Diam Soal Rohingya, 5 Penghargaan Aung San Suu Kyi Ini Resmi Dicabut

Diam Soal Rohingya, 5 Penghargaan Aung San Suu Kyi Ini Resmi Dicabut

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Aung San Suu Kyi mulai kehilangan satu per satu gelar, kehormatan atau penghargaan yang dinobatkan kepadanya. Pemicunya, tak ada reaksi atau tindakan nyata atas genosida terhadap etnis Muslim Rohingya yang dilakukan oleh para ekstrimis Buddha dan militer.

Seperti dikutip dari Al Jazeera pada Rabu (29/11/2017), saat ini setidaknya pemimpin de facto Myanmar itu masih memegang lebih dari 120 penghargaan. Namun sejauh ini sudah ada 5 penghargaan yang dicabut dari Aung San Suu Kyi. Apa saja itu? Yuk simak penjelasan ini!

1. Oxford “Freedom of the City” award

Kota Oxford di Inggris mencabut gelar kehormatan yang diterima oleh pemimpin de facto Myanmar tersebut. Langkah ini diambil karena Suu Kyi dianggap telah mengabaikan penderitaan Rohingya.

Oxford menilai bahwa reputasi kota mereka akan ternoda bila gelar tersebut masih dipertahankan untuk Aung San Suu Kyi. Pasalnya, dengan diamnya Suu Kyi atas isu Rohingya berarti dia sudah tidak lagi menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.

“Karena telah mengabaikan penderitaan (Rohingya.red). Dengan sangat menyesal, dewan (Oxford) menyakini bahwa Aung San Suu Kyi tidak pantas lagi meraih penghargaan ‘freedom of the City’,” ungkap Dewan Kota Oxford.

2. Penghargaan dari London School of Economics

Dewan mahasiswa London School of Economics mengatakan akan membatalkan jabatan kehormatan Suu Kyi. Perhargaan itu dianugerahkan kepadanya oleh Persatuan Pelajar pada tahun 1992.

“Pencabutan diputuskan sebagai simbol kuat atas protes kami terhadap posisi Aung San Suu Kyi saat ini dan tidak adanya tindakan dalam menghadapi genosida (Rohingya.red),” ungkap dewan mahasiswa London School of Economics.

3. Portrait for St Hugh’s College in Oxford

Universitas Oxford, Inggris mencopot lukisan pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi yang selama ini terpampang di gerbang utama kampus. Keputusan itu bertujuan untuk memprotes genosida Muslim Rohingya yang dilakukan oleh otoritas Myanmar.

Badan pengelola St Hugh memutuskan untuk mencopot lukisan itu pada Kamis (31/09), beberapa hari menjelang dimulainya tahun ajaran baru. Lukisan itu rencananya akan digudangkan.

“Kampus telah menerima lukisan baru awal bulan ini yang akan dipajang dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan lukisan Aung San Suu Kyi telah dipindahkan ke tempat penyimpanan,” ungkap St Hugh seperti dilansir dari The Guardian.

4. Nama Salah Satu Ruangan di Kampus St Hugh’s di Oxford

Wanita 72 tahun itu menempuh pendidikan antara tahun 1964 dan 1967. Dia pun dihormati sebagai salah-satu alumni yang terkenal. Namun, dalam sebuah pemungutan suara pada Kamis malam, 19 Oktober 2017, para siswa di perguruan tinggi St Hugh di Universitas Oxford memutuskan menghilangkan nama peraih Nobel Perdamaian 1991 itu dari ruang umum junior Aung San Suu Kyi.

Gerakan itu mengkritik sikap diam Suu Kyi dalam pembelaan terhadap perlakuan kasar terhadap minoritas Muslim Rohingya, yang telah mengalami pembersihan etnis dan serangan kekerasan pasukan militer Myanmar.

5. Anggota Kehormatan Unison

Salah satu serikat buruh terbesar di Inggris telah menangguhkan penghargaan yang diberikan kepada Aung San Suu Kyi selama masa hidupnya sebagai tahanan politik.Serikat pekerja terbesar kedua di negara itu, mengumumkan bahwa mereka akan menangguhkan keanggotaan kehormatan Suu Kyi, dan mendesak pemimpin de facto Myanmar itu untuk berbuat lebih banyak untuk menyelamatkan Rohingya di negara tersebut.

“Situasi yang dihadapi Rohingya di Myanmar sangat memprihatinkan,” ungkap Margaret McKee, presiden Unison, mengatakan kepada Guardian. “Keanggotaan kehormatan Aung San Suu Kyi dari Unison telah dihentikan sementara, dan kami berharap dia merespons tekanan internasional.”

“Saya akan mendesak semua institusi lain yang telah memberikan penghargaan serupa kepada suu kyi, terutama komite nobel untuk mengikutinya dan segera mencabut kehormatannya yang tidak layak lagi dia terima,” sambungnya. [kn]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita