Soal Quick Count, Said Didu Beberkan Potensi Kesalahan hingga Rekayasa Survei

Soal Quick Count, Said Didu Beberkan Potensi Kesalahan hingga Rekayasa Survei

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Beberapa lembaga survei di Indonesia telah memaparkan hasil analisis mereka terkait hajat besar perpolitikan Indonesia, yakni Pilkada Serentak 2018 yang baru saja selesai digelar pada Rabu (27/8/2018).

Terkait persoalan tersebut, hasil quick count menurut sejumlah pihak cukup mengejutkan.

Mantan staf khusus Menteri ESDM Muhammad Said Didu memberikan penjelasan mengenai survei.

Dilansir TribunWow.com, hal itu disampaikan oleh Said Didu melalui akun Twitter @saiddidu yang diposting pada Kamis (28/6/2018).

Dalam unggahannya, Said Didu membahas mengenai potensi kesalahan hingga rekayasa sebuah survei demi kepentingan subyektif pelaku survei.

Dalam analisisnya, Said Didu memberikan contoh sampai penjelasan mengenai tahapan-tahapan sebuah survei.

Berikut kicauan Said Didu di Twitter:

1. #Suvey. Karena banyak sorotan terkait dengan survey pilkada, saya kultwit bagaimana potensi kesalahan atau rekayasa survey untuk tujuan subyektif pelaku survey dengan hastag #survey

2. #Survey. Survey adalah kegiatan untuk mengetahui parameter atau insulator perilaku atau karakteristik populasi untuk maksud dan tujuan penelitian atau survey.

Tujuan penelitian atau pilkada adalah mengetahui pilihan Individu dalam populasi pemilih thdp calon yg ada.

3. #Survey. Populasi adalah seluruh Individu atau spesies yg memiliki kriteria atau kategori sesuai batasan penelitian yg diteliti atau disurvey.

Populasi utk pilkada adalah semua Individu yg memiliki hak pilih di pada masing-masing daerah.

4. #Survey. Untuk mengetahui perilaku seluruh populasi, dengan alasan penghematan waktu dan biaya maka digunakan metodologi statistik lewat survey yang dilakukan oleh peneliti terhadap sample.

5. #Survey. Filosofi dasar yg harus dihindari dalam penggunaan metode statistik adalah bhw statistik sangat mudah digunakan sebagai sarana membuat KEBOHONGAN yg seakan dibungkus dengan alasan ilmiah. 

Ini dapat dihindari dg integritas peneliti atau lembaga survey.

6. #Survey. Bagai yg pernah ikut kuliah Statitik dari Prof. Andi Hakim Nasoetion akan terus teringat nasehat beliau bhw jangan pernah gunakan statistik untuk berbohong apalagi untuk menipu.

Karena kebohongan lewat statistik sulit diketahui oleh umum sampai terbukti salah.

7. #Survey. Karena potensi melakukan kebohongan melalui survey lewat metode statistik sangat rawan maka banyak sekali buku yg menulis bagaimana ilmu statistik dapat digunakan untuk berbohong.

Tujuan buku2 tersebut dibuat agar statistik tidak disalahgunakan utk berbohong.

8. #Survey. Tapi bagi yg berniat tidak baik, bisa saja ulasan dalam buku2 tersebut justru digunakan untuk merancang survey untuk melakukan kebohongan yang dibungkus seakan ilmiah.

Intinya bhw penggunaan statistik sangat tergantung pada moral peneliti yg lakukan penelitian/survey.

8. #Survey. Karena sangat potensi kebohongan dari penyalahgunaan ilmu statistik maka salah seorang PM Inggris pernah menyatakan bhw ada 3 jenis kebohongan, yaitu : lies, damned lies, and statistic.

9. #Survey. Survey pilkada termasuk kategori penggunaan metode statistik non-parametrik. 

Statistik jenis ini sangat rawan terhadap subyektivitas peneliti krn obyek yg diteliti multitafsir dg prilaku individu yang sangat dinamis serta penafasiran terhadap hasil sangat luas.

10. #Survey. Terdapat minimal 6 tahapan survey seperti survey pilkada : 1) rancang penelitian, 2) rancangan pertanyaan, 3) penetapan sampel, 4) pelaksanaan penelitian/survey, 5) pengolahan data, 6) publikasi laporan.

11. #Survey. Seperti diuraikan sebelumnya bhw survey ditujukan utk mengetahui perilaku seluruh Individu dalam populasi yg disurvey, maka rancangan penelitian betul harus dilakukan secara obyektif.

Jika tujuannya subyktif maka itulah Awal terjadinya KEBOHONGAN statistik.

12. #Survey. Potensi KEBOHONGAN survey lewat statistik terdapat pada semua tahapan, tapi yang paling rawan adalah pada tahapan pembuatan pertanyaan, pengambilan sampel, dan pengolahan data.

Semua tahapan ini betul2 menjadi “kewenangan” peneliti shg menjadi rawan subyektivitas.

13. #Suvey. Sampel adalah individu dalam populasi yang secara metode statistik dianggap mewakili perilaku populasi yang disurvey sehingga hasil survey thdp sampel dianggap sudah mewakili dugaan perilaku populasi secara keseluruhan.

14. #Survey. Semakin banyak Individu yg dijadikan sampel, secara ilmiah semakin baik tetapi semakin mahal dan semakin butuh waktu yang lama.

Tentang penentuan jumlah sampel yg sesuai sangat tergantung banyak hal.

Banyak buku yg membahas cara penetapan sampel.

15. #Survey. Persyaratan penetapan sampel yg tapi adalah bhw harus mewakili karasteristik perilaku populasi.

Terhadap populasi yg homogen maka penetapan sampel dilakukan dengan sistem acak bebas, bisa lewat cara “undi” thdp nomor atau kode populasi.

16. #Survey. Thdp populasi yg tdk homogen maka dilakukan klasifikasi populasi yg dianggap homogen dan setelah itu baru dilakukan penentuan sample secara acak pada masing-masing kelompok klasifikasi populasi. 

Jumlah sampel masing2 klasifikasi berdasarkan proporsionalitas populasi.

17. #Survey. Hal yg mempengaruhi jumlah klasifikasi dan jumlah sampel utk survey pemilihan (pilpres, pileg, atau pilkada) tergantung pada hal2 : 1) jumlah, 2) perdebatan wilayah, 3) perbedaan kultural, 4) perbedaan tingkat pendidikan, 5) perbedaan ekonomi, 6) “panutan”.

#Survey. Karakteristik populasi seperti untuk survey pemilihan menggunakan mekanisme “stratified sampling” - jangan kagum thdp istilah canggih tsb krn bisa sangat rawan kesalahan atau sangat rawan penyimpangan subyektivitas peneliti.

18. #Survey. #Survey. Karakteristik populasi seperti untuk survey pilpres, pileg, dan pilkada menggunakan mekanisme “stratified sampling” - jangan kagum thdp istilah canggih tsb krn bisa sangat rawan kesalahan atau sangat rawan penyimpangan subyektivitas peneliti.

19. #Survey. Kredibilitas survey/peneliti dinilai dari seberapa besar ketepatan hasil survey perilaku sampel dengan hasil perhitungan ril (perilaku seluruh populasi) - bukan dari seberapa kesesuaian predikisi Pemenang pilkada.

20. #Survey. Kita sering disajikan marjin Error. Marjin error dalam statistik biasa disebut galat. Artinya ketepatan bias ke atas dan ke bawah dari titik perkiraan hasil survey sampel. Marjin error hasil sampling tdk otomatis sama dengan dengan angka hasil akhir pilkada.

21. #Survey. Angka marjin error baru ada gunanya jika memang proses rancangan penelitian, rancangan pertanyaan, proses sampling betul2 menggunakan kaidah2 ilmu statistik yg prudent dan dilakukan secara obyektif. Jika tidak maka semua hasil survey adalah KEBOHONGAN.

22. #Survey. Terdapat 3 penyebab terjadinya bisa anatara hasil survey dg hasil perhitungan: 1) “perkayasaan” metode survey, 2) kesalahan metodologi yg tdk disengaja, dan 3) perubahan perilaku populasi yg sangat drastis setelah survey dilaksanakan.

23. #Survey. “Perkeyasaan” hasil survey dilakukan dg seakan ilmiah dg cara mengarahkan rancangan penelitian, rancangan pertanyaan, dan sampel yg dipilih untuk menguntungkan pihak yg “memesan” survey. Cara inilah yg murni KEBOHONGAN gunakan statistik sebagai alat.

24. #Survey. Bias jenis kedua bisa terjadi adalah kesalahan rancangan penelitian, rancangan pertanyaan, dan pengambilan sampel yang salah. Bias yg seperti ini disebut KEBODOHAN lembaga survey atau peneliti. Ini merugikan semua pihak.

25. #Survey. Bias jenis ketiga adalah terjadinya perubahan drastis prilaku populasi setelah dilakukan survey. Ini sangat mungkin terjadi. Jika ini terjadi maka surveyor harus membuka asumsi2 yg digunakan saat survey dilakukan apakah mmg terjadi perbedaan signifikan.

26. #Survey. Untuk menilai profesionalisme lembaga survey dilihat seberapa jauh kemampuan menghindari bias jenis 2 dan 3. Sedangkan KREDIBILITAS dilihat seberapa jauh surveyor atau peneliti untuk tidak melakukan rekayasa penelitian - bisa 1

27. #Survey. Setiap pengumuman hasil survey selalu disajikan : 1) jumlah sampel, 2) metode sampling, 3) hasil survey, 4) marjin error, 5) kata2 : jika pemilihan dilakukan hari ini maka hasilnya ...... inilah salah satu cara disclaimer lembaga survey

28. #Survey. Semua pengumuman tersebut tdk bisa membuka apakah survey tersebut dilakukan secara obyektif atau krn pesanan atau tujuan subyektif krn survey yg direkayasa atau tidak metode statistiknya seakan sama saja - cuma beda dalam rancangan dan proses samplingnya.

29. #Survey. Dalam demokrasi kapitalis atau istilah saya #demokrasicukong, terdapat 4 faktor penentu kemenangan : 1) pemodal, 2) lembaga survey, 3) Media Massa, dan 4) pemilih. Pemilih bisa diarahkan lewat faktor 1, 2, 3 dan/atau lewat kekuasaan.

30. #Survey. Dengan posisi spt itu, banyak pihak yg bersedia membayar lembaga survey yg bisa direkayasa untuk digunakan sbg : 1) mencari cukong, 2) mengarahkan pemilih, 3) membangkitkan semangat tim, 4) “mengancam” penyelenggara agar sejarah dg hasil survey.

31. #Survey. Yang manjadi masalah utama adalah bhw tidak sedikit lembaga survey bertindak sebagai konsultan politik calon. Jika ini terjadi maka sangat sulit dipercaya bhw lembaga survey tsb bersifat obyektif dan netral.

32. #Survey. Jika ada lembaga survey lebih bangga mengumumkan kesesuaian perkiraan kemenangan calon hasil survey dg hasil perhitungan nyata maka dapat diduga bhw lembaga tersebut lbh berperan sebagai konsultan politik bertopeng lembaga survey.

33. #Survey. Hasil survey yg ramai dibicarakan setelah pilkada adalah perbedaan sangat jauh antara hasil survey lembaga survey sblm pilkada dengan hasil Quick count di Jawa Tengah dan Jawa Barat khusus by perolehan suara pasangan SS-IF (Jateng) dan pasangan Asyik (Jabar).

34. #Survey. Pembelaan para lembaga survey atas terjadinya SUPERBIAS adalah bhw terkaget dengan hasil tersebut. Sebagai lembaga dan peneliti profesional, alasan tersebut tidak cukup. Kalaupun ada perubahan prilaku dalam hitungan bbrp hari sblm pilkada hrs bisa dijelaskan.

35. #Survey. Beberapa hasil Survey lembaga Survey dan @hariankompas bbrp hari sblm pilkada menunjukkan bhw perolehan suara pasangan SS-IF hanya belasan % - hasil QC lbh 40%. Thdp pasangan Asyik diperkiran di bawah 10% - hasil QC lbh 30%. Apa masalahnya ?

36. #Survey. SUPERBIAS bisa terjadi krn 3 kemungkinan : 1) survey rekayasa/pesanan, 2) kesalahan metodologi, 3) kepentingan subyektif lembaga survey, dan 4) terjadi perubahan drastis perilaku pemilih. Apapun jadi penyebabnya KREDIBILITAS lembaga survey perlu dipertanyakan.

36. #Survey. SUPERBIAS bisa terjadi krn 4 kemungkinan : 1) survey rekayasa/pesanan, 2) kesalahan metodologi, 3) kepentingan subyektif lembaga survey, dan 4) terjadi perubahan drastis perilaku pemilih. Apapun jadi penyebabnya KREDIBILITAS lembaga survey perlu dipertanyakan.

37. #Survey. Tidak salah menggunakan lembaga survey dalam pilpres, pileg, dan pilkada yang masalah adalah jika lembaga survey menggunakan metode statistik tidak sesuai dengan kaidah dasar penggunaan ilmu statistik yaitu KEJUJURAN, PROFESIONALISME, dan ETIKA lembaga survey.

38. #Survey. KEJUJURAN dibangun dg tdk merekayasa rancangan penelitian, pertanyaan, dan sampling utk menguntungkan pihak yg didukung dan sebaliknya. PROFESIONALISME dibangun bhw pelaksanaan sesuai kaidah2 penelitian uraian hasil survey tdk ada tambahan penafsiran di luar hasil.

39. #Survey. ETIKA dibangun dari kemampuan mejaga batasan profesi sebagai lembaga atau surveyor dan tidak merangkap sebagai konsultan politik. Ini penting sebagai cara untuk menjaga obyektifitas penggunaan metode statistik.

40. #Survey. Sebagai penutup agar semua pihak menyadari pesan Guru Besar Ilmu Statistik IPB utk hindari berlindung BERBOHONG dibalik bungkus metode statistik dan pesan salah seorang PM Inggeris bhw salah satu sumber KEBOHONGAN bisa berasal dari statistik. Smg bermanfaat," tulis Said Didu.


[tn]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA