Menag: Kita Harus Yakini Agama yang Kita Peluk Benar, tetapi Jangan Menilai Agama Lain Salah

Menag: Kita Harus Yakini Agama yang Kita Peluk Benar, tetapi Jangan Menilai Agama Lain Salah

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak umat untuk lebih rendah hati dalam beragama. Ajakan ini disampaikan Menag saat membuka seminar 'Penanggulangan Radikalisme dan Intoleransi Melalui Bahasa Agama', di Yogyakarta.

Seminar ini merupakan kerja sama Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam dengan Panitia Milad ke-65 Masjid Syuhada Yogyakarta. Tampak hadir  Ketua MUI DIY KH Thoha Abdurrahman, Dirjen Bimas Islam Muhammadiyah Amin, Kakanwil Kemenag DIY Muhammad Lutfi Hamid, Kepala Dinas Sosial DIY Untung Sukaryadi, pengasuh pondok pesantren Nurul Ummahat Kotagede KH Abdul Muhaimin dan ratusan hadirin.

"Kita harus meyakini, bahwa agama yang kita peluk, adalah agama yang paling benar. Akan tetapi, keyakinan itu jangan sampai membuat kita menilai agama lain salah, dan memaksa saudara kita yang berbeda dengan kita, harus seperti kita. Inilah bibit radikalisme dalam arti negatif dan ekstrimis tumbuh,” tutur Lukman.

“Untuk itu, kita dituntut untuk rendah hati, untuk bisa membuka sedikit ruang toleransi dengan saudara-saudara kita yang mempunyai tafsir dan cara pandang yang tidak sama dengan kita," lanjutnya.

Menurut Lukman, Allah adalah Dzat yang Maha Sempurna, tidak terbatas. Sedang manusia adalah makhluk yang terbatas. Ketika manusia akan menafsirkan kehendak Allah yang tertulis dalam Alquran, maka makhluk yang terbatas tidak akan mampu memahami secara komprehensif maksud dari Yang Maha Tidak Terbatas.

“Kita hanya berupaya semaksimal mungkin, berupaya sesempurna mungkin. Karenanya, wajar jika kemudian muncul banyak tafsir. Kita harus rendah hati dan mengakui keterbatasan kita," ujar Lukman.

Dari sikap rendah hati tersebut, Lukman mengajak, untuk untuk terus memelihara, menjaga, dan merawat kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurutnya, masyarakat Indonesia terlahir dalam keadaan berbeda, sehingga Indonesia tumbuh sebagai bangsa yang majemuk.

Masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai umat yang religius di mana agama mempunyai tempat istimewa sejak ratusan tahun lalu. Menag berharap, keyakinan keberagaman yang kuat menjadi pondasi dalam merawat kemajemukan bangsa.

Dirjen Bimas Islam Muhammadiyah Amin mengatakan, seminar digelar sebagai bentuk langkah pro aktif pemerintah dalam meminimalisasi gesekan dalam keberagaman di masyarakat. Menurutnya, gesekan dalam keberagamaan jika tidak diantisipasi bisa menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. [rol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita