribu ton. 

"Kesepakatannya pada saat Rapat Koodinasi Terbatas (Ra­kortas), ada kebutuhan kon­sumen sekitar 1,1 juta ton," terangnya. 

Musdhalifah menuturkan, terkait penugasan, mekanisme impor, waktu dan penetapan importir nanti akan diserahkan kepada Kementerian Perdagangan (Kemendag) tentunya dengan memperhatikan Pera­turan Menteri Perindustrian Nomor 10 Tahun 2017 tentang Fasilitas Memperoleh Bahan Baku Dalam Rangka Pembangunan Industri Gula. 

Meskipun merestui impor, Musdhalifah meminta, Ke­mendag lebih dahulu menguta­makan pasokan gula dari petani lokal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 

"Impor boleh saja, tapi per­syaratannya, kita harus yakin gula Bulog dan gula petani terjual semua," ujarnya. 

Ketua Asosiasi Pengusaha Gula Indonesia (APGI) Piko Njoto Setiadi mengamini stok gula menipis. Menurutnya, untuk saat ini saja, pemenuhan kebutuhan gula dipasok dari sisa stok dan produksi tahun tahun lalu yang berakhir pada November dan Desember. 

"Panen kan sudah berakhir sehingga sudah tidak ada produksi lagi," katanya. 

Piko menjelaskan, kebutuhan rata-rata untuk konsumsi na­sional saat ini sebesar 200 ribu hingga 225 ribu ton per bu­lan. Jumlah itu biasanya akan melonjak hingga 20 persen menjelang Lebaran karena kebutuhan gula untuk bahan baku makanan hari raya lebih tinggi. 

Dia menuturkan, impor diper­lukan karena panen tebu baru akan terjadi pada Mei. Untuk itu, perlu upaya pemerintah dan para pelaku usaha dalam menstabilkan harga terlebih selama masa Lebaran. 

Ketua Umum Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen meminta, impor gula dilakukan melalui Bulog agar distribusinya bisa terkontrol. Menurutnya, meskipun stok menipis, keberadaan gula impor tetap akan mempengaruhi harga pembelian gula petani oleh pedagang. Harga gula di level petani akan terdorong ke bawah. 

"Tidak ada larangan impor tapi harus diperhatikan dampak ke petani," katanya. 

Sekadar informasi, gula meru­pakan salah satu komoditas yang harganya diatur pemerintah. Kemendag menetapkan harga eceran tertinggi (HET) gula Rp 12.500 per kilogram (kg). Aturan tersebut selama ini berjalan cu­kup efektif. 

Namun demikian, harga terse­but bukan jaminan akan tetap dipatuhi produsen jika stok di lapangan menipis. Hal itu terjadi pada komoditas be­ras. HET beras belakangan ini nggak jalan karena produksinya menurun.  [rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita