Begini Kata PDIP Soal Pemberitaan Asia Times yang Berani Kritik Jokowi

Begini Kata PDIP Soal Pemberitaan Asia Times yang Berani Kritik Jokowi

Gelora News
facebook twitter whatsapp

Joko Widodo dan Jusuf Kalla

www.gelora.co - Sejumlah media internasional memberitakan terkait sepak terjang Presiden Joko Widodo. Salah satunya adalah Asia Times yang mengulas tentang sejumlah persoalan yang seolah-olah ditutupi Jokowi dan tidak muncul dalam pemberitaan media nasional.

Artikel yang berjudul ‘Widodo’s Smoke and Mirrors Hide Hard Truths’ tersebut ditulis oleh wartawan senior John McBeth. Dalam artikel itu, McBeth menyebut Jokowi bersama pembantunya dalam pemerintahan sangat piawai dalam menutupi fakta terkait capaian kerja pemerintah yang seakan-akan telah tercapai atau hanya pencitraan.

Menanggapi hal tersebut, politikus senior PDIP Hendrawan Supratikno mengatakan, artikel tersebut hanya sebatas cari sensasi guna meningkatkan pelanggan di pasar Indonesia.

Artikel soal Jokowi di Asia Times. (Foto: Dok. Screencapture laman Asia Times)

“Kalau menurut kami (PDIP) ini cari sensasi, supaya apa? Pelanggannya di pasar Indonesia meningkat. Pasar oposisi kan cukup besar di sini. Kan gitu,” kata Hendrawan saat ditemui di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (31/1).

“Karena kan Times memuji, News Week memuji, Fortune memuji. Kalau semua memuji maaf saja, yang tidak memuji untuk dipajang di rak toko buku saja, dipinggirkan. Ini pasar loh jangan lupa,” imbuhnya.

Terlebih, lanjut Hendrawan, jika Asia Times menyebut itu hanya pencitraan, maka sebenarnya pencitraan memang sangat penting. Dia mengatakan, pencitraan adalah suatu hal yang perlu dilakukan oleh semua orang.

“Pencitraan itu perlu, titik. Itu hukum pertama. Kalau citranya jelek, melamar saja ditolak calon mertua. Kalau citra kita buruk untuk memperbaikinya itu butuh waktu. Reputasi itu proses dibangunnya sangat lama, tapi amat mudah retak,” tutur Wakil Ketua Fraksi PDIP itu.

Hendrawan Supratikno, Wakil Ketua Fraksi PDIP. (Foto: Ricad Saka/kumparan)

Namun, Hendrawan menegaskan, publik dan dunia internasional harus bisa membedakan mana pencitraan yang dibangun atas dasar kerja nyata dan mana pencitraan yang hanya sebatas ucapan.

“Harus dari kerja nyata, prestasi yang terukur, dari program-program kerja yang merupakan respons dari kebutuhan masyarakat, itu pencitraan,” tutur dia. “Tapi kalau pencitraan hanya buat gaya-gayaan seperti itu nanti kayak balon, kempes suatu saat. Ini tidak begitu,” imbuhnya.

Sehingga, menurut Hendrawan, artikel yang ditulis oleh McBeth itu hanya berorientasi pada pasar semata, tidak tendensius dengan konteks lain.

“Sekarang dalam zaman globalisasi ini, mentalitas kita sudah berorientasi pada pasar. Artinya orang berpikir sekarang bagaimana meningkatkan kesejahteraan. Itu sebabnya indeks sekarang yang digembar-gemborkan untuk dilihat indeks kemudahan berbisnis,” tutupnya. [kmp]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA