Fahri Hamzah soal LGBT: Jangan-jangan Ini Proyeknya Kontraktor Toilet

Fahri Hamzah soal LGBT: Jangan-jangan Ini Proyeknya Kontraktor Toilet

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Perdebatan mengenai LGBT kembali mencuat setelah pernyataan Ketua MPR Zulkifli Hasan yang menyebut ada 5 fraksi di DPR yang setuju RUU LGBT. Namun, ternyata tidak ada RUU dimaksud, karena yang ada hanya perluasan pidana bagi pelaku LGBT melalui revisi UU KUHP.

Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan, perlu pandangan yang jelas mengenai apa itu LGBT. Sebab, berdasarkan agama maupun ilmu pengetahuan, LGBT merupakan penyakit atau penyimpangan dari situasi normal.

"Kalau dia adalah penyimpangan dari situasi normal, maka sikap kita pun kemudian menghadapinya sesuatu yang tidak normal sebagai penyimpangan. Nah, sikap ini yang harus duduk terlebih dahulu," kata Fahri di Gedung DPR RI, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (24/1).

“Makanya peradaban umat manusia cuma mengenal dua kamar toilet, laki dan perempuan. Tidak bisa nanti tiba-tiba umat manusia menemukan kembali toilet laki-laki yang mirip perempuan atau perempuan yang mirip laki-laki. Ini jangan-jangan LGBT ini proyeknya kontraktor toilet,” imbuhnya.

Menurut Fahri, LGBT merupakan desain yang tidak sempurna dan harus diperbaiki. Dengan begitu penjatuhan sanksi terhadap LGBT tidak harus berupa pidana, melainkan penyembuhan melalui rehabilitasi.

“Karena (LGBT) itu penyakit, maka ekspose di ruang publik harus dikurangi. Sebab, kita itu harus menjadi manusia sempurna. Kita itu ingin menjadi yang baik dan lengkap. Bukan menjadi yang berkurang,” ujar Fahri.

Fahri kemudian membandingkan LGBT dengan rokok. Menurutnya, kampanye larangan merokok di ruang publik terus dilakukan karena hal itu merusak masyarakat. "Kenapa minuman keras kita larang? Itu karena minuman keras merusak badan. Sama juga dengan LGBT,” tuturnya.

Oleh sebab itu, fenomena LGBT di ruang publik harus dikurangi dan harus dilarang. Karena LGBT merupakan perilaku yang bagi sebagian menyimpang dan merusak otak manusia.

“Misalnya dalam pengertian dia disembuhkan, melalui pendekatan hormon, ada pendekatan agama, dirukiah. Cara memandangnya juga harus benar dan ini cara pandang Pancasila,” jelas Fahri.

“Jadi pendekatan kita juga harus preventif. Supaya manusia menjadi manusia seutuhnya, laki dan perempuan. Mustahil ada gender ketiga,” pungkasnya. [kmp]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita