Jokowi Kalah Telak Dari Prabowo Di Jawa Barat

Jokowi Kalah Telak Dari Prabowo Di Jawa Barat

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Elektabilitas petahana Joko Widodo kalah telak dari Prabowo Subianto di Jawa Barat (Jabar).

Begitu dikatakan Direktur Survey & Polling Indonesia (SPIN) Igor Dirgantara, di Jakarta, Rabu (13/6).

"Jika terjadi ‘dejavu Pilpres 2014’ di 2019 alias remacth head to head el classico  antara Prabowo vs Jokowi, maka Prabowo Subianto juga masih memimpin perolehan suara di Jawa Barat," jelasnya.

Igor menjelaskan, Prabowo Subianto  memimpin suara di Jawa Barat dengan perolehan  45,3 persen, sementara Jokowi mendapat 40,9 persen. Sisanya, 13,8 persen menjawab tidak tahu.

Dia melanjutkan, responden juga ditanyakan apabila Pilpres 2019 digelar hari ini, siapa yang mereka pilih. 

Hasilnya, Prabowo mendapat  37,1 persen suara, Jokowi meraih suara 30,5 persen, Gatot Nurmantyo 4, 2 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 3.3 persen,  Anies Baswedan 2,1 persen, Hary Tanoesoedibjo 1,9 persen, Amin Rais 1,1 persen, Rizal Ramli  0,7 persen dan yang menjawab tidak tahu sebesar (19,1 persen).

"Tidak ada pergeseran di Provinsi Jawa Barat. Tanah Pasundan  itu tetap akan menjadi lumbung suara bagi Prabowo,  saat maju kembali melawan incumben Presiden Jokowi di Pilpres 2019," kata Dosen Universitas Jayabaya itu.

Igor menambahkan, kemenangan Prabowo atas Jokowi juga terjadi saat Pilpres 2014 lalu, dengan perolehan suara 14.167.381 (59,78 persen) di atas Jokowi dengan raihan 9.530.315 suara (40,22 persen).

"Jokowi hanya menang atas Prabowo di Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon.  Di sisa kabupaten lainnya Prabowo masih unggul  atas Jokowi," jelasnya.

Pilkada Jabar dinilai  penting karena provinsi ini menyumbang hampir 20 persen pemilih nasional, dan voters di Jawa Barat dianggap berpengaruh terhadap perolehan suara nasional dalam pemilu serentak 2019.

Igor merinci, setidaknya ada tiga  faktor penting sebab masih unggulnya Prabowo atas Jokowi di Jawa Barat.

Pertama, faktor ketokohan Ahmad Heryawan (Aher), Gubernur 2 periode Jabar yang  namanya  digadang  menjadi salah satu cawapres kuat Prabowo dari PKS.

"Aher terasosiasi kuat dengan figur Prabowo, karena sampai sekarang di level politik nasional, PKS merupakan barisan dari  "partai oposisi” bersama Gerindra yang dipimpin Prabowo," jelas Igor.

Kontroversi penunjukan kaos ganti presiden oleh pasangan Asyik saat acara debat Cagub Jabar juga memperkuat persepsi tersebut.

Kedua, masih kata Igor, demontration effect politik kemenangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. 

Pasangan yang diusung Prabowo di Pilkada DKI Jakarta 2017 ini  menguatkan dan memantapkan pilihan warga Jabar terhadap mantan Danjen Kopassus ini. 

Jabar adalah daerah yang sangat penting dalam sejarah kompetisi dan kontestasi politik di Indonesia dan dikenal sebagai basisnya pemilih Islam.

Apalagi keberadaan sebagian wilayah Jabar yang secara geografis berdekatan dengan Jakarta signifikan mempengaruhi peta politik di Jabar. 

"Ketiga, pembanguan infrastruktur yang dilakukan oleh Presiden Jokowi memang nyata, namun perguliran isu tenaga kerja asing di Cimahi, Banten, Bogor, Bekasi," kata Igor.

Selain itu masih mangkraknya proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung, dan polemik pembangunan di Meikarta masih menyisakan kekhawatiran sebagian besar warga Jabar saat ini.

Igor menjelaskan, survei  SPIN ini dilaksanakan pada 5-10 Juni 2018 dengan responden 1.200 dan memakai teknik multistage random sampling margin of error 3 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Wawancara dilakukan melalui tatap muka langsung dengan bantuan kuisioner. Uji kualitas dilakukan melalui spot check dengan mengambil 20 persen dari total sample.[rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita