Ustaz Somad, Tolerannya Umat Hindu, dan Kesatrianya Laskar Bali

Ustaz Somad, Tolerannya Umat Hindu, dan Kesatrianya Laskar Bali

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Oleh: Mutia Ramadhani

Salah paham atas kehadiran Ustaz Abdul Somad dengan sejumlah warga di Bali telah selesai dengan damai. Masing-masing pihak saling memahami dan menghormati atas apa yang sebetulnya terjadi.

Ustaz Somad memuji umat Hindu yang begitu luar biasa toleran dan terbuka, sementara sahabat-sahabat Laskar Bali juga sudah menyatakan permohonan maaf secara terbuka.

Ulama kharismatik asal Pekanbaru, Ustaz Abdul Somad menyampaikan apresiasinya terhadap umat Hindu di Bali. Kehadiran Raja Pemecutan XI, Cokorda Pemecutan pada tablig akbar di Masjid Baiturrahman Denpasar dinilainya sebagai bentuk sikap bersahabat dan bersaudara.

Ketua Forum Peduli Ustaz Abdul Somad (FPUAS), Ahmad Syaifullah mengatakan, Ustaz Somad menaruh hormat pada sikap Raja Pemecutan. Kehadiran beliau menunjukkan sikap masyarakat Bali yang sejati

"Umat Hindu di Bali sangat terbuka dengan kehadiran umat lain, sehingga selama ini bisa berdampingan secara harmonis," kata Ustaz Somad sebagaimana disampaikan Syaifullah kepada Republika.co.id, Senin (11/12).

Tablig akbar Ustaz Somad juga dihadiri Penglingsir Puri Gerenceng, Anak Agung Ngurah Agung. Beliau juga Ketua Forum Hindu Muslim Bali.

Syaifullah mengatakan, Ustaz Somad tidak percaya orang-orang yang mempersekusi dirinya adalah bagian dari masyarakat Bali. Ustaz Somad menilai, mereka adalah orang-orang yang keluar dari tradisi, adat istiadat, dan keramahan masyarakat Bali.

Syaifullah yang didampingi Tim Hukum dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pusat Advokasi Hukum dan Hak Azasi Manusia (PAHAM) Bali mengatakan, tindakan para persekutor telah melukai perasaan banyak pihak, terutama para murid Ustaz Somad yang ada di Bali dan luar Bali. Ustaz Somad bagaimana pun ulama yang menjadi aset nasional.

Kedatangan Ustaz Abdul Somad untuk mengisi safari dakwah di Provinsi Bali sempat mendapat penolakan dari sejumlah anggota organisasi masyarakat kepemudaan yang menamakan diri Komponen Rakyat Bali (KRB). Mereka menghadang Ustaz Somad  dengan cara merengsek masuk ke dalam Hotel Aston, tempat dia menginap.

KRB beranggotakan Laskar Bali, Banaspati, Patriot Garuda Nusantara (PGN), Perguruan Sandhi Murti, dan ormas kepemudaan lainnya.

Senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Bali, Arya Wedakarna menyesalkan jika dugaan persekusi di hari kedatangan Ustaz Somad di Bali itu benar-benar ada.

"Jika ada tuduhan persekusi, akan adanya hal-hal tersebut, saya sebagai anggota DPD RI juga menyesalkan. Bagaimanapun juga, aspirasi masyarakat harus disalurkan secara baik, dalam artian diplomasi, misalnya komunikasi dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Bali atau ke saya sebagai anggota DPD," kata Wedakarna di Denpasar, Senin (11/12).

Senator kelahiran Denpasar, 23 Agustus 1980 ini, kembali mempertanyakan panitia pengundang yang terkesan 'ngotot' mendatangkan Ustaz Somad. Ini karena ormas-ormas di Bali jauh hari sebelum acara sudah berdialog dan melakukan audiensi dengan Kepolisian Daerah (Polda) Bali, tokoh Hindu Bali, tokoh-tokoh Muslim di Tabanan.

Laskar Bali
Ormas Laskar Bali menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Melayu, khususnya Muslim di Riau atas peristiwa yang dialami Ustaz Abdul Somad di Bali beberapa waktu lalu.

Sekretaris Jenderal Laskar Bali, I Ketut Ismaya mengatakan dirinya berharap ke depannya persaudaraan sebangsa dan setanah air semakin erat.

"Kepada saudara kami di Riau yang sangat kami hormati. Kami umat Hindu di Bali sangat cinta damai, sangat cinta toleransi. Kami tidak bermaksud mengintimidasi ustaz. Kami salah paham karena kami tidak tahu," kata Ismaya dijumpai Republika.co.id di Sanur, Denpasar, Senin (11/12) petang.

Ismaya mengatakan Laskar Bali bukan bagian dari Komponen Rakyat Bali (KRB) yang menolak rencana safari dakwah Ustaz Somad sedari awal. Ini karena dirinya telah mendapat informasi langsung dari pihak kepolisian yang menyebutkan Ustaz Somad adalah seorang yang cinta NKRI, tidak memiliki catatan kriminal, dan juga pegawai negeri sipil (PNS) yang dikenal baik.

Laskar Bali, sebut pimpinan ormas yang beristrikan seorang Muslim ini, tidak pernah dilibatkan dalam komunikasi, mediasi, dan fasilitasi sebelum kedatangan Ustaz Somad di Bali. Mediasi itu sempat disinggung senator Arya Wedakarna dalam sebuah wawancara langsung di salah satu televisi swasta. Hal ini yang menjadi alasan Laskar Bali tidak ikut berunjuk rasa ke Hotel Aston Denpasar.

Ustaz Yusuf Mansur menyoroti sikap Ustaz Abdul Somad saat menghadapi penolakan di Bali, Senin (11/12). Massa pendukungnya yang begitu banyak sudah pasti memiliki kekuatan yang besar.

"Saya suka dengan sikapnya Ustaz Abdul Somad, beliau tenang, kalem menenangkan jamaahnya," katanya.

Ayah lima anak ini mengaku tidak bisa membayangkan jika saat itu pihak Ustaz Abdul Somad membalas. "Saya enggak kebayang jika dia bersuara untuk melakukan tindakan balik," kata pendiri Paytren tersebut.

Saat itu, ada ribuan orang yang sudah terkumpul. Bila kemudian terbakar emosinya dan ingin membalas maka jadilah apa yang tidak diinginkan. Namun saat itu, Ustaz Abdul Somad menunjukkan kedewasaan. Ia diam, tenang dan menenangkan jamaah. Jamaah pun bisa terkendali.

Raja Bali, Ida Cokorda Pemecutan XI, juga mengingatkan kembali eratnya persaudaraan antara Muslim dan Hindu yang telah terbina sejak dulu. Ida Cokorda Pemecutan XI menjadi salah satu tokoh masyarakat Bali yang hadir dan mendampingi langsung Ustaz Abdul Somad dalam safari dakwahnya di Masjid Baiturrohman, Denpasar.

Kementerian Agama mendorong agar persoalan antara Ustaz Somad dan penolaknya diselesaikan secara islah. Ini adalah jalan terbaik yang dianjurkan dalam Islam untuk menyelesaikan permasalahan atau sengketa.

"Jalan terbaik adalah islah dan pengislahnya harus ada. Ada banyak majelis, termasuk pertemuan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Bali menjadi contoh bagus untuk kerukunan umat beragama," kata Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama, Mastuki, Senin (11/12).

Mastuki mengatakan, permasalahan hukum bisa diproses karena memang itu adalah hak setiap warga negara. Namun, proses hukum ini jangan sampai dibenturkan ke masalah agama.

Menurut Mastuki, Bali salah satu wilayah yang sangat beragam di Indonesia. Salah satu kompleks peribadatan bersama bahkan dibangun di sana dengan nama Kompleks Puja Manggala. Lima rumah ibadah dari lima agama berbeda berdiri berdampingan.[rol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita