Dinilai Bermuatan Politik, Presidium Reuni 212 Diminta Bentuk Parpol

Dinilai Bermuatan Politik, Presidium Reuni 212 Diminta Bentuk Parpol

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Dinilai mengandung muatan politik dan mengubah ideologi, aksi reuni akbar 212 di Monas, Jakarta agar membentuk partai politik.

“Bahwa ada agenda politik dibalik gerakan 212 saat ini sudah mulai terkuak. Sebelum tabir itu terang, saya sudah sampaikan apakah betul aksi 212 itu membela islam atau ada aksi lainnya,” kata pengamat politik dari Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo dalam diskusi “Ada Apa Dengan 212” yang digelar Komnas Gerakan Mahasiswa 212 di Jakarta, Sabtu (2/12).

Karyono menilai, bukti ada gerakan dalam aksi 212 yakni dengan melembagakan Reuni 212 sehingga akan memuat agenda politik. Padahal yang namanya reuni itu berlaku untuk anak sekolah dari jenjang SMP, SMA, kuliah.

Sementara peserta aksi 212 adalah berasal dari berbagai lintas dan umum. Adanya agenda politik juga disampaikan Pembina Presidium 212 Kapitra Ampera bahwa Aksi 212 “Real Politics”.

“Waktu itu saya jelas katakan, aksi itu ada agenda politik. Yang diserang Ahok. Gerakan untuk menjatuhkan Ahok berhasil,” ujar dia.

Karyono melanjutkan, indikator aksi 212 ada muatan politik yakni adanya pernyatan-pernyataa yang mengandung unsur politis. “Selain di DKI Jakarta, informasi itu juga disebarkan di daerah-daerah. Apalagi saat ini menjelang Pilkada,” paparnya.

Karyono mengakui, memang tidak salah setiap orang berkumpul untuk berpolitik. Karena setiap warga negara memiliki hak berpolitik. Namu dalam berpolitik di Indonesia ada rambu-rambu dan peraturan yang harus ditaati diantaranya harus berideologi Pancasila. Sehingga jika ada organisasi yang tidak berlandaskan Pancasila maka harus dibubarkan sesuai UU Nomor 2 tahun 2017.

“Saya bangga jika kawan-kawan di 212 mengatakan benar saya ada agenda politik dan membentuk parpol,” jelasnya.

Adanya gerakan politik dalam Aksi 212 juga disampaikan Koordinator Komnas Gerakan Mahasiswa 212 El hakim. Dengan adanya gerakan politik, maka pihaknya tidak sepakat dengan acara reuni akbar 212. Pasalnya reuni yang diselenggarakan di Monas, Gambir, Jakarta Pusat itu diduga bermuatan poltik.

“Kami Komite Nasional Gerakan Mahasiswa 212 menyatakan dengan tegas menolak dijadikan alat kepentingan atau komoditas politik untuk meraih kekuasaan dalam bentuk apapun. Kami mau murtad dari 212 tapi murtad ke jalan yang benar,” katanya.

Dalam kesempatan ini El Hakim mengajak semua pihak untuk mewaspadai upaya merongrong NKRI lewat adu domba. “Kami menyatakan dengan tegas tidak rela negeri ini terpecah belah. Kami juga setia menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia sebagai bukti andi Merah Putih,” katanya.[akt]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita