Syair Datuk Seri Ulama Setia Negara

Syair Datuk Seri Ulama Setia Negara

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - DENGAN Bismillah kalam bermula


Alhamdulilah pembuka kata 

Shalawat dan salam sempurnalah makna

Yang kecik dibina yang besar mulia


Abdul Somad aku bernama 

Selesai belajar di Negara Narasinga 

Pernah singgah di IAIN Suska 

Terbang menuju Bumi Seribu Menara 

Melihat Sungai Nil dan Piramida

Bersua dengan Fir’aun dan Musa

Hinggap sekejap di Bumi Malaya 


Akhirnya terdampar di Gurun Sahara

Hampir sampai ke Barcelona 

Setelah lama mengembara 

Kembali jua ke bumi tercinta

Tanah Siak Sri Indrapura

Membawa gelar LC dan MA 

Banyak orang bertanya-tanya 

Apalah agaknya artinya 

Lagi cemas mencari anak dara


Nasehat orang tua-tua

Bernaunglah di pokok yang gagah perkasa

Batangnya jadi penyangga

Akarnya tempat bersila


Bersilaturrahim ke rumah Doktor Musthafa

Rumah putih di Jalan Gulama

Dia bawa daku sepuluh senja

Ke TVRI membawa acara

Bila ia pergi ke Malaysia

Daku duduk di singgasana

Menjadi guru sekejap mata


Subuh tiba gelap gulita 

Menuju Masjid dipagi gulita

Jamaah pun tak pulak ada

Banyak pula tiang darikan manusia 


Berbekal sabar dan doa 

Nasib baik datang menyapa

Khutbah bergetar dari Masjid Raya

Banyak mata terpesona

Caci hamunpun ikut serta

Lovers and haters kata anak-anak muda

Ada pula yang menuduh paksa 

Fitnah anti Bhineka Tunggal Ika

Diusir dari Pulau Dewata

Deportasi dari Cina 

Tapi hati tak rasa hina

Semua itu belum ada apa-apanya 

Bila di bandingkan Nabi Besar kita 

Gigi patah kaki terluka 

Namun tetap berbalas doa

Sungguh tak layak masuk ke surga 

Bila busuk hati terus dipelihara


Orang Melayu cinta negara 

13 Juta Gulden belanda

Diderma untuk membela bangsa

Sultan Syarif Kasim orang mulia

Dari Siak Sri Indrapura

Berdaulat ke Yogyakarta

Jangan kau ajar kami tentang cinta

Kalau bukan karna kami punya bahasa

Kau pun tak dapat bertutur kata


Dendam jangan masuk ke kepala

Masih banyak yang perlu di rasa

Anak Sakai meniti pipa

Anak Akit senyum menyapa

Talang Mamak terus menganga

Padahal minyak tiada terkira

Tapi apa yang mau di kata

Terlampau banyak diangkut ke Jakarta


Awan berarak menanti senja

Budak menuju Surau Mushalla

Qur’an di tangan dan alif  ba ta

 Tak lupa rotan di belah dua

Tapi kini semua dah sirna

Semua sudah berganti rupa

Budak asik bermain Sega

Play Station warnet beraneka 

Dari Batman hingga Mahabarata



Sampai Spiderman sarang laba-laba

Kalau lah tak ada usah

Budak Melayu kan hancur binasa 

Melayu hanya tinggal nama

Rosak kerana Aids dan narkoba

Menjemput murka dan bencana

Wajah menjadi bermuram durja



Selepas masuk Belanda

Banyak anak tak boleh tulis baca

Huruh Arab dibuang serta

Melayu Riau boleh berbangga

Huruh Arab Melayu merata-rata

Dari Masjid hingga kantor Walikota

Tapi bila tiba saatnya

Huruf Arab hanya mantra

Dibaca saat duka cita

Atau untuk pelet wanita

Sungguh kiamat di pelupuk mata



Maka

Masuklah anak ke sekolah agama

Ada Gontor 7 dijalan ke Kampa

Darel Hikmah, Babussalam, dan Ash-Shofa

Atau IBS arah Asrama Tentara

Memang agak mahal biaya

Minimal pelajaran agama ada lima

Menjadi bekal dari muda ke tua

Andai tersesat boleh kembali semula

Mereka kan jadi pemimpin bangsa



Dari Presiden sampai Pak KUA

Kita semua akan binasa

Harta tiada di bawa serta

Anak sholih jualah yang mengalir ke kita



Malam berinai kan tiba jua 

Tepak sirih merah merona

Gambir kapur dan pinang tua

Mulut mengunyah bermasam muka

Tanda lidah sedang merasa

Pahit kelat dan pedar ada

Semua mesti di telan sama

Pertanda hidup berumah tangga

Mak andam duduk memasang kenaga

Jemputan hadir saudara mara

Barzanji di baca serta marhaba

Tuan Mufti membaca doa

Air mata bahagia ayah dan bunda

Menanti cucu penyejuk mata

Disana bahagia berpunca

Tapi kini semua tak ada

Akad menjadi majelis duka

Kerana marah menghunjam dada

Rosak sudah pemudi pemuda

Amuk dan hamun mengisi acara

Mereka pun tak salah juga

Kerana diam kita lah bencana mereka



Banyak orang bertanya�"tanya 

Siapalah agaknya

Menulis kata-kata berbingkai makna

Menyentuh rasa hati dan kepala

Jawabannya

Siapa lagi kalau bukan Datuk Seri Ulama Setia Negara

Abdul Somad Lc. MA



Tapi bila malaikat maut tiba

Pangkat dan kuasa tak lagi bermakna

Hanya iman dan amal shalih jua

Yang akan di bawa serta

Tinggallah rumah besar bertingkap kaca 

Anak menantu sahabat tetangga

Kain songket dan baju sutera

Cincin emas dan batu permata

Ruby zamrud dan mutiara

Tangan yang pernah menyapu air mata

Orang susah dan miskin papa

Kepala anak yatim tiada berbapa

Apa tanda Melayu menyapa

Lemah lembut bertutur kata

Apa tanda Melayu beragama

Takut pada Allah semata

Apa tanda Melayu bernegara

Tetes darah asal jangan hina

Kala menung datang menyapa

Saat tanah pusara sudah pun rata

Anak menantu jiran tetangga

Tinggallah diri sebatang kara



Bila sampai masanya tiba 

Anak berbisik ke pangkal telinga

Buah hati belaian jiwa

Mizyan Hadziq Abdillah putera teruna 

La ilaha illallah ‘azza wa jalla. [***]



Syair di atas dibacakan Ustadz Abdul Somad dalam upacara penabalan gelar Datuk Seri Ulama Setia Negara yang diberikan Majlis Kerapatan Adat (MKA) Lembaga Adat Melayu Riau Al Azhar di Pakanbaru, Riau. Selasa (20/2).[rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita