Detik-detik Ketegangan di Cendana Jelang Soeharto Lengser

Detik-detik Ketegangan di Cendana Jelang Soeharto Lengser

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Sudah banyak buku yang mengisahkan tentang detik-detiklengsernya Soeharto dari kursi Presiden RI pada 21 Mei 1998. Namun tak banyak kisah yang menceritakan suasana di kediaman Soeharto di Jalan Cendana nomor 8, Menteng, Jakarta Pusat pada malam hari sebelumnya.

Siti Hardijanti Indra Rukmana alias Mbak Tutut mengisahkan detik-detik lengsernya Soeharto kepada tim Blak blakan detikcom. Malam itu menjelang 21 Mei, Soeharto memanggil anak-anaknya ke Jalan Cendana.

Dalam waktu tak lama, anak-anak Soeharto berkumpul. Kebetulan tempat tinggal mereka memang berdekatan. “Bapak manggil kami semua anak anaknya. Keputusannya, bahwa bapak akan berhenti karena sudah tak dikehendaki oleh mayarakat. Bapak harus berhenti. Jadi saya mohon kalian semua merelakannya,” kata Tutut di acara Blak blakan detikcom yang tayang, Jumat (8/6/2018).

Ketika itu, kata Tutut, anak-anak tak bisa menerima keputusan Soeharto yang berhenti karena adanya desakan dari para demonstran. Mereka tidak terima karena selama ini Pak Harto sudah bekerja keras membanting tulang, pagi siang dan malam untuk bangsa dan negara.

Bahkan karena kerja keras tersebut, keluarga justru sangat jarang diperhatikan. “Kok Bapak digituin (dipaksa mundur secara sepihak) saja, kami tidak terima. Jadi adik-adik bilang, tunggu dulu Pak jangan berhenti dulu. Beri kesempatan pada kami untuk berbuat sesuatu,” kisah Tutut.

Soeharto pun bertanya kepada anak-anaknya,”Kamu mau ngapain?”

Detik-detik Ketegangan di Cendana Jelang Soeharto Lengser Tutut bersama mendiang Presiden ke-2 RI Soeharto (Foto Repro: Grandyos Zafna/detikcom)


Tutut dan adik-adiknya meyakinkan bahwa masih banyak rakyat yang mendukung Soeharto. Para pendukung itu siap turun ke jalan dan melawan para demonstran.

“Apa yang kamu dapat setelah itu?” kata Tutut menirukan Soeharto.

“Kami katakan, untuk menunjukkan bahwa bapak tidak salah, bapak tidak sendiri dan rakyat banyak yang masih loyal dengan bapak,” papar Tutut.

Namun Soeharto keukeh dan tetap ingin berhenti. Karena bagi Pak Harto jika pendukungnya juga turun ke jalan, maka akan banyak lagi korban berjatuhan.

“Bapak tidak mau itu terjadi, hanya untuk mempertahankan kedudukan bapak dan semakin banyak lagi korban akan berjatuhan. Lebih baik bapak berhenti, kalau memang sudah tidak dikehendaki untuk menjadi Presiden,” kata Tutut.

Pada akhirnya, anak-anak bisa menerima keputusan Soeharto untuk berhenti dari kursi presiden. Namun ketegangan masih terasa hingga keesokan harinya.

Pagi itu, 21 Mei 1998. Soeharto sudah duduk di ruang keluarga. Tutut masuk dengan sudah berpakaian rapi dan meminta untuk ikut ayahnya yang akan menyampaikan pidato berhenti sebagai Presiden di Istana Merdeka.

Namun Soeharto melarang karena merasa Tutut tidak akan kuat. Soeharto dan Tutut sempat berdebat. Namun akhirnya Tutut diperbolehkan ikut ke Istana Merdeka mendampingi ayahnya yang menyampaikan pidato pengunduran diri.

Dan hari itu, 32 tahun setelah berkuasa, Soeharto memutuskan berhenti dari jabatan Presiden Indonesia.


[dtk]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita