Pembantaian di Rohingya Masuk Ranah Agama: Cegah, Umat Islam Indonesia Akan `Balas Dendam`

Pembantaian di Rohingya Masuk Ranah Agama: Cegah, Umat Islam Indonesia Akan `Balas Dendam`

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Pembantaian di Rohingya, Myanmar bukan hanya pada tataran krisis kemanusiaan, tapi sudah masuk pada ranah konflik agama. Sebab yang menjadi bulan-bulanan genosida dan pembantaian para biksu rasis Buddha dan militer Myanmar adalah umat Muslim. Peristiwa ini membuat umat Islam dunia marah. Namun, umat Islam Indonesia diyakini tidak akan `balas dendam` dan menyerang umat Buddha di negeri ini.

"Insiden ini masuk ranah agama juga diperkuat dengan pernyataan biksu rasis Ahsin Wirathu yang menyatakan Muslim di Burma seperti ular yang beracun yang akan menjadi benalu di Burma," kata Dosen Metodologi Studi Islam Sekolah Tinggal Agama Islam (STAI) Bani Saleh, Jakarta, Andriyansyah, M.Pd.I Andriyansyah kepada Harian Terbit, Senin (4/9/2017).

Bukti lain insiden Myanmar masuk ke ranah agama terlihat dari adanya keinginan sejumlah WNI untuk melakukan jihad ke negeri yang dituduh dunia sebagai negeri genosida itu. “Karena umat Islam itu bagaikan sebuah organ tubuh, jika salah satu anggota tubuhnya  yang sakit maka yang lainnya pun ikut sakit,” ujar Andriyansyah.

Meski demikian, umat Islam di Indonesia diyakini Andriyansyah tidak akan menyerang umat Buddha yang ada di Indonesia. “Karena yang membuat masalah adalah biksu Buddha yang di Myanmar yang telah melakukan genosida kepada muslim Rohingya,” paparnya.

Anggota Komisi I DPR RI Andreas Hugo Pareira meminta inti persoalan konflik kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya tidak dibawa ke dalam negeri, apalagi sampai turut memicu adanya konflik serupa di Indonesia.

"Kita harus menjaga dengan benar bahwa persoalan Rohingya jangan sampai menjadi titik pemicu persoalan di negeri kita. Jadi kita tidak menghendaki masalah ini merembet ke dalam negeri. Ini yang harus kita jaga," ujar Andreas di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (4/9/20l7).

Menurut Andreas persoalan Rohingya merupakan masalah dalam negeri Myanmar. "Persoalan Rohingya itu persoalan kemanusiaan yang bukan hanya masalah satu agama," tuturnya.

Jihad

Juru Bicara Front Pembela Islam (FPI) Ust Slamet Maarif juga menegaskan, kekerasan yang dialami etnis Rohingya memang masuk ranah agama. Karena sebagian besar korbannya adalah Muslim yang dibantai junta militer Myanmar.

“Umat Islam harus berani berjihad untuk membela saudaranya sesama muslim yang sedang mengalami kekerasan dan diskriminasi di Myanmar. Sebagai bentuk jihad ke Myanmar, saat ini FPI menggalang dana untuk didonasikan ke muslim Rohingya,” katanya.

Sementara itu Ketua Front Mahasiswa Islam (FMI) sayap organisasinya FPI, Habib Ali Alatas mengatakan, salah satu pemicu genosida etnis Rohingya karena kebencian terhadap agama Islam yang disebarkan oleh tokoh agama Buddha Asin Wirathu. Namun kejahatan kemanusiaan yang terjadi disana pelaku utamanya adalah Pemerintah Myanmar, karena mendiamkan pembantaian dan malah  menurunkan aparatnya untuk ikut membantai muslim Rohingya.

"Kita minta Indonesia dan negara-nagara ASEAN serta PBB untuk menghentikan pembantaian besar-besaran itu oleh rezim Myanmar. Perlu ada intervensi atas nama kemanusiaan dengan mengirimkan pasukan penjaga perdamaian. Namun bila tidak ada tindakan sama sekali oleh komunitas Internasional, maka izinkan para Mujahidin masuk ke Myanmar membela saudara-saudaranya sesama muslim yang sedang tertindas. Siapapun yang siap untuk berjihad," tegasnya.

Kemanusiaan

Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, jihad bisa ditunjukkan dengam Ukhuwah basariyah (kemanusiaan) kepada umat Muslim di Rakhine dengan cara mendorong bantuan kemanusiaan dan melakukan desakan yang terukur terhadap negara-negara didunia agar memberikan political pressure kepada pemerintah Myanmar.

Oleh karena itu batalkan rencana aksi di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Karena demonstrasi di Borobudur justru akan berujung pada "pengkerdilan" Islam Itu sendiri.

"Mari tunjukkan Ukhuwah Basariyah kita di Rakhine dengan cara mendorong bantuan kemanusiaan dan melakukan desakan yang terukur terhadap negara-negara di dunia agar memberikan political pressure kepada pemerintah Myanmar," tegasnya.

Terpisah, Ketua Setara Institute Hendardi mengingatkan perlunya mewaspadai upaya adu domba antarbangsa maupun di dalam negeri terkait dengan krisis kemanusiaan yang dialami etnis Rohingya.

Menurut dia, krisis Rohingya bisa dimanfaatkan kelompok radikal untuk lebih memperkeruh suasana, apalagi krisis yang menimpa etnis minoritas itu dibumbui isu agama.

"Populisme agama akan mendapat tempat kokoh di tengah krisis kemanusiaan semacam ini, apalagi aktor yang terlibat dalam krisis berbeda secara diameteral dalam soal agama dan etnis," kata Hendardi di Jakarta, Senin.

Bukan Konflik Agama

Perkumpulan Umat Buddha seluruh Kota Sukabumi, Jawa Barat melakukan aksi solidaritas untuk etnis Rohingya dengan cara mengumpulkan bantuan baik berupa sembako maupun uang.

"Saat ini kami tengah mengumpulkan bantuan untuk muslim Rohingya, jika sudah terkumpul akan berkoordinasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Sukabumi untuk teknis penyalurannya," kata Majelis Tridharma Sukabumi, Handi Suhendra, di Sukabumi, Senin.

Selain mengumpulkan bantuan, seluruh majelis vihara Sukabumi juga mengeluarkan pernyataan sikap tentang keprihatinan Umat Buddha Sukabumi terhadap kasus kekerasan yang terjadi kepada muslim Rohingya oleh militer Myanmar.

Lanjut dia, dalam pernyataan tersebut konflik yang terjadi di Myanmar itu bukan merupakan konflik antaragama, tetapi masalah sosial dan pelanggaran berat HAM. [htc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita