Pesan KH Ahmad Dahlan Tentang Bencana yang Terus Terjadi Dinilai Relevan

Pesan KH Ahmad Dahlan Tentang Bencana yang Terus Terjadi Dinilai Relevan

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Bencana alam yang melanda Indonesia sepanjang tahun 2018 membawa duka bagi setiap warga.

Media sosial pun kian diramaikan dengan munculnya pesan KH Ahmad Dahlan tentang hubungan pemimpin yang baik dengan alam. 

Kalimat yang diucapkan KH Ahmad Dahlan itu seperti yang diposting ulang oleh Bagus Sadjiwo.

Lewat akun twitternya, bagus menunjukkan bukti jika pesan KH Ahmad Dahlan sejak seabad lalu itu terjadi saat ini.

"Om @AkunTofa saya mau tanya,apa bener ini Maqolah KH.Ahmad Dahlan Tempo dulu? Mau tak share," tulisnya sembari memberikan pesan langsung kepada Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Mustofa Nahrawardaya lewat akun @AkunTofa. 

Pesan berupa peringatan tersebut tertulis, rakyat Indonesia harus memperhatikan alam dan keadaan bangsa.

Sebab, pemimpin yang buruk akan membawa kerusakan, hal itu ditandai dengan bencana yang terjadi berturut-turut. 

Perhatikanlah alam dan bangsamu, jika disuatu bangsa yang beriman, mereka mengaku sebagai pemimpin yang baik, namun jika terjadi kerusakan akibat bencana alam yang berturut-turut, maka itu pertanda rusak pemimpinmu.

Jika rusak pemimpinmu, maka rusaklah tatanan masyarakat mu, mereka saling memfitnah, saling menghujat, saling mencela tak bisa terhindarkan, di saat itu Allah memberi peringatan bagimu dengan berupa musibah yang tiada henti.

Demikian pesan yang ditulis oleh KH Ahmad Dahlan. 

Pesan tersebut dikorelasikan dengan kondisi politik Indonesia, saat ini, banyak masyarakat menganggap bencana alam datang karena pemimpin yang buruk.

Mereka pun mengaitkan sejumlah bencana yang terjadi dengan kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang. 

Bencana alam terbesar yang terjadi di sejumlah pelosok Nusantara di antaranya, gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tanggal 29 Juli 2018 berkekuatan 6,4 Skala Richter (sr) yang disusul gempa lainnya selama sebulan. 

Serupa, bencana gempa dan tsunami berkekuatan 7,7 sr terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah pada tanggal 26 Oktober 2018.

Kedua bencana alam tersebut menewaskan ribuan orang tewas dan melukai ratusan ribu jiwa orang. 

Dikutip dari situs resmi Muhammadiyah, suaramuhammadiyah.id; pesan yang dituliskan Pendiri Persyarikatan Muhammadiyah itu mengaitkan bencana alam oleh sebab para pemimpin serta kondisi dan situasi kebangsaan hari ini. 


Masyarakat yang rusak sebagaimana pesan Kiai Dahlan itu dianggap terjadi pada saat ini karena ada banyak berita hoax yang saling memfitnah, menghujat, mencela.

Saat seperti ini, maka Allah memberi peringatan dengan berbagai bencana alam tiada henti bagi bangsa Indonesia. Sebabnya, karena pemimpin bangsa atau presidennya dianggap telah rusak.

Demikian di antara tafsiran yang berusaha disebarluaskan dengan mengatasnamakan pernyataan Kiai Dahlan.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Tarjih dan Tajdid, Prof Yunahar Ilyas menegaskan pernyataan itu belum terverifikasi keluar dari mulut Kiai Ahmad Dahlan.

Yunahar berpendapat, sepanjang pengetahuannya, belum ada tafsiran langsung yang mengaitkan bencana alam seperti tsunami atau gempa bumi dengan seorang pemimpin yang rusak. 

Sebuah hadis riwayat Bukhari, dikutip Yunahar, soal kerusakan yang dikaitkan dengan kualitas pemimpin.

Dalam hadis tersebut, Nabi Muhammad menyatakan jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi. 

Tetapi kehancuran yang dimaksud di sini adalah dalam artian luas.

Tidak secara spesifik menyatakan bencana alam. Kerusakan atau kekacauan di semua bidang, menurut sunnatullah, terjadi ketika sesuatu tidak sebagaimana mestinya prinsip keharmonisan semesta.

Beberapa waktu lalu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan bahwa bencana alam bisa saja terjadi karena keadaan alam yang mengharuskan terjadinya pergerakan yang tidak seperti biasanya. 

Hal itu dapat dijelaskan menurut sains secara objektif.

Sesuai jatah bentang alam, Indonesia harus menerima kodrat menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia berdasar data yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR). 

Pernyataan dan Konteks

Dalam buku karya KRH Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan 7 Falsafah & 17 Kelompok Ayat Al-Qur’an tahun 2018 terbitan Suara Muhammadiyah, terdapat kutipan yang serupa. 

Kiai Hadjid merupakan salah satu murid dan sahabat dekat Kiai Dahlan yang banyak menulis dan mendokumendasikan gagasan pemikiran Kiai Dahlan.

Pada halaman 59 buku tersebut, Kiai Hadjid mengutip pernyataan Kiai Dahlan serupa. 

'Apabila pemimpin-pemimpin negara dan para ulama itu baik, maka baiklah alam; dan apabila pemimpin-pemimpin negara dan para ulama itu rusak, maka rusaklah alam dan negara (masyarakat dan negara)'

Kalimat di dalam kurung seolah menegaskan bahwa alam yang dimaksud adalah alam sosial atau masyarakat. Konteksnya, sebagaimana dijelaskan Kiai Hadjid, terjadi pada bulan Maulud, tahun 1335 Hijriyah. 

Ketika itu, di hadapan para penghulu, ketib (khatib), ulama, kiai, dan tokoh agama di serambi Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, Kiai Dahlan menerangkan kitab Hidayatul Bidayah karangan Imam Ghozali, tentang kerusakan umat Islam dan sifat-sifat ulama suu’ (ulama yang busuk).

Kiai Dahlan lantas mengajak para pemuka agama yang hadir untuk melakukan instrospeksi diri.

Tidak saling menuduh dan menunjuk tokoh agama selain dirinya sebagai ulama suu’ dan menganggap dirinya sendiri sebagai orang suci. 

Kiai Dahlan melanjutkan uraiannya dengan mengutip pernyataan Imam Ghozali bahwa kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan para raja atau pemimpin dan kerusakan pemimpin adalah karena kerusakan ulama.

Kerusakan ulama ini terjadi ketika ulama sudah menjilat dan tidak lagi berani memberi nasehat kepada pemimpin yang telah melenceng.

Kemudian, Kiai Dahlan mengajak para ulama dan pemuka agama yang hadir untuk bertaubat dan memohon ampun kepada Allah.

Seraya berdoa semoga dapat terus berbuat kebajikan di dalam agama Islam. 

Lantas Kiai Dahlan mengucapkan pernyataan itu.

Sekali lagi, kiai Dahlan berbicara di hadapan pemuka agama supaya mereka sebagai pemimpin agama bisa memerbaiki diri dan masyarakatnya, termasuk di dalamnya memberi nasehat secara santun dan bijak kepada para pemimpin bangsa.

Kiai Hadjid ketika menjelaskan bagian ini menyatakan, pesan tersebut berarti introspeksi diri dengan memperbaiki diri sebelum memimpin orang lain, bangsa ataupun negara.

"Kiai Dahlan mengajak untuk memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu, sebelum mengajak orang lain, atau sambil mengajak orang lain dan sambil memperbaiki masyarakat, mulai dari mendidik perseorangan serta membersihkan dirinya sendiri. Itulah cara yang dikerjakan oleh beberapa atau para rasul (yang ditiru oleh Kiai Dahlan)," ucap Kiai Dahlan. [tribun]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita