Akibat Nilai Tukar Rupiah Terpuruk: Harga Kebutuhan Pokok Bakal naik, Rakyat Resah

Akibat Nilai Tukar Rupiah Terpuruk: Harga Kebutuhan Pokok Bakal naik, Rakyat Resah

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Terpuruknya nilai rupiah terhadap dolar AS  membuat masyarakat resah karena akan memicu kenaikan harga-harga kebutuhan pokok.

“Naiknya kurs dolar terhadap rupiah jelas berpengaruh dengan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat seperti beras, gula, terigu dan lainnya,” kata Ketua Umum Badan Relawan Nusantara (BRN) Edysa Girsang kepada Harian Terbit, Senin (19/3/20180.

Kenaikan tersebut karena harga beli akan mempengaruhi harga jual. Bagi pedagang akan kesulitan ketika harga naik, namun saat jual nilai rupiah justru  turun terhadap kurs dolar. Sehingga nantinya banyak pedagang yang resah.

"Harusnya Bank Indonesia mengambil alih situasi untuk menstabilkan nilai rupiah yang belakangan ini terus terpuruk terhadap dolar," kata Edysa.

Eki menilai, selama ini BI tidak tegas terhadap upayanya menstabilkan nilai tukar rupiah. Sehingga nilai tukar rupiah semakin anjlok. Harapannya sesuai dengan tujuan BI yang diamanatkan UU maka BI harus jalankan agar rakyat tak terus terus-terusan menjadi korban atas nilai tukar rupiah yang tidak stabil. Harusnya jika mampu Agus DW Martowardojo mundur saja dari posisinya sebagai Gubernur BI. Apalagi Agus akan memasuki masa pensiun pada Mei 2018 ini.

Sementara itu, Syahrul Fitriyadi, aktivis 212 mengatakan, banyak faktor yang membuat nilai tukar rupiah bahkan cenderung tidak menentu atau naik turun terhadap dolar belakangan ini. Di antaranya dipengaruhi kondisi politik dari dalam negeri dan luar negri. Dengan nilai rupiah yang tidak menentukan maka pasti berpengaruh dengan harga - harga kebutuhan pokok masyarakat. Oleh karena itu pemerintah harus meningkatkan ketahanan ekonomi.

"Harusnya menteri terkait harus bekerja ekstra untuk menurunkan harga dolar terhadap rupiah," ujarnya.

Pengamat ekonomi Indef Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, dalam dua bulan terakhir nilai tukar rupiah memang mengalami guncangan yang cukup hebat. Dari awalnya, rupiah berada di level Rp 13.300 per dollar pada awal Januari, kemudian terus terdepresiasi hingga Rp 13.800 per dollar pada awal Maret 2018.

“Berbagai analis ikut dalam permainan tebak-tebakan nilai tukar rupiah. Yang terbaru, lembaga rating internasional Standard and Poors (S&P) mengeluarkan rilis bahwa rupiah sangat berpotensi melemah hingga 15.000 per dolar,” ujarnya.

Menurutnya, ramalan S&P biasanya sangat moderat. Artinya, rupiah bisa terperosok lebih dalam dari Rp 15.000, mungkin di kisaran Rp 16.000 hingga Rp 16.500 per dollar pada 2018-2019.

Penurunan nilai tukar ini sering kali dihubungkan dengan tekanan global, yakni kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS alias Fed rate. [htc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita