Penyair Ini Berharap Dirinya Menjadi Nabi, Siapa Dia?

Penyair Ini Berharap Dirinya Menjadi Nabi, Siapa Dia?

Gelora News
facebook twitter whatsapp


www.gelora.co - Di antara bukti yang mengukuhkan fiirman Allah SWT bahwa sebagian penyair--dimasa hidupnya Rasulullah SAW--terbiasa mengatakan apa yang tidak mereka lakoni. Salah satunya adalah Umayyah bin Abi Shalt ats-Tsaqafi.

Abdullah bin Umar bin Khathab meriwayatkan bahwa melalui pembacaanya terhadap Taurat dan Injil, Umayyah tahu bahwa Allah SWT akan mengutus  putra bangsa Arab sebagai penutup para Rasul. Namun, Umayyah berharap agar dirinya kelak yang akan menjadi rasul yang dimaksud.

Dikisahkan dari Ensiklopedia Alquran bahwa ketika Allah SWT mengangkat Nabi Muhammad sebagai rasul, Umayyah merasa iri hati dan dengki. Ketika melewati kuburan korban Perang Badar dari pihak kaum musyrik, ia berkata, “Seandainya ia seorang Nabi, tentu ia tak akan membunuh kerabatnya sendiri.”

Setelah Umayyah meninggal dunia, Rasulullah SAW memanggil saudara perempuannya dan memintanya membacakan sebagian bait syair yang pernah digubahnya, sebelum hatinya dirasuki kedengkian kepada Beliau. Ia membacakan syair cukup panjang yang di antaranya, berisis bait-bait berikut:

“Di sisi Tuhan yang memiliki Arsy, kamu sekalian dihadapkan.

Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi.

Sesungguhnya janji-Nya pasti akan ditepati.

Tuhanku, jika Engkau memaafkan, maka permaafan itulah keyakinanku.

Atau, jika Engkau menghukum, janganlah Engkau hukum orang yang baik-baik.”

Orang yang mengamati gubahan syairnya akan mengetahui bahwa Umayah menyusun syair ini setelah turunnya surah Maryam kepada Rasulullah SAW. Karena, penyair tersebut meminjam firman Allah SWT dalam surah Maryam ayat 61:

“Yaitu surga ‘Adn yang telah dijanjikan Tuhan Yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Nya, sekalipun (surga itu) tidak tampak. Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati.”

Karena itu, saat mendengar syair ini, Rasulullah SAW langsung berkata kepada saudara perempuan Umayyah, “Syairnya beriman, tapi hatinya kafir.”

Disebutkan dalam buku tersebut bahwa mayoritas musafir dan ulama berpendapat bahwan penyair Umayyah bin Abi Shalt ats-Tsaqafi itulah yang dimaksud Allah SWT sebagai orang yang menuruti hawa nafsunya, mereka kekal hidup di dunia, dan sangat bergantung dengan kemewahan hidup duniawi. Semua itulah yang menyebabkan kehancurannya.[rol]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA