Di Istiqlal, JK Bicara Jokowi, Luhut Dan Susi

Di Istiqlal, JK Bicara Jokowi, Luhut Dan Susi

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Polemik soal penenggelaman kapal yang meramaikan publik belakangan ini kembali ditanggapi Wapres Jusuf Kalla. Dia menyebut, tak ada silang pendapat antara dirinya, Presiden Jokowi, Menteri Luhut Panjaitan, dan Menteri Susi Pudjiastuti.

Hal ini diutarakan Wapres JKsaat ditemui di Masjid Istiqlal, kemarin. Dia berada di Masjid terbesar di Asia Tenggara itu untuk meresmikan kepengurusan Dewan Masjid Indonesia (DMI). Sebelumnya, JK juga sudah meminta agar penenggelaman kapal tidak dilakukan lagi. Sebab, selama tiga tahun terakhir banyak negara yang komplain atas hal tersebut. 

Menurut JK, seperti dirinya, Menko Kemaritiman Luhut Panjaitan dan Jokowi sebetulnya sepaham tentang penenggelaman kapal itu. Hanya saja, gaya menyampaikannya yang berbeda. "Pak Jokowi dengan gayanya dan Pak Luhut dengan gaya bicara Batak yang langsung," ujar Wapres. 

Menurut JK, dirinya, Jokowi, dan Luhut sepakat, penenggelaman kapal diperlukan untuk memberi efek jera bagi para pelaku illegal fishing. Namun, kebijakan itu cukup diberlakukan pada tiga tahun pertama pemerintahan. "Artinya, sudah cukup itu penenggelaman. Sama saja ngomongnya sebenarnya, cuma gayanya yang berbeda," ulang JK lagi. 

Kini, menurut JK, Menteri Susi sebagai orang nomor satu di Kementerian Kelauran dan Perikanan harus fokus pada peningkatan ekspor hasil laut. Hal itu sesuai dengan perintah Presiden Jokowi. "Coba dengarkan kata Pak Presiden, memang benar penenggelaman itu diperlukan, tapi sudah cukup dan saat ini fokus ke ekspor," tandasnya. 

Untuk diketahui, polemik ini berawal saat Luhut meminta Menteri Susi menghentikan penenggelaman kapal. Menurutnya, lebih baik Susi fokus kepada peningkatan ekspor ikan Indonesia yang mulai turun. Luhut juga berpendapat, kapal yang biasa ditenggelamkan Susi sebenarnya bisa menjadi aset negara. 

Menanggapi hal ini, Susi meminta media mengutip cuitannya di Twitter @susipudjiastuti. Di akun Susi itu, terdapat dua komentar yang menyiratkan sebagai jawaban dirinya atas larangan ini. "1. Mohon disosialisasikan mungkin masih banyak yang belum tahu Penenggelaman Kapal pencuri & pelarangan ABK asing itu ada diatur dalam UU Perikanan NKRI," cuit @susipudjiastuti. "2. Penenggelaman kapal dilaksanakan/dieksekusi setelah ada putusan hukum dari pengadilan negeri. Bukan kemauan pribadi/ menteri," lanjutnya. 

Polemik dua menteri ini ditengahi Presiden Jokowi. Rabu (10/1) lalu, Jokowi menyebut, penenggelaman kapal harus tetap dilakukan untuk memberikan efek jera. Namun, menurut dia, permintaan Luhut agar Susi fokus pada peningkatan ekspor ikan tak boleh dilupakan 

Sementara itu, dimintai tanggapannya soal penenggelaman kapal itu, kemarin Menteri Luhut memilih menghindar. "Saya tidak mau bicara itu. Kalau boleh tanya yang lain," ujar Luhut di Kantor Kementerian Bidang Kemaritiman. 

Sehari sebelumnya, dalam acara presentasi dan evaluasi program kerja KKP, Menteri Susi meminta wartawan dan pejabat yang hadir untuk tidak lagi membicarakan soal penenggelaman kapal. 

"Kita move on dari persoalan-persoalan yang membenahi dan hal-hal yang tidak perlu untuk merealisasikan program kerja kita," ujar Susi di lantai 16 gedung Mina Bahari IV KKP. Hanya kalimat itu yang dia ucapkan sebagai pembuka acara. Tak sampai lima menit, dia meninggalkan lokasi acara. 

Kemarin, Menteri Susi juga berupaya menghentikan polemik soal penenggelaman kapal itu. Menurutnya, yang terpenting saat ini adalah soal kinerja KKP. 

Nilai ekspor produk perikanan dari Indonesia tercatat melampaui nilai ekspor negara lain seperti China, Vietnam, dan Filipina. Pertumbuhan nilai ekspor Indonesia naik 2,31 persen per tahun dalam periode 2012 sampai 2016 dan pertumbuhan neraca perdagangannya naik 2,67 persen per tahun. 

Selain itu, stok ikan nasional mengalami kenaikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Karena banyak stok, harga ikan pun murah. Susi menilai, hal itulah yang menjadi parameter kinerja kementerian yang dipimpinnya. "Sekarang di pasar becek, di mal, supermarket, ikan melimpah itu kok gede-gede, harganya murah," ujarnya, kemarin. 

Hal itu, menurut Susi, berdampak juga terhadap daging sapi. Karena ikan murah, masyarakat lebih sering menyantapnya ketimbang daging sapi. Harga daging sapi pun jadi turun.[rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita